BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. gerak-gerik badaniah yang nyata (Keraf, 1993: 2). Dengan bahasa, setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. pembelajaran merupakan tercapainya perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. akhlak mulia, serta keterampilan. Salah satu aspek yang dibutuhkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tulisan. Keterampilan dan kemampuan berbahasa sangat berhubungan erat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat evolutif, antisipatif, dan terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis. penggunaan keempat keterampilan berbahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperhatikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. Inti dari pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkembang. Kemudian proses pembelajaran dapat dilakukan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memproduksi yaitu menghasilkan

garis awal atau start sampai dengan finish atau rencana dan pengaturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

BAB I PENDAHULUAN. makna kata-kata secara individul akan dapat diketahui. diharapkan dapat melatih kreatifitas dan keterampilan siswa dalam

Mengingat pentingnya bahasa tersebut, maka dalam dunia pendidikan perlu. mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia pun

BAB I PENDAHULUAN. mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Namun pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir Tarigan

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang dalam mengaktuslisasikan dirinya sepenuhnya dan selengkapnya

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

tetapi tidak akan menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas utama seorang pendidik adalah menyelenggarakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ruang yang tidak hanya mengantarkan peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis ini tidak semua orang menyukai, apalagi menguasai

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses ketercapaian ilmu dari berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan sehingga akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipungkiri, karena pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk membentuk kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan ungkapan perasaan penulis yang diterjemahkan dalam susunan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara negosiasi, diskusi dan musyawarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 956) dijelaskan bahwa negosiasi

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. A. Pembelajaran Memproduksi Teks Ulasan Berdasarkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengandung pikiran atau perasaan. Di dalam kegiatan komunikasi ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

Manual Prosedur Penawaran Matakuliah Pada Setiap Semester

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. beratkan pada keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. edu-katif tergambarkan dengan adanya interaksi yang terjadi antar guru dengan

Oleh Adelita Purba Dra. Rosmaini, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan memberikan pembaharuan pada kurikulumnya dari

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

E. Distribusi Mata Kuliah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung. Dalam dunia pendidikan, bahasa memiliki peranan yang sangat penting, mengingat pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kata lain, bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari segala kegiatan sebagai alat dalam berkomunikasi. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang yang diajarkan di sekolah. Pengajaran bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang harus meningkatkan serangkaian keterampilan. Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-proses yang mendasari pikiran. Sehubungan dengan hal itu, Tarigan (2013: 1) mengungkapkan, keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu 1) keterampilan menyimak (listening skills), 2) keterampilan berbicara (speaking skills), 3) keterampilan membaca (reading skills), dan 4) keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Pada penelitian ini penulis memilih judul penelitain yang berhubungan dengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 pelajaran bahasa Indonesia mencangkup 1

2 empat aspek keterampilan, salah satu yang dipilih dalam penelitian ini ialah keterampilan menulis. Pada dasarnya pembelajaran menulis sebenarnya sudah dilakukan sejak dini. Meskipun begitu, tetapi siswa tetap saja menganggap bahwa menulis itu sulit dan membosankan. Semi (2007: 2-3) mengatakan, kalau dikatakan menulis itu mudah, masih banyak yang merasa tidak mampu menghasilkan tulisan yang hanya terdiri dari empat atau lima halaman. Bahkan, murid sekolah merasa kewalahan dalam membuat laporan singkat sekalipun. Sejalan dengan Semi, Nurgiantoro (2010: 422) mengatakan, kompetensi menulis secara umum boleh dikatakan lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur ahli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Berdasarkan dua pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis itu bukanlah suatu kegiatan yang mudah dikuasai dan dilakukan, bahkan kebanyakan siswa masih sulit menguasai dalam kegiatan menulis. Dalam kurikulum 2013 memuat Kompetensi Dasar (KD) mengenai mengabstraksi teks negosiasi. Menurut Djuwari (2013: 1-2) kalau penulis diminta untuk menulis abstrak, mereka selalu mengalami kesulitan untuk melakukannya. Hal ini karena tidak adanya pedoman untuk menulis. Sedangkan menurut Dalman (2015: 195) abstrak merupakan ringkasan, rangkuman atau ikhtisar lengkap tentang isi sebuah tulisan. Sebuah abstrak harus menyajikan rangkuman singkat dari setiap bagian penting tulisan, berdasarkan dua pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa megabstraksi didasarkan pada pedoman penulisan yang baik. Mengabstraksi

3 pun dapat berupa rangkuman atau ringkasan yang di mana disetiap tulisannya harus menyajikan penulisan yang singkat. Kegiatan menulis yang dilakukan dalam pembelajaran mengabstraksi mungkin tidak semua siswa menyenangi atau tertarik pada pembelajaran tersebut. Berdasarkan hal itu, ketrerampilan siswa dalam mengabstraksi teks negosiasi menjadi tantangan utama bagi guru sebagai mediator dan fasilitator ilmu di dalam kelas kepada peserta didik. Sehubungan dengan itu, Suprijono (2014: 3) mengatakan, proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Saat mengajar pun, guru-guru masih menggunakan metode konvensional yakni ceramah diikuti penugasan. Tidak berbeda dengan Suprijono, Trianto (2007: 1) proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya. Padahal guru dituntut untuk lebih efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar agar cara mengajar guru dapat membantu siswa supaya belajar lebih baik. Salah satu cara efektif dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik yang dapat diterapkan dalam pembelajran. Hosnan (2014: 280) menyatakan, bahwa penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

4 Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pembelajaran Mengabstraksi Teks Negosiasi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Pelajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Mengabstraksi teks negosiasi bukanlah hal yang mudah dilakukan, dibutuhkan kecermatan menulis abstrak tersebut. Setiap orang memiliki kecermatan yang berbeda-beda sehingga hasil abstraksi yang ditulis pun akan berbeda. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut. a. Masih banyak ditemukan subjek yang merasa tidak mampu menghasilkan tulisan yang hanya terdiri dari empat atau lima halaman. b. Kompetensi menulis secara umum boleh dikatakan lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur ahli bahasa yang bersangkutan sekalipun. c. Sebuah abstrak harus menyajikan rangkuman singkat dari setiap bagian penting tulisan. d. Guru-guru masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah diikuti penugasan. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut merupakan masalah yang ditemukan penulis sehingga penulis menemukan judul penelitian. Identifikasi masalah ini akan menjadi suatu acuan dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

5 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikembangkan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut. a. Seberapa mampukah penulis melaksanakan pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi dengan menggunakan metode discovery learning pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung? b. Seberapa mampukah siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung mengabstraksi teks negosiasi menggunakan metode discovey learning dengan tepat? c. Seberapa efektifkah metode discovey learning digunakan dalam pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung? 1.4 Batasan Masalah Penulis membatasi masalah penelitian untuk memperjelas batas-batas permasalahan dalam penelitian. Dengan demikian, permasalahan penelitian lebih berfokuskan pada hal-hal berikut. a. Kemampuan penulis yang diukur adalah kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi. b. Kemampuan siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung dalam mengikuti pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi dengan menggunakan metode discovery learning. c. Keefektifan metode discovery learning dalam pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung.

6 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah memecahkan yang tergambar dalam latar belakang dan rumusan masalah. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulis ini adalah sebagai berikut: a. mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung; b. mengetahui kemampuan siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung dalam mengabstraksi teks negosiasi dengan menggunakan metode discovery learning; c. mengetahui keefektifan metode discovery learning yang digunakan dalam mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung. 1.6 Manfaat Penelitian Segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia tentu diharapkan memiliki manfaat bagi dirinya atau bagi lingkungan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan ini, tentu harus memberikan manfaat. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi penulis Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman berharga dan sarana upaya meningkatkan kemampuan penulis dalam melaksanakan praktik penelitian di lapangan mengenai pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi dengan menggunakan metode discovery learning.

7 b. Bagi siswa Penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar yang baru, membantu siswa untuk mengatasi hambatan dalam memngabstraksi teksnegosiasi, menumbuhkan rasa percaya diri siswa serta menjadikan pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi menjadi pembelajaran yang menyenangkan. c. Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam memilih metode atau model pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran agar mampu menarik minat siswa dalam belajar, serta hasil penelitian ini dapat juga dimanfaatkan untuk meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ke arah yang lebih baik. d. Bagi Peneliti Lanjutan Sebagai dasar pemikiran bagi pengembangan metode pembelajaran untuk melanjutkan penelitian dalam meningkatkan pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi dengan menggunakan metode discovery learning. 1.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalankannya sebuah penelitian. Sugiyono (2013: 91) mengatakan bahwa kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir terlebih dahulu sebelum mengulas materi secara

8 lebih mendalam agar materi yang ditulis tidak melenceng dari pemikiran utama. Kerangka pemikiran yang penulis rumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut. Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Penggunaa metode discovery learning diharapkan dapat menarik minat siswa SMA PGRI 1 Bandung. Metode discovery learning sebagai alat peraga dalam pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi dengan mengembangkan proses kreatif pada siswa. Pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi menggunakan metode discovery learning pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung. Penelitian one group pretes-posttes design Penggunaan metode discovery learning Hasil penelitian meningkat

9 Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa dalam melakukan sebuah penelitian. Khususnya pada aspek kebahasaan (menulis) pada siswa kelas X SMA, dapat berjalan dan terencana sesuai dengan rancangan pembelajaranyang akan dibuat sebelum penulis buat. secara teoritis berpautan antara variabel yang akan diteliti, dalam hal ini peneliti akan melakukan tindakan satu kelas dalam melakukan penelitian, dikarenakan lebih mudah bagi penuls dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaranmengabstraksi teks negosiasi, untuk itu penulis mempergunakan metode penelitian sebagai cara yang digunakan dalam menyelesaikan masalah suatu penelitian yang tentunya dibuat secara terencana. Melihat rencana pembelajaran yang penulis buat di atas, penulis ingin mempergunakan model yang kreatif supaya dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik menjadi aktif dalam mengungkapkan hal-hal yang menarik dalam pikirannya dengan mempergunakan model discovery learning. Dalam hal ini penulis akan mengamatai siswa untuk memahami lebih mendalam kemampuan menulis dalam mengabstraksi teks dengan rasa keingintahuan yang sangat tinggi, maka dari itu data yang diperoleh dari hasil siswa harus benar sesuai dengan rencana dan keinginan penulis. 1.8 Asumsi dan Hipotesis 1.8.1 Asumsi Arikunto (2013: 107) mengungkapkan, bahwa anggapan dasar atau asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti harus dirumuskan secara

10 jelas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memiliki anggapan dasar sebagai berikut. a. Penulis telah lulus Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), di antaranya: Pancasila, Agama Islam, dan Pendidikan Kewarganegaraan; lulus Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK), di antaranya: Menyimak; Teori dan Praktik Komunikasi Lisan; Teori dan Praktik Menulis; Telaah Kuikulum dan Bahan Ajar; lulus Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), di antaranya: Strategi Belajar Mengajar (SBM), Analisis Berbahasa Indonesia; Perencanaan Pengajaran; Penilaian Pembelajaran Bahasa; Metode Penelitian; lulus Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), di antaranya: Pengantar Pendidikan; Psikologi Pendidikan; Belajar dan Pembelajaran, Profesi Penidikan; lulus Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB), di antaranya: Kuliah Praktik Bermasyarakat (KPB) dan Micro Teaching sebanyak 122 SKS dan dinyatakan lulus. b. Pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi merupakan salah satu cara sederhana untuk meningkatkan keterampilan menulis, dan memerlukan teknik yang tepat agar kemampuan tersebut berkembang optimal, semua siswa memiliki potensi untuk mampu menulis. c. Pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi dengan kegiatan sekolah yang membutuhkan kesistematisan, konstruktif, komunikatif yang merupakan salah satu dari indikator yang harus dicapai oleh siswa SMA kelas X Semester II. d. Metode discovery learning merupakan salah satu metode strategi pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk mengukur keterampilan membaca siswa,

11 khususnya dalam mengabstraksi teks negosiasi dengan cara mengerjakan tugas bersama secara aktif, kreatif, dan inovatif serta saling mendukung dalam mengabstraksi teks negosiasi. 1.8.2 Hipotesis Sugiyono (2014: 96) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut. a. Penulis mampu melaksanakan pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi yang dengan menggunakan metode discovery learning pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung. b. Siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung mampu mengikuti pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi dengan menggunakan metode discovery learning. c. Metode discovery learning efektif digunakan dalam pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas X SMA PGRI 1 Bandung. 1.9 Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan atau salah penafsiran terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian. Istilah-istilah dalam judul penelitian ini adalah sebagai berikut.

12 a. Pembelajaran adalah suatu proses atau cara yang dilakukan untuk menjadikan siswa mengalami perubahan dan memperoleh kecakapan dari sesuatu yang dipelajari. b. Mengabstraksi teks negosiasi adalah meringkas teks yang berisi proses perundingan menjadi teks yang lebih pendek. c. Teks negosiasi adalah teks yang berisi percakapan, di dalamnya mengandung tawar menawar dan untuk mencapai kesepakatan. d. Metode discovery learning adalah suatu metode untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidi sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan oleh siswa. Berdasarkan definisi operasional di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran mengabstraksi dengan menggunakan metode discovery learning adalah pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi menjadi teks yang lebih pendek yang berisi perundingan dan tawar-menawar. Siswa pun dituntut agar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri sehingga hasilnya akan mudah diingat dan tidak akan mudah dilupakan oleh pada siswa kelas X. 1.10 Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab. Pembahasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. BAB 1 Pendahuluan

13 Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan dan batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional serta struktur organisasi skripsi. b. BAB II Kajian Teori Bagian ini membahas mengenai variabel penelitian yang akan diteliti, analisis dan pengembangan materi pembelajaran yang diteliti, hasil penelitian terdahulu, kerangka pemikiran serta asumsi dan hipotesis. c. BAB III Metode Penelitian Bagian ini membahas mengenai metode penelitian, desain penelitian,subjek dan objek penelitian, operasional variabel, rancangan pengumpulan data, instrumen penelitian, serta rancangan analisis data. d. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bagian ini membahas mengenai pencapaian hasil penelitian dan pembahasannya. e. BAB V Simpulan dan Saran Bagian ini membahas mengenai penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis sesuai penelitian.