BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan. Penyebab utama kematian adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung. Risiko wanita meninggal di negara berkembang 33 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju (WHO, 2015) Salah satu tujuan yang tertera pada Millenium Development Goals (MDGs) adalah meningkatkan kesehatan ibu. Targetnya adalah menurunkan kematian ibu sebesar tiga per empatnya dari tahun 1990 sampai 2015 yakni menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016) Akan tetapi, Indonesia telah gagal untuk memenuhi target MDGs tahun 2015. Oleh karena itu, mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di 1
kawasan ASEAN. Pada tahun 2007, ketika AKI di Indonesia mencapai 228, AKI di singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, filipina 112 perkelahiran hidup, serta Malaysia dan vietnam sama-sama mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Secara Nasional AKI di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga menempati salah satu yang terbaik. Meskipun demikian angka yang dicapai tersebut masih ralatif tinggi jika dibandingkan dengan berbagai wilayah di Asia Tenggara. Berdasarkan data dari BPS, AKI dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Angka terakhir yang dikeluarkan oleh BPS adalah tahun 2008, di mana AKI di DIY berada pada angka 104 per 100.000 kelahiran hidup, menurun dari 114 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan kabupaten kota pada tahun 2011 mencapai 56 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2010 sebanyak 43 kasus. Tahun 2012 jumlah kematian ibu menurun menjadi sebanyak 40 kasus sesuai dengan pelaporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, sehingga apabila dihitung menjadi AKI dilaporkan sebanyak 87,3 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun AKI terlihat kecenderungan penurunan, namun terjadi fluktuasi dalam 3-5 tahun terakhir. Target MDG s di tahun 2015 untuk AKI nasional adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan untuk DIY relatif sudah mendekati target, namun masih memerlukan upaya keras dan konsisten dari semua pihak yang terlibat (DinKes DIY, 2013) 2
Di Indonesia penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013 masih didomisasi oleh perdarahan (32%), dan hipertensi dalam kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus lama (5%) dan abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, kemataian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 32% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Sedangkan partus lama merupakan penyumbang kematian ibu terendah setelah abortus. Komplikasi selama persalinan dalam lima tahun sebelum dilakukan survei demografi kesehatan indonesia tahun 2012, wanita yang mengalami persalinan lama dilaporkan sebesar 35% kelahiran, air ketuban pecah dini lebih dari enam jam sebelum kelahiran dialami oleh 15% kelahiran, perdarahan berlebihan sebesar 8% dan demam sebesar 8%. Komplikasi lainnya dan kejang dialami juga pada saat persalinan masing-masing 5 dan 2 persen. Persalinan lama adalah waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan persalinan yang terhambat. Persalinan lama disebabkan oleh 3P yakni power (his tidak adekuat dan kelelahan ibu dalam mengejan), passanger (malpresenasi, malposisi dan ukuran janin yang besar) dan passage (panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, dan tumor jalan lahir) atau gabungan dari faktor-faktor tersebut (Manuaba, 2010). Selain itu, kadar hemoglobin rendah (anemia) terbukti menjadi faktor risiko persalinan lama (Kusumawati, 2006). Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi perdarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi. 3
Anemia merupakan penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam darah dibawah normal. Masalah yang sering terjadi pada ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami anemia, meskipun yang dialami umumnya merupakan anemia relatif akibat perubahan tubuh selama kehamilan. Anemia pada populasi ibu ibu hamil menurut kriteria anemia yang ditentukan WHO dan pedoman Kemenkes 1999, adalah sebesar 37,1 persen dan proporsinya hampir sama antara ibu hamil di perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Di Provinsi DIY prevelensi anemia pada tahun 2014 menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul dibawah 15%, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta antara 15%-38% sedangkan di Kulon Progo lebih dari 49% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015) Zat besi sangat dibutuhkan oleh ibu hamil untuk meningkatkan kadar hemoglobin agar mencegah terjadinya anemia dan menjaga pertumbuhan janin secara optimal. Kementrian Kesehatan menganjurkan agar ibu hamil mengonsumsi paling sedikit 90 pil zat besi selama kehamilannya. Bahaya kurangnya kadar hemoglobin atau anemia pada saat persalinan adalah persalinan prematur, gangguan his (kekuatan mengejan), kala pertama berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri (Manuaba, 2010). Penelitian Yuli Kusumawati tahun 2006 memberikan hasil bahwa ibu dengan kadar hemoglobin kurang dari 11 gr% mempunyai risiko 4
4,44 kali untuk mengalami persalinan dengan tindakan daripada ibu hamil yang tidak anemia. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Wulandari (2010) di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu juga menujukkan bahwa ibu bersalin yang mengalami anemia mempunyai risiko 2,667 kali lipat mengalami persalinan prematur dari pada ibu bersalin yang tidak mengalami anemia. Penelitian lain oleh Ratna Ariesta Dwi Andriani (2015) di salah satu BPM di Surabaya memberikan hasil 35 % ibu mengalami anemia yang terdiri dari 28,57 % mengalami kala II normal dan 71,42 % mengalami kala II lama. Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Wates Kulon Progo pada periode tahun 2015 kejadian partus lama sebanyak 121 kasus. Kasus ini paling banyak terjadi jika dibandingkan dengan RSUD Wonosari dan RSUD Bantul. Pada tahun 2016, kasus partus lama meningkat menjadi 251 kasus di RS tersebut. Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan kadar hemoglobin ibu bersalin dengan kejadian partus lama Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan kadar hemoglobin dengan kejadian partus lama? Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan kejadian partus lama periode tahun 2016. 5
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kadar hemglobin pada ibu bersalin periode tahun 2016. b. Membandingkan status anemia dengan kejadian partus lama periode tahun 2016. c. Mengetahui hubungan antara karakteristik usia dan paritas dengan kejadian partus lama. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Sebagai salah satu referensi bagi mahasiwa kebidanan pada khususnya maupun tenaga kesehatan pada umumnya mengenai hubungan kadar hemoglobin dengan kejadian partus lama sehingga dapat mencegah terjadinya partus lama. b. Sebagai salah satu bahan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian partus lama selain kadar hemoglobin ibu bersalin. 2. Manfaat praktis a. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukkan dalam pembuatan kebijakan rumah sakit untuk mengoptimalkan pelayanan kebidanan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan untuk mencegah terjadinya partus lama. 6
b. Bagi tenaga kesehatan Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan khususnya bidan mengenai faktor risiko terjadinya partus lama yang dapat dihindari dengan memberikan KIE tentang peran zat besi bagi ibu hamil, bersalin dan nifas melalui asuhan kebidanan yang komprehensif. c. Bagi masyarakat Meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya ibu hamil untuk mengkonsumsi gizi seimbang dan tablet penambah darah selama kehamilan agar kadar hemoglobin tidak kurang dari batas normal sehingga dapat mencegah persalinan lama. Keaslian Penelitian Penelitian Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kejadian Partus Lama di RSUD Wates Kulon Progo belum pernah diteliti sebelumnya, akan tetapi peneliti menemukan penelitian lain yang serupa yaitu: 1. Penelitian Yuli Kusumawati (2006) dengan judul Faktor-faktor Risiko yang Berhubungan Terhadap Persalinan dengan Tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko ibu, faktor gizi. Faktor kesehatan dan pertolongan persalinan merupakan faktor risiko terhadap persalinan dengan tindakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan case control yang melibatkan 85 responden sebagai kasus dan 85 responden sebagai kontrol. Salah satu hasil penelitian menunjukkan kadar hemoglobin rendah atau anemia mempunyai risiko 4,44 kali untuk terjadi persalinan dengan tindakan. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti hubungan 7
antara kadar hemoglobin dengan kejadian partus lama dengan pendekatan case control. 2. Penelitian Sri Wahyuni dan Triana Wulandari (2010) dengan judul Hubungan Anemia dengan Kejadian Persalinan Prematur di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu tahun 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan case control dan pendekatan reprospektif. Teknik pengambilan sampling menggunakan porposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara anemia dengan kejadian persalinan prematur. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada rancangan desain case control dan variabel bebas. Sedangkan perbedaannya terletak pada teknik pengambilan sampel, penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik simpel random sampling, dan juga variabel terikat penelitian yang akan diteliti adalah partus lama. 3. Penelitian Ratna Ariesta Dwi Andriani (2015) dengan judul Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Inpartu Kala II Lama di BPM Ny. Suhartini Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan teknik pengambilan simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer. Hasil penelitian ini ditemukan 35% memiliki anemia terdiri dari 28,57% mengalami kala II normal dan 71,42% mengalami kala II lama. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel bebas dan teknik pengambilan sampel. Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan yakni, desain penelitian yang akan dilakukan menggunakan case control sedangkan 8
penelitian ini menggunakan cross sectional, kemudian penelitian yang akan dilakukan mengambil data sekunder sedangkan penelitian ini menggunakan data primer serta variabel terikat pada penelitian ini adalah kala II lama sedangkan penelitian yang akan dilakukan partus lama. 9