BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lain dan antara manusia satu dengan yang lain

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga aspek muamalah, khususnya ekonomi Islam.Al-Quran secara tegas. Allah SWT berfirman dalam al-quran yang berbunyi :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV ANALISIS DATA

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Simultan Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN PSAK 105 (STUDI KASUS DI BMT KHALIFA BANDUNG)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

Biodata. 2. Tempat Tanggal Lahir : Banjarmasin, 20 Januari Alamat : Jln Teluk Tiram Darat Gg Bakti

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

melakukan ijab dan qabul dengan jelas secara lisan berdasarkan jual beli grosir,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM. menyetujui segala ketentuan-ketentuan yang Balelang.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TANAH PERHUTANI DI DESA KENDALREJO KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB IV ANALISIS PRAKTEK JAMINAN DALAM AKAD PEMBIAYAAN. IJARAH AL MUNTAHIYA BITTAMLIK di KJKS BMT BAHTERA PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD SIMPANAN QURBAN MENJADI PEMBIAYAAN QURBAN DI KJKS DAARUL QUR AN WISATAHATI SURABAYA

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PERJANJIAN SEWA RUMAH DI DESA RANDUSARI TERAS BOYOLALI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN. PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB II PROSEDUR PENGELOLAAN DANA INFAQ DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

BAB IV. dan pemborong cat yang dilakukan masyarakat Tambak wedi. Musha>rakah

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Hutang Piutang Dan Hibah Dalam Tradisi Dekekan Dilihat Dari Segi Akad Pada bab III telah dijelaskan bahwa pada akad hutang piutang dalam tradisi dekekan, pihak yang melakukan transaksi hutang piutang terjadi antara dua pihak (muqriḍ dan muqtariḍ) dan pihak ketiga (ahli waris muqriḍ dan/atau ahli waris muqtariḍ) yang mana dalam perjanjian hutang piutang antara pihak-pihak tersebut dilakukan secara tertulis, namun tidak dalam satu tempat. Baik pihak muqriḍ maupun pihak muqtariḍ sama-sama melakukan pencatatan dirumah masing-masing, namun bagi pihak muqtariḍ biasanya pencatatan tidak dilakukan diawal penyerahan barang, melainkan setelah acara hajatan selesai. Ijāb qābūlpun dilakukan secara lisan namun hanya menyebutkan nama pengirim barang dekekan tersebut. Meskipun dilakukan secara tertulis, transaksi hutang piutang dalam tradisi dekekanpun tidak pernah melibatkan saksi-saksi untuk menyaksikan proses terjadinya akad hutang piutang tersebut. Itulah sebabnya meskipun apabila suatu saat baik pihak muqriḍ maupun pihak muqtariḍ ada yang meninggal dunia dan catatan dekekan dilimpahkan kepada ahli warisnya, tetap saja adanya perbedaan pencatatan dan tidak ada saksi yang menyebabkan kesalahpahaman sampai perselisihan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-baqarah ayat 282: 80

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu āmalah, tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya 115 Ayat tersebut ditunjukkan bagi orang-orang yang beriman, tetapi yang dimaksud lebih spesifiknya adalah orang-orang yang melakukan mu āmalah, khususnya dalam hal hutang piutang dan pemberian hibah. Meskipun hibah dekekan adalah pemberian atas dasar sukarela namun, apabila hibah yang diberikan dengan jumlah nilai atau nominal yang banyak, sebaiknya pencatatan dan para saksi harus dihadirkan dalam pemberian hibah dekekan, karena hibah adalah salah satu bentuk akad dalam bermu āmalah. Turunnya ayat di atas agar memberi ketenangan baik bagi yang berhutang maupun yang berpiutang dan 115 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, 70-71. 81

yang memberi hibah maupun yang menerima hibah agar tidak terjadi kesalahpahamah atau perselisihan atau hal-hal yang tidak dinginkan di waktu yang akan datang. Meskipun transaksi dalam tradisi dekekan bukanlah suatu yang diminta atau kehendak pihak yang mempunyai hajat, namun hal tersebut terjadi karena perbuatan yang telah menjadi kebiasan atau tradisi ( urf). Anjuran untuk menulis atau mencatat itu dilakukan untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan diantara pihak-pihak yang terkait dengan akad, baik bagi pihak muqriḍ, muqtariḍ atau wāhib, mauhublah maupun ahli waris dari keduanya. Dari uraian diatas dan berdasarkan pendapat warga desa tersebut telah diketahui bahwa dalam praktik transaksi dalam tradisi dekekan tersebut masih menggunakan cara-cara lama, yang hanya didasarkan pada rasa saling percaya. Di mana dalam transaksi hutang piutang hal ini baik pihak pemberi dan penerima sama-sama percaya jika pencatatan mereka sama. Padahal pencatatan tidak dilakukan di satu tempat melainkan ditempat atau rumah masing-masing. Pada waktu transaksipun tidak didatangkan para saksisaksi agar apabila suatu hari terjadi kesalahpahaman ada yang menengahi atau ada yang menjadi saksi kebenaran terjadinya suatu akad hutang piutang. Namun, berbeda dengan pihak yang menghibahkan, baik nilai atau jumlah penghibahan sedikit atau banyak asal dengan kerelaan dalam memberi dan tau sama tau baik dengan pencatatan atau tidak, dengan saksi aau tidak, hal tersebut tidak berpengaruh dengan keabsahan hibah itu sendiri. Meskipun, hal pencatatan dan saksi tersebut sesuai dengan anjuran sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-baqarah ayat 282 yang menganjurkan manusia khususnya orangorang yang beriman dan bermu āmalah untuk menuliskannya dan mendatangkan para saksi dalam setiap transaksi hutang piutang karena ditakutkan adanya perselisihan dikemudian hari. Karena dalam hal transaksi tidak akan berakhir begitu saja meskipun para pihak 82

sebelumnya yang berakad terlebih dahulu meninggal dunia, melainkan masih berlangsung dengan pihak keluarga yang meneruskannya (ahli waris). B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Transaksi Dalam Tradisi Dekekan Dilihat Dari Segi Urf-nya Dalam Pemberian dan Pengembalian Barang Dekekan Pada bab III telah dijelaskan praktik pemberian transaksi dalam tradisi dekekan ini dilakukan dengan dua macam akad, yakni hutang piutang dan hibah oleh pemberi barang dekekan dengan mendatangi pihak yang mempunyai suatu hajatan besar seperti pernikahan, khitan atau tasyakuran haji. Praktik hutang piutang dalam tradisi dekekan di Desa Durungbedug Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo ini, menurut Ibu Umi Salamah selaku muqtariḍ, dia berkata bahwa ketika ada seorang yang memberi dekekan berupa benda, orang tersebut (muqriḍ) hanya menyerahkan barangnya saja, tanpa berkata apa-apa kecuali hanya menyebutkan nama yang memberikan barang dekekan sebagai tanda ijāb begitu pula bagi pihak yang menerima barang dekekan (muqtariḍ), dia akan menerima barang dekekan tersebut tanpa mengucapkan apapun kecuali terimakasih. Sebagai bukti adanya transaksi kedua belah pihak dilakukan secara tertulis, namun cara penulisan perjanjian atau pemberian barang dekekan tidak pada satu tempat ketika penyerahan barang. 116 Hal tersebut juga terjadi pada akad hibah, namun perbedaan terltak pada pengucapan ijāb dan qābūl. Apabila pada pemberian hibah, wāhib menyampaikan jika dia hanya ingin memberikan barang dekekan sebagai bentuk bantuan kepada pihak Mauhublah tanpa meminta pengembalian. Akad inilah akar dari tradisi dekekan dan lebih lama dari akad transaksi hutang piutang. Karena awalnya tradisi 116 Umi Salamah, Wawancara, Desa Durungbedug, 16 November 2013. 83

ini berasaskan ta āwun, tanpa pencatatan, saling percaya, tanpa pembebanan pengembalian apalagi pengembalian dengan jumlah yang sama. Dalam pengembalian barang dekekan juga telah dijelaskan pada BAB III, Menurut ibu Ita Supriatin apabila terjadi perselisihan dalam pencatatan dikarenakan pencatatan yang dilakukan pihak muqriḍ langsung sepulangnya dari tempat hajatan pihak muqtariḍ dan dirumahnya sendiri. Sedangkan, pihak muqtariḍ melakukan pencatatan setelah acara hajatan miliknya selesai diadakan. Itulah yang sering menjadi penyebab kelalaian pihak muqtariḍ. 117 Dalam hal ini ijāb qābūl dilakukan pada tiga puluh hari sebelum acara salah satu pihak berlangsung dan disana biasa disebut dengan selapan. Selapan dilakukan karena pihak-pihak yang dulunya diberi barang dekekan berjumlah lebih dari satu orang. Jadi, untuk mengantisipasi atau berjaga-jaga bagi pihak muqtariḍ agar bersiap sedia mengembalikan barang dekekan sesuai catatan kedua belah pihak, atau jika terjadi kesalahan dalam pencatatan, maka harus mengembalikan sesuai catatan pihak muqriḍ. Pengumuman selapan biasanya dilakukan oleh pihak muqriḍ yang sebelumnya telah memberi barang atau uang dekekan kepada para muqtariḍ. Ini dilakukan agar pihak muqtariḍ mengingat kalau memang pernah diberi barang dekekan oleh muqriḍ. 118 Seperti yang telah dijelaskan pula pada BAB II, Sighat akad sangat penting dalam rukun akad, karena melalui akad tersebut maka akan diketahui maksud dari setiap pihak yang melakukan transaksi, sighat akan dinyatakan melalui ijāb dan qābūl sebagai berikut: 117 Ita Suprihatin, Wawancara, Desa Durungbedug, 23 November 2013. 118 Ibid,. 84

1) Tujuan akad harus jelas dan dapat dipahami 2) Antara ijāb dan qābūl harus ada kesesuaian 3) Pernyataan ijāb dan qābūl harus sesuai dengan kehendak masing-masing dan tidak boleh ada yang meragukan. 119 Perlu diketahui bahwa syarat yang ada dalam akad menurut keabsahannya terbagi menjadi tiga, yaitu: 120 a. Syarat ṣaḥiḥ adalah syarat yang sesuai dengan substansi akad yang dilakukan (dalam hal ini akad yang dilakukan adalah akad hutang piutang), yang mendukung dan memperkuat substansi akad dan dibenarkan oleh syara, sesuai dengan kebiasaan masyarakat ( urf). b. Syarat fāsid adalah syarat yang tidak sesuai dengan salah satu kriteria yang ada dalam syarat ṣaḥiḥ, atau akad yang semua rukunnya terpenuhi, namun ada syarat yang tidak terpenuhi. Akibat hukumnya mauqūf (berhenti dan tertahan untuk sementara). Jadi, belum terjadi perpindahan barang dari penjual kepada pembeli dan perpindahan harga (uang) dari pembeli kepada penjual, sebelum adanya usaha untuk melengkapi syarat-syarat tersebut. c. Syarat bāṭil adalah syarat yang tidak mempunyai kriteria syarat ṣaḥiḥ dan tidak memberi nilai manfaat tetapi dapat menimbulkan dampak negatif. Bagi salah satu pihak atau pihak lainnya. Dikarenakan dalam tradisi dekekan terdapat dua akad transaksi, yakni hibah dan hutang piutang, masyarakat berhak memilih salah satu diantara kedua 119 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2002), 104. 120 Wahbah az-zuhailiy, Al-Fiqh al-islamiy Wa Adillatuh, 203-205. 85

akad tersebut asalkan tidak menyimpang dari hukum syari at Islam dan tradisi yang terjadi juga tidak luput dari syarat-syarat urf, antara lain a. Urf itu harus berlaku secara umum. b. Urf itu telah memasyarakat ketika persoalan yang akan ditetapkan hukumnya itu muncul. c. Urf itu tidak bertentangan dengan yang diungkapkan secara jelas dalam suatu transaksi. d. Urf itu tidak bertentangan dengan naṣ, sehingga menyebabkan hukum yang dikandung naṣ itu tidak bisa diterapkan. Urf seperti ini tidak dapat dijadikan dalil syara, karena kehujjahan urf bisa diterima apabila tidak ada naṣ yang mengandung hukum permasalahan yang dihadapi. 121 Setelah menyimak penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hutang piutang dalam tradisi dekekan tidak sesuai dengan rukun dan syarat dalam hukum Islam tentang hutang piutang (qarḍ), karena dalam tradisi tersebut ada unsur pemaksaan dan ketidakrelaan dari pihak muqtariḍ apabila pemberian dekekan tidak diberitahukan pada awal pemberian dekekan. Juga berdasarkan syarat akad, praktik hutang piutang dalam tradisi ini menggunakan syarat fāsid. Karena semua rukun dalam transaksi ini memang ada semua, mulai dari muqriḍ (orang yang menghutangi), muqtariḍ (orang yang berhutang), qaraḍ (obyek atau barang yang dihutangi) dan sighat (ijāb qābūl). Namun, beberapa syaratnya tidak terpenuhi, seperti adanya keterpaksaan dan merasa terbebani (baik salah satu pihak maupun kedua belah pihak yang berakad), tidak adanya saksi ketika melakukan ijāb qābūl dan pencatatan dilakukan dirumah masing-masing, jangka waktunya tidak jelas, 121 Nasroen Haroen, Ushul Fiqh I, 143. 86

meskipun terdapat selapan namun, bagi pihak yang kurang bahkan tidak mampu tetapi memiliki tanggungan hutang dekekan yang lumayan banyak pada bulan atau hari yang sama sehingga menyebabkan beban dan keterpaksaan lagi, serta yang paling menyedihkan adalah akibat dari semua itu adalah terjadinya perselisihan, pertengkaran bahkan putusnya tali silaturrahmi kekerabatan. Namun, pada transaksi penghibahan barang dekekan dengan tujuan sebagai bentuk tolong menolong atau bantuan terhadap sesama muslim yang membutuhkan, seperti firman Allah SWT dalam surat al-maidah ayat 2, sebagai berikut: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa- Nya. 122 Apalagi dalam transaksi hadiah atau hibah dekekan yang diberikan itu tidak ada pengharapan pengembalian dan syarat tertentu yang diberikan wāhib kepada mauhublah, sehingga tidak menyalahi rukun dan syarat hibah dan juga tidak keluar dari kaidah atau dari syarat-syarat urf. 122 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1971), 156. 87