PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 51 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 6

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 49 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KETERTIBAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENERTIBAN HEWAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENVELENGGARAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2012 Seri : E

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENERTIBAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK BUPATI MAROS

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 02 TAHUN 2014

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BUPATI WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 07 TAHUN 2006 TENTANG PETERNAKAN DAN PENERTIBANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KETERTIBAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 7 SERI E

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENERTIBAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 08 TAHUN 2006 BUPATI SUKAMARA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KETERTIBAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 03 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENATAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan lingkungan yang bersih, indah dan sehat adalah tugas dan kewajiban Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat pada umumnya untuk merealisasikan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan dan Penataan Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan Lingkungan. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824); 2. Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3475); 1

3. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 4. Undang Undang Nomor 13 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Luwu Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3826); 5. Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik ndonesia Nomor 4851); 8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3253); 2

11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lemabaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai; 17. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 5 Tahun 1999 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai; 18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kwalitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Sulawesi-Selatan (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 44, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 216); 3

19. Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 14 Tahun 2003 tentang Pengelolaan, pengendalian, pencemaran air, baku mutu udara, ambien dan emisi serta baku mutu tingkat gangguan kegiatan yang beroperasi di Provinsi Sulawesi Selatan; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 8 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Luwu Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 179);. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA dan BUPATI LUWU UTARA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TENTANG PENGELOLAAN DAN PENATAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Luwu Utara. 2. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Luwu Utara. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Luwu Utara sebagai unsur penyelenggara Pemrintah Daerah. 4

5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 6. Kebersihan dan keindahan lingkungan adalah suatu keadaan lingkungan yang bersih dan tertata rapi sehingga menambah keindahan dan kenyamanan hidup. 7. Kesehatan Lingkungan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, air, orang, tempat, dan perlengkapannya serta ternak yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan, sehinggah terwujud kualitas lingkungan yang sehat. 8. Lingkungan Hidup adalah kesatuan lingkungan ruang lingkup dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. 9. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk berkelanjutan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan, penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. 10. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah kebijakan mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan. 11. Perusakan Lingkungan Hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. 12. Ternak adalah hewan piaraan yang berkembang biak serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia. 13. Kesehatan Masyarakat Veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kegiatan manusia. 14. Kolam Septic adalah tempat penampungan kotoran manusia dan binatang. 15. Limbah adalah sisa kegiatan manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk cairan yang dibuang kedalam lingkungan. 5

16. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. 17. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. 18. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah. 19. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. 20. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah diangkat ke tempat pendauran ulang, pengelolaan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. 21. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. 22. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. 23. Bak sampah adalah tempat sampah permanen yang digunakan untuk menampung sampah. 24. Keranjang atau tong sampah adalah tempat untuk menampung sampah yang disediakan oleh penghasil sampah. 25. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, yang dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. 26. Sampah anorganik adalah sampah yang sulit/tidak dapat terurai, dan bila dibuang pada lahan akan mengganggu atau merusak struktur/komposisi dan fungsi tanah sebagai bidang resapan air, seperti kertas, plastik, kaleng dan lain sebagainya. Pasal 2 Ruang lingkup pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan di Kabupaten Luwu Utara meliputi darat, sungai, pantai, laut dan udara. 6

BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 3 Pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan, diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, berkelanjutan, asas manfaat, keadilan, kesadaran, kebersamaan, keselamatan, keamanan dan asas nilai ekonomi. Pasal 4 Pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang bersih, indah dan sehat diseluruh wilayah Kabupaten. BAB III TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN DAN DESA Bagian Kesatu Tugas Pasal 5 Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Pasal 6 Tugas Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri dari : a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat; b. melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat; 7

c. memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan terwujudnya lingkungan yang bersih, indah dan sehat; d. memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat; e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah; f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat dalam mengelolah dan menata lingkungan yang bersih, indah dan sehat; dan g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintahan, swasta, sekolah dan masyarakat agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat; Bagian Kedua Wewenang Pasal 7 (1) Dalam penyelenggaraan pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa mempunyai wewenang sebagai berikut : a. menetapkan kebijakan dan strategi daerah dalam pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat, berdasarkan situasi dan kondisi wilayah dengan berpedoman pada kebijakan nasional dan provinsi; b. menyelenggarakan pengelolaan dan penataan lingkungan yang bersih, indah dan sehat skala kabupaten, kecamatan, kelurahan dan desa sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dan pusat; c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain; d. merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan kebersihan, keindahan, dan kesehatan lingkungan; 8

e. memberikan motivasi dan penyuluhan, bimbingan serta pengawasan kepada masyarakat agar berpartsipasi secara aktif, baik melalui swadaya maupun gotong royong terkait dengan pelaksanaan pemeliharaan, pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan, dan kesehatan lingkungan; f. mempersiapkan dan menetapkan lokasi TPS, TPA dan TPST; g. mengambil dan mengangkut sampah dari sumber ke TPS; h. mengambil dan mengangkut sampah dari TPS ke TPA dan/atau TPST; i. mengelolah sampah di TPA dan TPST; j. bersama dengan masyarakat menyediakan, memelihara dan menata sarana dan prasarana kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan. k. membentuk tim monitoring dan evaluasi pada semua tingkatan pemerintahan dalam rangka pelaksanaan gerakan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan; dan l. menyelenggarakan gerakan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada semua tingkatan pemerintahan melalui program Jum at bersih. (2) Tim monitoring dan evaluasi kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada semua tingkat pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k, dibentuk untuk melaksanakan, menjabarkan dan mendukung tugas pemerintah kabupaten dan desa dalam mewujudkan lingkungan yang bersih, indah dan sehat. (3) Wewenang Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didukung oleh masyarakat dan dijabarkan di lingkungan kantor pemerintahan, swasta, sekolah dan tempat ibadat. (4) pembentukan tim monitoring dan evaluasi kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. 9

(1) Setiap orang berhak : BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Hak Pasal 8 a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan dari pemerintah kabupaten dan desa dan/atau pihak lain yang diberi tanggungjawab untuk itu; b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan pengawasan dalam pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan; c. memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan; d. mendapatkan perlindungan dan kompensasi sebagai dampak negatif dari kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dan e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan secara baik dan berwawasan lingkungan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih dengan Peraturan Bupati dan Peraturan Desa sesuai dengan kewenangannya dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. 10

Bagian Kedua Kewajiban Paragraf 1 Kewajiban Pengelolaan dan Penataan Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan Lingkungan Pasal 9 (1) Kewajiban masyarakat adalah mendukung program Pemerintah Kabupaten dan Desa dalam rangka mewujudkan terciptanya lingkungan yang bersih, indah dan sehat secara berkesinambungan yang dilakukan secara menyeluruh. (2) Menyelenggarakan gerakan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan sekali dalam seminggu pada semua lapisan masyarakat melalui program Jumat bersih. (3) Menyelenggarakan program bersih, indah dan sehat di lingkungan masing - masing melalui prakarsa, swadaya dan gotong royong masyarakat dengan kegiatan : a. membersihkan dan memelihara halaman rumah, pekarangan, jalanan, saluran pembuangan air limbah disekitar bangunan dan pekarangan yang dimiliki; b. menyediakan tempat sampah sebagai pengganti TPS disetiap rumah, kantor, kendaraan dan tempat tempat usaha; c. tidak membuang sampah kecuali di tempat yang sudah ditentukan ; d. melakukan penimbunan sampah di sekitar rumah dan pekarangan masing-masing ; e. memasukkan ke dalam kantong-kantong plastik, kardus, keranjang/tempat sampah yang mudah diangkut atau dipindahkan oleh petugas kebersihan dengan cara memisahkan jenis sampah organik dan anorganik; f. menangani sampah rumah masing-masing dengan cara mengurangi (reduce), menggunakan (reuse) dan daur ulang (recycle); g. mengecat atau mengapur pagar dan memangkas pagar hidup yang tidak teratur; 11

h. memotong dahan tanaman pekarangan yang mengganggu pemandangan atau yang dapat membahayakan pengguna jalan; i. memelihara pot bunga dan tanaman hias lainnya yang berada di sekitar halaman dan pekarangan masing masing; j. membuat jamban keluarga dan kolam septik di rumah/pekarangan masing masing; k. tidak meletakkan, menggantung dan menjemur sesuatu benda di pagar, di jalan raya, lapangan olahraga serta di lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya. l. tidak menyumbat atau merintangi aliran air yang mengalir pada selokan pembuangan air; m. tidak mencuci kendaraan bermotor dijalanan umum; n. tidak memasang, menempelkan barang atau membuat coret-coret pada dinding, tembok bangunan, baik bangunan fasilitas umum, fasilitas sosial maupun milik pribadi; o. tidak memelihara binatang dan satwa yang dapat menimbulkan penyakit dan bau busuk; p. tidak menggunakan trotoar dan jalanan umum untuk semua kegiatan yang dapat mengganggu arus lalu lintas kecuali dengan izin Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk; q. tidak menjadikan saluran air, selokan, sungai dan pantai sebagai tempat pembuangan sampah, limbah dan tinja serta tempat permandian ternak dan pembuangan kotoran ternak; r. tidak mencemari udara sebagai akibat limbah pabrik dan mesin dalam kapasitas yang besar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; s. melakukan kegiatan lain yang terkait dengan kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan sesuai kondisi masing masing. (4) Kewajiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan dan dijabarkan di lingkungan kantor pemerintahan / swasta, sekolah dan tempat ibadah. 12

Pasal 10 (1) Setiap orang atau badan hukum yang menyelenggarakan suatu kegiatan keramaian yang menggunakan fasiltas umum dan fasilitas sosial, berkewajiban atas kebersihan lingkungan tempat diselenggarakannya kegiatan. (2) Setiap orang atau badan hukum yang menyelenggarakan suatu kegiatan keramaian tempat masing-masing, berkewajiban atas kebersihan lingkungan tempat diselenggarakannya kegiatan. Pemilik ternak, diwajibkan untuk : Paragraf 2 Kewajiban Pengelolaan Ternak Pasal 11 a. menjaga kebersihan dan kesehatan ternak masing masing sehingga tidak menimbulkan bau dan limbah kotoran yang tidak menyenangkan yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan; b. melaksanakan pencegahan, pemeriksaan dan pemberantasan penyakit hewan secara periodik dibawah kendali petugas teknis ; c. membuat kandang ternak jenis unggas terpisah dari rumah tinggal; d. mengkandangkan ternak jenis unggas dengan populasi lebih dari 100 (seratus) ekor dengan jarak paling kurang 15 (lima belas) meter dari rumah tinggal dan memiliki izin gangguan (HO) serta tidak pada lingkungan pemukiman penduduk; e. ternak kecil jenis kambing dan babi wajib dikandangkan dengan jarak paling kurang 20 (dua puluh) meter dari rumah tinggal; f. ternak besar jenis kuda, kerbau dan sapi dengan populasi 1 (satu) sampai 10 (sepuluh) ekor wajib dikandangkan dengan jarak paling kurang 20 (dua puluh) meter dari rumah tinggal; dan g. ternak besar jenis kuda, kerbau dan sapi dengan populasi lebih dari 10 (sepuluh) ekor wajib digembala pada lokasi penggembalaan masing-masing yang terpisah dari pemukiman padat penduduk. 13

Pasal 12 (1) Dusun /Lingkungan dengan penduduk majemuk pemeluk agama, ternak babi harus dilokalisir dengan jarak minimal 100 (seratus) meter dari pemukiman penduduk muslim. (2) Dusun/ Lingkungan dengan penduduk mayoritas beragama Islam, tidak dibenarkan adanya kandang babi. (3) Dusun/ Lingkungan dengan penduduk mayoritas non muslim, dalam memelihara ternak babi, harus dikandangkan dengan jarak paling kurang 20 (dua puluh) meter dari rumah tinggal dan membuat kolam septik (tempat penampungan kotoran ) serta sumur resapan. Pasal 13 (1) Pemilik ternak besar dan kecil tidak dibenarkan melepas dan/atau mengembala ternak dipekarangan dan atau lokasi orang lain, perkantoran pemerintah / swasta, sekolah, lapangan olahraga, jalan raya, rumah ibadat dan tempat tempat umum lainya. (2) Ternak besar dan kecil yang tidak dikandangkan dan/atau dipelihara, dianggap ternak liar dan tidak bertuan dapat ditangkap oleh masyarakat untuk selanjutnya dilaporkan dan diserahkan kepada petugas pada setiap tingkatan pemerintahan. (3) Ternak liar dan tidak bertuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diamankan oleh petugas pada setiap tingkatan pemerintahan untuk proses lebih lanjut dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja. (4) Setelah dilakukan penangkapan dan pengamanan ternak liar dan tidak bertuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), petugas yang menemukan segera menyebarluaskan informasi melalui pengumuman resmi pada kantor kepala desa/kelurahan dan/atau media lainnya di wilayah tempat ditemukannya ternak dimaksud. 14

(5) Apabila dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3 ) dan ayat (4) pemilik ternak tidak ditemukan, maka petugas yang bersangkutan dapat melakukan tindakan hukum lebih lanjut berupa lelang dan/ atau sejenisnya. (6) Hasil pelelangan dan/atau sejenisnya sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dititip pada bendahara penerima pemerintahan pada semua tingkatan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja. (7) Selisih dari denda yang diberlakukan dititip pada bendahara penerima pemerintahan pada semua tingkatan, untuk selanjutnya diserahkan kepada pemilik ternak. (8) Apabila dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (7) pemilik ternak tidak ditemukan, maka uang hasil lelang tersebut menjadi pendapatan asli daerah dan desa. (9) Apabila dalam proses sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pemilik ternak telah ditemukan, maka oknum yang bersangkutan dikenakan denda sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (13). (10) Ternak besar dan kecil yang tidak dikandangkan dan/atau tidak digembala sehingga merugikan, mengganggu dan/atau merusak milik/hak orang lain dikenakan denda dan membayar ganti rugi uang tunai sesuai dengan jumlah kerugian yang ditimbulkan. BAB V KERJASAMA DAN KEMITRAAN Bagian Kesatu Kerjasama antar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa Pasal 14 (1) Pemerintah kabupaten dan desa dapat melakukan kerjasama antar daerah dan desa dalam melakukan pengelolaan dan penataan kebersihan, kendahan dan kesehatan lingkungan. 15

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk kerjasama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan. Bagian Kedua Kemitraan Pasal 15 (1) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan dan penataan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan. (2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjian antara Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah Desa dengan badan usaha yang bersangkutan. (3) Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dan Peraturan Desa. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 16 (1) Bupati wajib melakukan pembinaan atas pelaksanaan peraturan daerah ini. (2) Kewajiban pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dideligasikan kepada pejabat lain yang ditunjuk untuk itu dengan Keputusan Bupati. 16

Bagian Kedua Pengawasan Pasal 17 (1) Pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada tingkat kecamatan dilakukan oleh tim kabupaten. (2) Pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada tingkat desa dan kelurahan dilakukan oleh tim kecamatan. (3) Pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada tingkat dusun dan lingkungan dilakukan oleh tim pemerintah desa dan kelurahan. (4) Pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan pada rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) dilakukan oleh tim ditingkat dusun dan lingkungan. BAB VII KETENTUAN SANKSI Pasal 18 (1) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (1) dan (2) dikenakan denda paling sedikit Rp. 25.000,00/kepala keluarga (dua puluh lima ribu rupiah per kepala keluarga) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 50.000,00/kepala keluarga (lima puluh ribu rupiah per kepala keluarga) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. 17

(2) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (3) terkecuali huruf r dikenakan denda paling sedikit Rp. 25.000,00/kepala keluarga (dua puluh lima ribu rupiah per kepala keluarga) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 50.000,00/kepala keluarga (lima puluh ribu rupiah per kepala keluarga) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. (3) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (3) huruf r, dikenakan denda paling sedikit Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) ditingkat pedesaan dan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) ditingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. (4) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 10 ayat (1) dikenakan denda paling sedikit Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. (5) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 10 ayat (2) dikenakan denda paling sedikit Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. (6) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf a, huruf b dan huruf c dikenakan denda paling sedikit Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. (7) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf d dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari (lima puluh ribu rupiah per hari) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000,00/hari (seratus ribu rupiah per hari) pada ibukota kecamatan dan kabupaten. (8) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf e dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari/ekor (lima puluh ribu rupiah per hari per ekor) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000,00/hari/ekor (seratus ribu rupiah per hari per ekor) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. 18

(9) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf f dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari/ekor (lima puluh ribu rupiah per hari per ekor) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000/hari/ekor (seratus ribu rupiah per hari per ekor) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. (10) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 11 huruf g dikenakan denda paling sedikit Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. (11) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 12 dikenakan denda paling sedikit Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. (12) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 13 ayat (1) dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari/ekor (lima puluh ribu rupiah per hari per ekor) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000,00/hari/ekor (seratus ribu rupiah per hari per ekor) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan. (13) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 13 ayat (9) dikenakan denda paling sedikit Rp. 50.000,00/hari/ekor (lima puluh ribu rupiah per hari per ekor) di tingkat pedesaan dan paling sedikit Rp. 100.000,00/hari/ekor (seratus ribu rupiah per hari per ekor) pada tingkat kelurahan dan ibukota kecamatan, serta membayar ganti rugi senilai kerugian yang ditimbulkan oleh pengrusakan ternak tersebut. 19

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan mengundangkan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara. Ditetapkan di Masamba pada tanggal 10 Agustus 2010 BUPATI LUWU UTARA, ttd ARIFIN JUNAIDI Diundangkan di Masamba pada tanggal 10 Agustus 2010 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA, ttd SYAMSUL BACHRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010 NOMOR 2 20