BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULIAN. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan. 1

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

BAB I PENDAHULUAN. Dan Aku (Allah ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 1892, hlm.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw. tambahan diluar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 1

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelembagaan Agama Islam: Jakarta, 1995, hlm. 48.

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Suroso Abdussalam, Arah & Asas Pendidikan Islam, Sukses Publising, Bekasi Barat, 2011, hlm. 38.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

Analisis terhadap Pengelolaan Pembelajaran pada Mata Pelajaran Kemuhamadiyahan di SD Muhamadiyah 7 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran siswa, sebab tanpa ada pemahaman materi shalat fardhu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan dan ilmu yang lebih tinggi, serta sikap dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan sangat berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia ( SDM ) melalui kegiatan pengajaran. 1 Pendidikan merupakan sesuatu yang esensial bagi manusia, karena melalui pendidikan manusia akan mampu bertahan hidup melalui pengetahuan dan perubahan perilaku setelah mengalami proses pendidikan tersebut. Pendidikan tentunya akan terlaksana melalui proses pembelajaran, yaitu proses dimana terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. 2 Jadi hakikat pendidikan dan pengajaran adalah bahwa pendidikan merupakan alat pencetak Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang berkualitas melalui proses pengajaran dimana seorang guru mengajarkan kepada siswanya, sehingga terjadi proses belajar oleh siswa yang nantinya diharapakan terjadi perubahan positif perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa sehingga tercipta SDM yang berkualitas. Pendidikan tentunya akan menciptakan SDM yang berkualitas tidak hanya sekedar dibutuhkan dan diukur dengan pendidikan umum saja tetapi pendidikan agama juga sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter manusia yang berpendidikan. Maka untuk menciptakan manusia berkualitas tentunya perlu keseimbangan antara pendidikan umum dan agama karena keduanya merupakan suatu kesatuan dan saling berkaitan. Salah satu tujuan pendidikan agama islam adalah untuk membentuk manusia yang mengenal akan jati dirinya yaitu sebagai hamba Allah yang beriman dan bertaqwa kepada-nya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2 Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media : Bandung, 2012, hlm.6. 1

2 Peserta didik sebagai manusia yang secara kodrat dilengkapi potensipotensi yang lengkap termasuk akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan akal inilah manusia dapat menjadi makhluk lainnya. Dengan akal inilah manusia dapat menjadi makhluk yang paling sempurna karena dengan potensi akal ini manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk menurut aturan nilai-nilai yang disepakati bersama untuk menciptakan keteraturan hidup. Disamping itu manusia juga memiliki potensi untuk dapat dididik menjadi lebih baik. Dengan potensi ini manusia akan mampu mempelajari ilmu pengetahuan yang memperluas wawasannya sehingga mampu mengadakan perubahan-perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Ini semua karena manusia dalam hidupnya akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hidupnya melalui belajar dari pengalaman hidup yang pernah dialaminya. Dapat disimpulkan pendidikan dapat mengubah perilaku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, pengendali diri untuk kehidupannya kelak dalam meraih masa depan karena melalui perubahan yang terus- menerus, siap menghadapi berbagai tantangan zaman dan selalu berupaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya peserta didik, pengelola sekolah, lingkungan, kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya. Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem penilaian yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Proses Belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajarmengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. 3 3 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya),Cet.17, hlm. 22.

3 Sikap kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlaku banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain- lain yang diharapkan merupakan haisl proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alatalat tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya. Maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan penilaian dengan baik. Kegiatan penilaian sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri. Kritik dari berbagai pihak tentang penilaian pendidikan tersebut merupakan hal yang wajar, sebab penilaian merupakan kerangka dasar untuk mengetahui kualitas dan mutu pendidikan. Hal tersebut dikarenakan, penilaian sangat terkait dengan keseluruhan proses belajar mengajar, tujuan pengajaran dan proses belajar mengajar. Penilaian belajar mengajar merupakan bagian dalam proses pendidikan. Penilaian pencapaian belajar peserta didik tidak hanya menyangkut aspek-aspek kognitifnya saja, tetapi juga mengenai aplikasi atau performance, aspek afektif yang menyangkut sikap serta internalisasi nilai- nilai yang perlu ditanamkan dan dibina melalui mata ajar atau mata kuliah yang diberikannya. Tujuan penilan untuk mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik dan mengukur keberhasilan mereka, baik secara individu maupun kelompok.4 Melihat pentingnya penilaian pendidikan, khususnya mengukur kegiatan belajar mengajar, maka penilaian pendidikan harus dilakukan pada semua mata pelajaran. Penilaian dilaksanakan tidak hanya mengukur aspek kognitif dan psikomotorik, namun juga harus aspek afektif. Berbeda dengan penilaian ranah 4 hlm. 8. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2003),

4 kognitif yang lebih menekankan pada penguasaan materi pembelajaran, maka penilaian ranah afektif lebih ditekankan pada aspek sikap dan nilai. Hal ini didasarkan pada kenyataan, bahwa sikap seseorang dapa t diramalkan perubahan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Para ahli berpendapat bahwa dalam melakukan penilaian pembelajaran, kita dapat menggunakan teknis tes dan non tes, sebab hasil belajar atau pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan teoristis, keterampilan dan sikap pengetahuan teoristis dapat diukur menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan pertumbuhan anak psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non tes, misalnya presentasi kelas, wawancara, kuesioner, observasi, skala sikap, dan lain- lain. Dengan kata lain, banyak proses dan hasil belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik non tes. Untuk itu, jika guru di madrasah hanya menggunakan teknik tes, tentu hal ini dapat merugikan peserta didik dan orang tua. Teknik non tes digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes. 5 Oleh karena itu kemampuan guru menyusun alat dan melaksanakan penilaian merupakan bagian dari kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar secara keseluruhan. 6 Ajaran Islam mempunyai perangkat konsep atau prisip tertentu yang mendasari perilaku yang diharapkan. Pandangan bahwa manusia merupakan makhluk Allah, mempunyai implikasi bahwa kehidupan manusia, dasar dan tujuan hidupnya, upaya dan perilakunya, tidak dapat dilepaskan dari pertautanya dengan Allah. Hal ini adalah implikasinya terhadap pemikiran serta pelaksanaan pendidikan. Menyatakan tugas hidup manusia, yang dala m pemikiran pendidikan berdampak pada kandungan dan rumusan tujuan pendidikan Terdapat dalam ayat : 5 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Program Pen ingkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam Pada Seko lah, (Jakarta Pusat, 2009), cet.ke -1, h lm. 145 6 Muhammad A li, Gu ru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1996),cet Ke-9, hlm. 113.

5 Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. ( QS. Ad-Dzariyat : 56 )7 Pelajaran fiqih merupakan kaidah terinci yang dipetik dari Al- Qur an dan As-Sunnah. Kaidah tersebut menjelaskan ; (a) tata cara beribadah dan bertingkah laku yang di ridlai Allah dalam seluruh urusan kehidupan, dan (b) tatanan hubungan sosial, sebagaimana diperintahkan Allah kepada kita untuk merealisasikannya dalam seluruh hubungan kelak dengan orang lain. Kaidah-kaidah ini harus selalu dikaitkan engan tujuan tertinggi, yaitu : (a) ketaatan kepada Allah, (b) pengikutan petunjuk Rasulullah, (c) perelesasian ketundukan dan ubudiyah sebagaiamana yang dikehendaki-nya. 8 Pelajaran fiqih menjelaskan tentang berbagai macam tata cara beribadah kepada Allah, seperti dalam kandungan Q.S Adzariat yang menjelaskan tentang perintah untuk menyembah Allah. Karena kita diciptakan tak lain adalah menjalankan perintahnya dan menjauhi laranganya. Manusia hanya bisa berusaha dan Allah SWT lah yang berkehendak. Dengan diberikannya pe lajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik diharapkan nantinya mampu mengembangkan dan mengamalkan syari at-syari at islam agar terus berkembang dari waktu kewaktu. Adapun dalam penelitian kali ini, peneliti mengambil obyek penelitian di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara yang merupakan salah satu MTs yang ada di Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara yang menyajikan beberapa hal tentang teknik penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian terhadap peserta didik, baik itu tentang kemampuan belajar, sikap, keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian. Adapun strategi yang akan dijelaskan dalam skripsi ini adalah strategi penialain non tes. Strategi penilaian non tes yaitu melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes.9 Salah satu strategi yang sangat membantu dalam penilaian terhadap hal- hal yang bersangkutan dengan peserta didik. Mengingat pentingnya evaluasi dalam 7 Al-Qur an, Surat Ad-Zariat ayat 56, Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemhannya, CV, Penerbit J-art, Jakarta, 2000, hlm.862. 8 Ibid, hlm. 186. 9 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996,hlm.76

6 pendidikan, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang penilaian nontes guru pada mata pelajaran fiqih, untuk itu penulis mengambil judul ANALISIS STRATEGI PENILAIAN NON TES GURU ( PRESENTASI KELAS ) PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS. ISMAILIYYAH NALUMSARI JEPARA B. Fokus Penelitian Peneliti membuat fokus penelitian sebagai batasan agar permasalahan tidak meluas dan membuat penelitian menjadi tidak valid dan tidak reliable. Penentuan fokus ini berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengamatan, referensi dan disarankan oleh pembimbing atau orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian ini juga masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti di lapangan. Berpijak dari kerangka dasar diatas yang mempunyai objek penelitian yang sangat luas, maka disini peneliti memberikan Batasan-batasan penelitian untuk mempertegas arah yang dituju dalam penelitian ini. Maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah strategi penilaian non tes guru ( presentasi kelas ) di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara, strategi penilaian non tes yang diguanakan di harapkan mampu mengantarkan peserta didik pada tujuan pembelajaran fiqih. Sementara yang menjadi subyek penelitian adalah Guru Mata Pelajaran Fiqih dan MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara. Guru Mata Pelajaran Fiqih dan MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara menjadi subyek penelitian maksudnya adalah untuk mengetahui bagaimana strategi penilaian non tes yang telah dilaksanakan. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaiamana persiapan penerapan strategi penilaian non tes guru ( presentasi kelas ) pada mata pelajaran fiqih di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara?

7 2. Apa saja langkah- langkah pelaksanaan strategi penilaian non tes guru ( presentasi kelas ) pada mata pelajaran fiqih di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara? 3. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dialami dalam penerapan strategi penilaian non tes guru ( presentasi kelas ) pada mata pelajaran fiqih di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara? 4. Bagaimana hasil dari penerapan strategi penilaian non tes guru ( presentasi kelas ) pada mata pelajaran fiqih di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana persiapan penerapan strategi penilaian non tes guru ( presentasi kelas ) pada mata pelajaran fiqih di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara 2. Untuk mengetahui Apa saja langkah- langkah pelaksanaan strategi penilaian non tes guru ( presentasi kelas ) pada mata pelajaran fiqih di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara 3. Untuk mengetahui Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dialami dalam penerapan strategi penilaian non tes guru ( presentasi kelas ) pada mata pelajaran fiqih di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara. 4. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari penerapan strategi penilaian non tes guru ( presentasi kelas ) pada mata pelajaran fiqih di MTs. Ismailiyyah Nalumsari Jepara E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun beberapa manfaat yang dapat ditemukan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

8 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbagan secara teoritis, khususnya tentang proses belajar mengajar pada mata pelajaran fiqih di lembaga formal maupun non formal serta memperkaya khasanah pengetahuan dalam proses belajar mengajar. Dalam ilmu pendidikan Islam teorits, diutarakan hal hal yang bersifat normatif, yakni yang menunjuk kepada standar nilai islam. 2. Manfaat Praktis Manfaat Praktis yang bisa diambil dari penelitian ini adalah : a. Bagi lembaga pendidikan, sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas penilaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Mts. Ismailiyyah b. Bagi pendidik, memberikan masukan kepada pendidik, khususnya pendidik mata pelajaran Fiqih tentang pentingnya menerapkan strategi belajar yang tepat dan agar mampu memahami setiap anak didiknya. c. Bagi peneliti yang akan datang, untuk mempersiapkan diri menjadi pendidik yang mampu memberikan penilaian pembelajaran secara tepat dan benar kepada peserta didik.