BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik di dalam aspek kebahasaan maupun kesusastraan. Jika kompetensi tersebut

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

B. IDENTIFIKASI MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tetangga. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengetahuan, pertimbangan, dan kebijaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di indonesia merupakan masalah nasional. Meningkatkan mutu. merupakan petunjuk adanya usaha yang dilakukan siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek. Berbicara tentang masalah pendidikan tidak terlepas kaitannya dengan lembaga pendidikan yaitu sekolah, mulai dari tingkat dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Dari jenjang lembaga pendidikan, maka SDlah sebagai ujung tombak atau dasar dari lembaga pendidikan selanjutnya. Dalam undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I ayat II berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif serta mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Depdiknas (2003, hlm. 2). Jika kajian lebih dalam pendidik itu merupakan usaha sadar artinya tindakan mendidik bukan merupakan tindakan yang bersifat spontan, tanpa tujuan yang jelas melainkan merupakan tindakan yang rasional, disengaja, disiapkan, direncakan, untuk mencapai tujuan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk menyiapkan siswa agar dapat berperan penting dalam kehidupan dimasa yang akan datang. Sehingga kelak siswa dapat memainkan perannya dalam perikehidupan sebagai pribadi, warga masyarakat maupun warga negara. Pendidikan yang mampu mendukung pengembangan dimasa mendatang adalah pendidika yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya Ismail (2003, hlm. 22) Pada kenyataannya sampai saat ini tujuan pendidikan nasional belum tercapai. Hal ini disebabkan karena sistem penyelenggaran pendidikan nasional tidak sesuai dan sejalan dengan definisi peserta didik yang dijelaskan dalam UU No.20 tahun 2003. Gagalnya pencapaian tujuan pendidikan 1

2 merupakan akibat dari sistem pendidikan yang tidak memberikan ruang bagi anak untuk mengembangkan potensi, bakat dan minatnya. Menurut Djalal (1986, hlm. 4) prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Undang-Undang No.14 tahun 2005 mengemukakan tentang guru dan dosen, Menegaskan bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi temapat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Saat ini banyak masalah dalam proses pembelajaraan di sekolah, lebih tepatnya di kelas, dimana siswa di tempatkan sebagai pendengar setia saat guru menyampaikan konsep materi belajar. Sehingga siswa merasa bosan dengan hanya duduk diam dan mendengarkan, seolah tidak ada waktu yang terpakai untuk berfikir dan berkreasi seefektif mungkin. Pemahaman siswa akan materi yang diajarkan akan terasa kurang begitu dimengerti karena siswa tidak merasakan betul apa yang disampaikan guru di kelas dan ini rasa tidak efekti dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan itu Isriani (2012, hlm. 41) mengemukakan bahwa guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Penting kiranya siswa mulai diberikan keleluasaan untuk mendapatkan pengalaman dan pemahaman atas informasi yang diperoleh dari penemuan-penemuan atau eksperimen-eksperimen yang mereka buat dan tentunya akan menambah percaya diri siswa di kelas. Percaya diri, peduli, tanggung jawab merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Percaya diri, peduli dan tanggung jawab yang dimiliki siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 sangat rendah, hal ini terlihat pada proses pembelajaran. Siswa cenderung diam dan malu untuk mengemukakan pendapat mereka. Rendahnya sikap percaya diri, peduli dan tanggung jawab yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri cibaduyut

3 148. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat PPL terlihat siswa pasif, hasil belajar rendah dan guru yang cenderung menguasai pembelajaaran. Perolehan hasil belajar siswa tersebut perlu mendapat perhatian dengan cara menerapkan model yang sesuai dengan karakter siswa. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan sikap percaya diri, peduli dan tanggung jawab yaitu melalui penerapan model Discovery Learning. Model Discovery learning merupakan model pembelajaran bebasis penemuan. Melalui penemuan siswa akan lebih termotivasi dan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self Lefancois dalam Emetembun (1986, hlm. 103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir Dalyono (1996, hlm. 41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Budiningsih (2005, hlm. 43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind Robert B. Sund dalam Malik (2001, hlm. 219). Pada kurikulum 2013 terdapat beberapa tema, peneliti akan mengkaji dari salah satu subtema yaitu Pelestarian Kekayaan Alam Di Indonesia. Pada subtema ini siswa kurang terampil dalam proses pembelajaran sehingga

4 peneliti mengambil tema ini, dengan adanya permasalahan di atas peneliti menganggap bahwa dengan model discovery learning siswa dapat dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran konsep-konsep pembelajaran di SD, kunci utama keberhasilan mengajar bukan terletak pada berapa banyak materi yang diberikan melainkan pada pengembangan keterampilan proses melalui metode ilmiah. Untuk siswa SD, metode ilmiah ini dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa SD, juga pola perkembangan pola pikir sehingga siswa dapat mencari sendiri materi-materi yang sesuai dengan konsep-konsep pembelajaran melalui berbagai cara misalnya melalui pengamatan, diskusi, dan tanya jawab, dengan demikian peneliti akan mnggunakan model pembelajaran Discovery Learning dalam penelitain. Discovery learning adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Budiningsih (2005, hlm. 43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inversi. Peran guru dalam pembelajaran Discovery learning sebaiknya sebagai fasilitator, pembimbing, penasehat, dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil pembelajaran di SDN Cibaduyut 148. Menampakan hasil yang minimun, rata rata kurang memuaskan, sehingga nilai hasil belajar dibawah KKM. Sedangkan KKM yang diharapkan di SDN Cibaduyut 148 adalah 70. Pada kenyataannya hasil yang dicapai siswa dalam ulangan harian tes formatif yang dilaksanakan oleh pendidik hasilnya kurang memuaskan. Dari 28 peserta didik yang ada, hanya 13 orang peserta didik yang mendapatkan nilai 70. Hal ini terbukti ketika penulis bertanya keberagaman suku bangsa dan agama di negeriku pada peserta didik, sangat sedikit peserta didik yang mengetahui tentang subtema keberagaman suku bangsa dan agama di negeriku. Selain kurang menguasai materi tersebut, rasa percaya diri peserta didik pun tidak

5 terlihat, hal ini terindikasi karena peserta didik kurang berani tampil di depan kelas, tidak berani mengemukakan pendapatnya, serta tidak mau mencoba hal hal yang baru. Fakta tersebut menjadikan pembelajaran dapat dikatakan kurang berhasil, sehingga perlu diadakan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti berupaya melakukan penelitian tindakan kelas berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Subtema Pemanfaatan Kekayaan alam di Indonesia. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagai mana telah di uraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minial (KKM) yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengaplikasikannya. 2. Kurangnya guru dalam mengelola kelas selama pembelajaran pada tema Kayanya Negeriku subtema pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia berlangsung yang menimbulkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa. 3. Siswa kurang memiliki sikap percaya diri, peduli dan tanggung jawab pada saat belajar dikarenakan kegiatan pembelajaran yang kurang menyenangkan dan menarik. 4. Beberapa siswa bergurau dengan temannya saat guru sedang menerangkan pelajaran. 5. Kurangnya pemahaman siswa dikarenakan siswa tidak diharapkan pada pembelajaran yang kongkrit.

6 C. Rumusan Masalah a. Secara Umum Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah model pembelajaran Discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia?. b. Secara Khusus Secara khusus perumusan masalah peneliti diperinci sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan RPP disusun dengan menggunakan model Discovery Learning agar hasil belajar siswa pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 Meningkat? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 tahun ajaran 2016/2017? 3. Bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 tahun ajaran 2016/2017? 4. Bagaimana menumbuhkan rasa peduli siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 tahun ajaran 2016/2017? 5. Bagaimana menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 tahun ajaran 2016/2017?

7 6. Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 tahun ajaran 2016/2017? 7. Bagaimana meningkatkan keterampilan siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning) pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 tahun ajaran 2016/2017? 8. Bagaimanakah hambatan yang dialami peneliti saat dilaksanakan proses pembelajaran pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia kelas IV SD Negeri Cibaduyut dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning 9. Upaya apa yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi masalah yang dialami pada saat menerapkan model pembelajaran Discovery Learning) di kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia? 10. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 tahun ajaran 2016/2017? D. Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 pada subtema pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia melalui model Discovery learning. 1. Ingin mengetahui perencanaan RPP kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia melalui model Discovery Learning. 2. Ingin mengetahui penerapan model Discovery Learning kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia.

8 3. Ingin menumbuhkan rasa percaya diri siswa melalui model pembelajaran Discovery Learning meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148. 4. Ingin menumbuhkan rasa peduli siswa melalui model pembelajaran Discovery Learning meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148. 5. Ingin menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa melalui model pembelajaran Discovery Learning meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148. 6. Ingin mengetahui peningkatan pemahaman siswa melalui model pembelajaran Discovery Learning meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148. 7. Ingin mengetahui peningkatan keterampilan siswa melalui model pembelajaran Discovery Learning meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148. 8. Ingin mengetahui hambatan guru dalam menggunakan model Discovery Learning pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia pada kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148. 9. Ingin mengetahui upaya dalam mengatasi masalah model Discovery Learning). 10. Ingin mengetahui hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 pada subtema Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia menggunakan model Discovery Learning.

9 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Melalaui hasil penelitian ini diharapkan guru kelas IV SD Negeri Cibaduyut 148 dan peneliti memiliki pengetahuan tentang penggunaan model-model pembelajaran yang di gunakan pada proses pembelajaran di SD, terutama untuk meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar dengan penggunaan model Discovery learning pada subtema pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah: Dapat menjadi acuan bagi sekolah guna menentukan kebijakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Bagi Guru: Dapat meningkatkan keterampilan guru dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran khususnya pada subtema pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia di kelas IV SD Negeri cibaduyut 148. c. Bagi Siswa: Dapat bermanfaat untuk meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan khususnya pada subtema pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia. d. Bagi Peneliti: Dapat meningkatkan keterampilan dalam melakukan penelitian serta bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan model Discovery Learning. F. Definisi Operasional 1. Discovery learning adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melal ui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Budiningsih (2005, hlm. 43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan

10 beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inversi. Proses tersebut disebut proses kognitif. 2. Hasil Belajar Menurut dimyati dan Mudjiono (2006, hlm. 62) Hasil belajar adalah hasil yang di capai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pembelajaran. 3. Percaya diri Percaya diri pada dasarnya adalah sikap yang memungkinkan seseorang untuk memiliki resepsi positif dan realistis terhadap dirinya sendiri dan kemampuannya. Hal ini ditandai dengan sikap seperti tegas, optimis, antusias, berkasih sayang, bangga, mandiri, percaya, mampu untuk menangani kritik dan matang secara emosional Goel, Anggarwal (2012, hlm. 28) 4. Sikap Peduli Menurut Kurniawati (2013, hlm. 157) Peduli adalah sebuah tindakan bukan hanya sebatas pemikiran atau perasaan. Tindakan peduli tidak hanya tahu tentang sesuatu yang salah atau benar, tapi ada kemauan gerakan sekecil apapun untuk membantu sesama yang membutuhkan. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002, hlm. 841) Peduli berarti mengindahkan, mnghiraukan, memperhatikan. Jadi orang yang peduli adalah orang yang memperhatikan objek. Berdasakan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa peduli adalah orang yang memperhatikan sesuatu dan ada kemauan untuk membantu sesama yang membutuhkan. 5. Sikap Tanggung Jawab Menurut Hermawan Aksan (2014, hlm. 105) Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dia lakukan, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, lingkungan, Negara, maupun Tuhan Yang Maha Esa.

11 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk melaksanakan kewajiban yang harus dia lakukan. 6. Pemahaman Menurut Em, Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja (2008, hlm. 607-608) Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses pembuatan cara memahami. Menurut Suharsini Arikunto (1995, hlm. 115) Pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah suatu perubahan yang membuktikan atau mengartikan bahwa ia mengerti dan memahami terhadap perbuatan yang dilakukan. 7. Keterampilan Berkomunikasi Menurut Effendi (1996, hlm. 6) Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap-sikap, pendapat atau perilaku. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan. G. Sistematika Skripsi Bab I terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistemtika skripsi. Bab II terdiri dari kajian teori, kerangka penelitian, Analisis dan Pengembangan Materi Pelajaran

12 Bab III terdiri dari metode penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV terdiri dari hasil dan temuan penelitian dan pembahasan penelitian. Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran.