PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

2013 PENGGUNAAN MEDIA LAGU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DALAM MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak, berbicara,

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK BERMAIN DRAMA MELALUI TEATER TRADISIONAL RANDAI BERBASIS KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA

Menumbuhkembangkan Karakter Kebahasaan Siswa. dengan Berbahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fersil Viali, 2016 Penerapan Metode Copy The Master dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Willy Eka Cahyadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. keempat keterampilan tersebut keterampilan mendengarkan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dikelas. Ketrampilan menulis puisi wajib dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. gerak-gerik badaniah yang nyata (Keraf, 1993: 2). Dengan bahasa, setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sarana interaksi sosial karena memiliki peran sentral dalam

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH. Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis,

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI KELAS VII A SMP NEGERI 47 MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah FERI YANTO, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menitik beratkan pada empat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 SAMBI TAHUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Membaca indah puisi merupakan sebuah usaha mengapresiasi karya sastra dan usaha menghidupkan sebuah karya sastra, khususnya puisi, di tengah maraknya arus modernisasi. Puisi sebagai sebuah karya yang lahir dari ekspresi seseorang (penulis) terhadap sebuah peradaban atau lingkungan sekitar dirasa perlu terus dilestarikan agar karya tersebut tetap hidup dan mampu memotivasi pandangan kritis generasi muda terhadap persoalan yang ada, baik persoalan sosial, politik, budaya, maupun hukum dan HAM. Untuk pencapaian tersebut, diperlukan adanya usaha dari semua pihak, baik itu akademisi, maupun seniman, budayawan, pelajar, dan masyarakat pada umumnya. Lalu darimana sesungguhnya budaya membaca indah puisi itu lahir? Jawabannya tidak lain adalah dari tradisi lisan masyarakat Indonesia bertahun-tahun yang lalu. Tradisi lisan masyarakat Indonesia yang tidak bisa dengan mudah dihilangkan, akhirnya membawa pengaruh terhadap pelisanan puisi lama di Indonesia, salah satunya adalah di Bali. Teeuw (1994, hlm. 173-174) mengungkapkan bahwa di Bali penggelaran puisi tradisional disebut dengan istilah mabasan atau masasakan, membaca puisi tradisional bersama-sama, dinyanyikan atau hanya dilisankan. Ibarat akar yang terus menjalar, penggelaran puisi tradisional tersebut juga berimbas pada puisi modern di Indonesia, dengan istilah yang berbeda, yakni peotry reading, pembacaan puisi modern. Salah satu pelopor poetry reading tersebut adalah WS.Rendra yang biasa menyuarakan puisinya di dalam penggelaran baca puisi, kemudian diikuti oleh Sutardji Calzoum Bachri, dan seterusnya. Hingga saat ini lahir banyak istilah untuk penyebutan puisi yang dilisankan, ada yang menyebutnya poetryreading, deklamasi, membaca indah puisi, danada juga yang menyebutnya pembacaan sajak. Namun, pada dasarnya istilah-

2 istilah tersebut memiliki makna yang sama, yakni melisankan karya puisi yang berupa tulisan melalui panggung pertunjukan. Hakikatnya pun sama, yakni merupakan cara bagaimana masyarakat mengapresiasi bentuk karya sastra berupa puisi dan juga sebagai bentuk upaya menjaga warisan tradisi. Dalam dunia pendidikan, usaha apresiasi puisi tersebut terwujud dalam rancangan kurikulum, terutama dalam KTSP yang menghadirkan Standar Kompetensi (SK) membaca sastra. Melalui SK tersebut para siswa dituntut untuk terampil membaca, menyimak, berbicara dan menulis karya sastra. SK tersebut juga merupakan wujud konkret bagaimana dunia pendidikan berperan aktif dalam menghidupkan karya sastra di kalangan generasi muda. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang pelatih puisi di Komunitas Sastra Cianjur, Yusuf Gigan, pada tanggal 25 Juni 2015 (lihat transkrip wawancara pada lampiran), pembelajaran sastra, khususnya membaca indah puisi, memang merupakan suatu pembelajaran yang sulit sehingga banyak guru yang akhirnya menyerahkan siswa ke Komunitas Sastra Cianjur untuk dilatih membaca puisi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya strategi atau teknik khusus untuk membuat pembelajaran membaca indah puisi ini menarik dan membuat siswa aktif. Minat dan kemampuan siswa dalam membaca indah puisi menjadi sangat kurang. Salah satu penyebab sulitnya siswa dalam membaca indah puisi adalah siswa kurang percaya diri. Oleh karena itu, diperlukan sebuah teknik pembelajaran yang cocok untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri para siswa untuk berani mengekpresikan puisi. Pradopo (2010, hlm. 7) mengemukakan bahwa puisi itu mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam satuan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekpresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rangkaian dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.

3 Berdasarkan penjelasan Pradopo tersebut, terdapat penegasan bahwa puisi harus diekpresikan dalam wujud paling berkesan. Dalam dunia pendidikan hal tersebut disebut sebagai apresiasi puisi. Salah satu bentuk apresiasi puisi yang berkesan salah satunya dapat dilakukan melalui membaca indah puisi. Menurut Soleh dalam makalahnya yang berjudul Berlatih Membaca Puisi dan Cerpen untuk Sekolah Menengah (2011, hlm.2) pembacaan puisi yang berkesan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pembacaan dengan bernyanyi, menari, berteriak, mengerang, bahkan berguling sekali pun akan menjadi sebuah ekspresi yang menarik asalkan apa yang dilakukan dalam pembacaan sesuai dengan interpretasi puisi yang dibacakan. Dalam makalahnya Soleh juga mengemukakan tiga pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembacaan puisi, yakni (1) membca puisi dengan membawa teks, (2) pendekatan deklamasi, dan (3) pendekatan keaktoran. Adapun salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai dalam pembelajaran membaca sastra adalah membaca indah puisi. Membaca indah puisi tersebut mencakup beberapa aspek yang harus dikuasai oleh para siswa, yakni, (1) pemaknaan, (2) penjiwaan, (3) penguasaan gesture, (4) penguasaan mimik, dan (5) penguasaan vokal. Kelima aspek tersebut termaktub dalam lembar penilaian membaca indah puisi yang dimiliki oleh para guru. Dari aspek tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa melalui membaca indah puisi, siswa dituntut untuk mengoptimalkan dua alat dalam tubuhnya, yakni alat dalam dan alat luar sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Noer (1997, hlm. 22) dua alat deklamasi adalah alat-dalam dan alat-luar. Alat dalam berfungsi untuk menangkap isi dan maksud sajak serta ogan-organ yang dapat berasosiasi dengannya, sedangkan alat luar bagi seorang deklamator adalah suara yang baik. Dengan pertimbangan aspek yang harus dikuasai oleh para siswa tersebut dan juga mempertimbangkan apa yang diungkapkan oleh Noer, peneliti berpendapat bahwa salah satu teknik yang

4 dapat diterapkan untuk mengoptimalkan alat-luar dan alat-dalam para siswa dalam pembelajaran membaca indah puisi adalah teknik pelatihan akting Stanislavski. Teknik pelatihan akting Stanislavski biasanya diterapkan dalam pembelajaran drama karena di dalam sebuah drama, kemahiran aktor dalam berakting merupakan unsur penting di atas panggung. Namun, dalam pembelajaran membaca indah puisi pun para siswa juga membutuhkan bekal keaktoran karena melalui bekal keaktoranlah para siswa akan mampu menumbuhkan rasa percaya diri, termasuk mengoptimalkan alat-luar dan alat-dalam seperti apa yang diungkapkan oleh Noer di atas. Pemikiran tersebut juga didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan seorang seniman, Gusjur Mahesa, pada tanggal 28 Oktober 2014 (transkrip wawancara terlampir), seusai perhelatan lomba Baca Puisi Piala Rendra. Gusjur Mahesa menerangkan bahwa ketika pembacaan puisi di atas panggung secara otomatis pembacaan tersebut harus mampu menjadi sebuah pertunjukkan yang menarik. Seorang pembaca puisi akan terlihat berkesan apabila dia juga mampu menjadi aktor, menjadi apa yang ada di dalam puisi. Pendapat tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Asrizal Nur, ketika diwawancara seusai perlombaan baca Puisi Hari Pahlawan di Semarang, tanggal 10 November 2014 (transkrip wawancara terlampir). Asrizal mengemukakan bahwa pembacaan puisi seharusnya lebih eksploratif. Seorang pembaca puisi seyogyanya mampu memainkan pembacaan puisi yang berkesan di atas panggung dan tidak hanya membaca seperti layaknya membaca di dalam kamar. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara baik melalui eksplorasi tubuh, maupun media seperti video mapping. Selain pendapat yang diungkapkan oleh para ahli tersebut, pengalaman peneliti dalam bidang pembacaan puisi semakin memperkuat asumsi bahwa seorang pembaca puisi memerlukan pelatihan keaktoran.

5 Lewat pelatihan keaktoran tersebutlah seorang pembaca puisi akan mampu mengaktualisasikan jiwa dan tubuhnya di atas panggung. Berdasarkan pendapat para ahli dan apa yang dirasakan oleh peneliti secara empiris tersebut semakin memperkuat peneliti untuk menerapkan teknik pelatihan akting Stanislavski dalam pembelajaran membaca indah puisi di sekolah. Akan tetapi, sebelum diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, perlu adanya penelitian terlebih dahulu mengenai efektivitas teknik tersebut dalam meningkatkan kemampuan membaca indah puisi. Secara garis besar, pelatihan akting Stanislavski terdiri dari: 1) olah tubuh. 2) olah vokal, dan 3) olah sukma. Olah tubuh diterapkan untuk melatih stamina dan menunjang kesadaran gestikulasi seorang pembaca puisi, olah vokal merupakan latihan yang bertujuan untuk menunjang volume suara seorang pembaca puisi dan olah sukma adalah bentuk latihan yang bertujuan untuk menunjang penjiwaan seorang pembaca puisi. Peneliti melihat bahwa belum banyak penelitian yang dilakukan oleh akademisi tentang membaca indah puisi. Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian berjudul Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam Pembelajaran Ekspresi Puisi oleh Rizky Hermansyah (mahasiswa UPI Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2007). Hal tersebut dikarenakan perlu adanya dasar keaktoran yang dimiliki oleh seorang peneliti dalam menerapkan pendekatan tersebut agar dalam penerapannya tidak terjadi ketimpangan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Teknik Pelatihan Akting Stanislavski dalam Pembelajaran Membaca Indah Puisi Siswa SMP Kelas IX di SMP Negeri 1 Lembang. (Penelitian Eksperimen Kuasi Nonequivalent Control Group Design). 1.2Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

6 1. Bagaimana proses pembelajaran membaca indah puisi pada siswa kelas eksperimen dengan menggunakan teknik pelatihan akting Stanislavski? 2. Bagaimana kemampuan membaca indah puisi pada siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan perlakuan khusus berupa teknik pelatihan akting Stanislavski? 3. Bagaimana kemampuan membaca indah puisi siswa kelas kelas kontrol yang tanpa teknik pelatihan akting Stanislavski? 4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca indah puisi di kelas eksperimen dengan kelas kontrol? 1.3Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi standar dalam kurikulum. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan halhal sebagai berikut: 1. Mengetahui proses pembelajan membaca indah puisi di kelas eksperimen dengan teknik pelatihan akting Stanislavski 2. Mengetahui perbandingan kemampuan membaca indah puisi siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan perlakuan khusus berupa teknik pelatihan akting Stanislavski. 3. Mengetahui perbandingan kemampuan membaca indah puisi siswa kelas kontrol yang tanpa perlakuan berupa teknik pelatihan akting Stanislavski. 4. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca indah puisi siswa di kelas eksperimen dengan kelas kontrol. 1.4Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak, yakni guru, siswa dan peneliti. Adapun manfaat praktis tersebut adalah sebagai berikut. 1. Bagi Guru

7 Melalui penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski, Guru diharapkan dapat memeroleh masukkan dalam menggunakan pendekatan yang bisa menstimulasi rasa percaya diri, daya kreatif dan ekploratif siswa dalam membaca puisi sehingga keterampilan membaca puisi siswa dapat meningkat. 2. Bagi Siswa Melalui penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski, siswa diharapkan dapat mengoptimalkan rasa percaya diri, mengasah kreatifitas melalui pengoptimalan alat-luar dan alat-dalam seorang deklamator, kemudian memunculkan keberanian eksplorasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca indah puisi. 3. Bagi Peneliti Sebagai tugas akhir, penelitian ini diharapkan mampu menjadi media pembuktian atas ilmu yang telah didapat oleh peneliti selama berada di bangku perkuliahan. Selain media pembuktian, penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi bentuk pengabdian peneliti terhadap dunia pendidikan di Indonesia. 1.5Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini disusun menjadi lima bab utama yakni BAB I Pendahuluan, BAB II Landasan Teoritis, BAB III Metodologi Penelitian, BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. BAB I pendahuluan dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang penelitian mengapa masalah pembelajaran membaca indah puisi ini diteliti, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian yang ingin dicapai, serta manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti. Pada BAB II, penulis mengemukakan tentang teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai landasan peneliti dalam melakukan penelitian baik teori-teori yang berkaitan dengan variabel membaca indah puisi ataupun

8 variabel teknik pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, peneliti mencantumkan asumsi yang dirumuskan oleh peneliti serta hipotesis yang diajukan oleh peneliti. BAB III yaitu bab metodologi penelitian, pada bagian ini peneliti menjelaskan tentang hal-hal yang berkenaan dengan metode dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian, populasi dan sampel penelitian, rumusan definisi-definisi yang dioperasionalkan yang selanjutnya melahirkan indikator-indikator yang dijabarkan dalam instrumen penelitian. Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga instrumen yaitu instrumen perlakuan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen tes berupa soal dan kriteria penilaian performansi membaca indah puisi, dan instrumen observasi berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Terakhir, dalam BAB ini peneliti mencantumkan pula teknik pengolahan data. Pada tahap ini, peneliti menjelaskan cara-cara yang akan dilakukan peneliti dalam mengolah data yang sudah dihasilkan sebelumnya. BAB IV dalam penelitian ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan ini menjabarkan tentang deskripsi proses penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis membaca indah puisi siswa, analisiis data dan pembahasan. Pada bagian pembahasan, peneliti mengorelasikan antara teori yang digunakan dengan data hasil penelitian yang sudah diperoleh, kemudian menghubungkannya dengan hipotesis yang diajukan. BAB V merupakan BAB terakhir. BAB ini berisi tentang simpulan serangkaian pembahasan yang sudah dilakukan dan merupakan jawaban atas rumusan masalah yang telah diajukan pada BAB I. Selain itu, BAB ini juga berisi tentang implikasi, dan rekomendasi yang diajukan peneliti bagi guru dan bagi penelitian selanjutnya.