BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi

dokumen-dokumen yang mirip
I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. dipertegas dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

TINJAUAN HUKUM PIDANA MENGENAI TINDAK PIDANA PENIPUAN

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

KEBIJAKAN FORMULASI ASAS SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIEL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam peta dunia, maka akan tampak jelas wilayah negara Indonesia

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan rasa kekhawatiran yang mendalam pada masyarakat. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

III. METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam kerangka penulisan ini adalah :

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya. 55

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebijaksanaan ( policy) merupakan kata istilah yang digunakan sehari-hari, tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

PERAN KORBAN DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN ( Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN CYBERCRIME (CRIMINAL LAW POLICY IN PREVENTING CYBERCRIME)

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi tercapainya suatu keadilan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hukum merupakan himpunan peraturan perundang-undangan yang berisi tentang perintah dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Pada prinsipnya hukum merupakan kenyataan dan pernyataan yang beraneka ragam untuk menjamin adanya penyesuaian kebebasan dan kehendak seseorang dengan orang lain, yang pada dasarnya hukum mengatur hubungan manusia dalam masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip yang beraneka ragam pula. Sealir dengan perkembangan zaman, pada saat sekarang ini komputer sudah memasuki hampir setiap kehidupan manusia. Sepertinya era teknologi komputer telah mendapat perhatian yang sangat besar dari banyak orang di dunia ini. Kemajuan teknologi komputer telah merubah gaya hidup manusia. Kemajuan di bidang teknologi akan berjalan bersamaan dengan munculnya perubahanperubahan di bidang kemasyarakatan. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola perikelakuan, organisasi, dan susunan lembaga kemasyarakatan. 1 1 Soerjono Soekanto, 1980, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 87-88 1

2 Kemajuan teknologi di bidang komputer bukan hanya mempunyai dampak positif terhadap kehidupan manusia. Kejahatan-kejahatan baru yang menggunakan keahlian di bidang komputer telah merubah gaya kejahatan konvensional menjadi kejahatan modern. Mengingat kejahatan itu setua usia kehidupan manusia, maka tingkat dan ragam kejahatan juga mengikuti realitas perkembangan kehidupan manusia. Kecenderungan terbukti bahwa semakin maju dan modern kehidupan masyarakat, maka semakin maju dan modern pula jenis dan modus operandi kejahatan yang terjadi di tengah masyarakat. J.E. Sahetapy menyatakan bahwa, kejahatan erat kaitannya dan bahkan menjadi sebagian dari hasil budaya itu sendiri. 2 Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya penemuanpenemuan baru seperti internet, merupakan salah satu penyebab munculnya perubahan sosial, di samping penyebab lainnya seperti bertambah atau berkurangnya penduduk, pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan, atau revolusi didalam tubuh masyarakat itu sendiri. 3 Hal yang sama dikemukakan juga oleh Satjipto Rahardjo bahwa: 4 Dalam kehidupan manusia banyak alasan yang dapat dikemukakan sebagai penyebab timbulnya suatu perubahan di dalam masyarakat, tetapi perubahan dalam penerapan hasil-hasil teknologi modern dewasa ini banyak disebut-sebut sebagai salah satu sebab bagi terjadinya perubahan sosial. Walaupun kemajuan teknologi menimbulkan dampak negatif, tetapi justru bagi sebagian orang, kemajuan teknologi seperti internet banyak memberikan 2 Soeliki Achmad, 2005, Kejahatan Mayantara (Cybercrime), Reflika Aditama, Malang, hal 26. 3 Soerjono Soekanto, 1992, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali, Jakarta, hlm 352. 4 Satjipto Rahardjo, 1980, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, hal. 96.

3 manfaat baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Batas ruang dan waktu menjadi hilang atau tipis dengan adanya jaringan komputer internet. Kejahatan mayantara (cybercrime) tersebut dapat disebut sebagai cost atau harga mahal dari suatu perubahan masyarakat global yang tingkat perkembangannya melebihi eksistensi hukum. Kejahatan mayantara merupakan cermin dari suatu kondisi masyarakat yang selalu berkejaran antara keinginan dengan tarikan pengaruh global yang tidak sedikit memproduksi dan menawarkan perubahan bercorak sampah (merugikan). Kita merasa dikejar oleh tuntutan menggunakan atau memanfaatkan teknologi canggih. 5 Kejahatan Mayantara telah menunjukkan tampilan riilnya dalam jagad produk teknologi canggih internet dan komputer. Realitas ini menunjukkan bahwa tawanan kemajuan di era globalisasi, selain mendatangkan keuntungan atau nilainilai positif, juga mengandung muatan yang membahayakan bagi kehidupan masyarakat dan bangsa. Dunia hukum sebenarnya sudah sejak lama memperluas penafsiran asas dan normanya ketika menghadapi persoalan yang bersifat tidak berwujud, misalnya dalam kasus pencurian listrik yang pada awalnya sulit dikategorikan sebagai delik pencurian, tetapi akhirnya dapat diterima sebagai perbuatan pidana. Kenyataan saat ini, yang berkaitan dengan kegiatan cyber tidak lagi sesederhana itu, mengingat kegiatannya tidak lagi bisa dibatasi oleh teritori suatu Negara, aksesnya dengan mudah dapat dilakukan dari belahan dunia manapun. Kerugian 5 Wahid Abdul dan Labib Mohammad, 2005, Kejahatan Mayantara (Cybercrime), Reflika Aditama

4 dapat terjadi baik pada pelaku internet maupun orang lain yang tidak pernah berhubungan sekalipun. Untuk mengantisipasi dan menjawab berbagai bentuk problem dari era globalisasi, seperti terjadinya kejahatan Mayantara, maka idealismenya hukum dan aparat penegak hukum yang harus diposisikan sebagai alternatifnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji masalah KOMPETENSI HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA. B. Pembatasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan sesungguhnya dan juga agar mempermudah penelitian, maka penulis perlu mengadakan pembatasan masalah. Dengan demikian data yang diperoleh akan lebih dapat ditentukan secara sistematis. Dalam penelitian ini penulis tidak melakukan penelitian mengenai kejahatan dalam arti yang luas, tetapi hanya terbatas pada kejahatan yang menggunakan jaringan internet sebagai alat bantu dalam menjalankan aksi tindak pidana. C. Rumusan Masalah Perumusan masalah diperlukan guna menegaskan masalah masalah yang hendak diteliti, sehingga mencapai sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas, tegas, dan terarah.

5 Berdasarkan hal tersebut, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Faktor faktor apa yang mendorong laju perkembangan kejahatan mayantara? 2. Bagaimana kebijakan kriminalisasi kejahatan mayantara dalam hukum pidana di Indonesia? 3. Bagaimana cara penanggulangan/antisipasi perkembangan kejahatan mayantara? D. Tujuan Penelitian Menurut Soerjono Soekanto penelitian adalah bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih mendalami segala segi kehidupan. Penelitian juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik dari segi teoritis dan praktis. Demikian pula penulis dalam melakukan penelitian ini mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan serta pemahaman tentang aspek-aspek hukum sebagai suatu teori dan prakteknya terutama di bidang hukum pidana. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong laju perkembangan kejahatan mayantara. 3. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan kriminalisasi kejahatan mayantara dalam hukum pidana di Indonesia.

6 4. Untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangan/antisipasi perkembangan kejahatan mayantara. E. Manfaat Penelitian Sesuai dengan judul yang penulis kemukakan, adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan, yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan Hukum 2. Bagi masyarakat, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai dampak teknologi komputer dan internet terhadap perkembangan kejahatan di Indonesia. 3. Untuk dapat dijadikan bahan masukan, guna memperjelas suatu tindak pidana mayantara yang saat ini banyak terjadi di zaman modern, zaman yang penuh dengan kebutuhan akan teknologi. F. Kerangka Pemikiran Hukum Pidana dapat didefinisikan sebagai aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana (definisi dari Mezger). Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan (crime atau Verbrechen atau misdaad). 6 6 Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto d/a FH-Undip, Semarang, hal 38

7 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tindak pidana diistilahkan sebagai strafbaar feit dan delict, sebagaimana dikenal dalam kajian hukum pidana dan peraturan perundang-undangandengan istilah yang beragam, seperti perbuatan jahat, tindak pidana, peristiwa pidana, perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum, hal yang diancam dengan hukum, dan perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan hukum. 7 Menurut Moeljatno, perbuatan pidana sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana, barang siapa melanggar larangan tersebut. Syarat formil hukum pidana merupakan asas legalitas yang tersimpul dalam Pasal 1 KUHP tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan, sedangkan syarat materiil, karena perbuatan itu harus pula betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tak boleh atau tak patut dilakukan. 8 Menurut Moeljatno dari sudut negara ada kemungkinan pendirian, yaitu: Pertama, perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana yang terjadi di dalam wilayah negara, baik dilakukan oleh warga negaranya sendiri maupun oleh orang asing (asas teritorial). Kedua, perundangundangan hukum pidana bagi semua perbuatan pidana yang dilakukan oleh warga negara, di mana saja, juga di luar wilayah negara (asas personal). Juga dinamakan prinsip nasional aktif. 9 Pada hakekatnya kebijakan untuk membuat peraturan hukum pidana menjadi lebih baik merupakan bagian dari upaya dalam penanggulangan 7 Sudaryono dan Natangsu Surbakti, 2005, Buku Hukum Pidana, Surakarta, FH-UMS, hal 113

8 kejahatan. Dengan demikian kebijakan hukum pidana, hakekatnya merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan kejahatan. Dalam perspektif ini, kebijakan hukum pidana identik dengan pengertian kebijakan penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana. 10 A. Mulder mengemukakan bahwa kebijakan hukum pidana ialah garis kebijakan untuk menentukan: 1. seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu dirubah atau diperbaharui, 2. apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana, 3. cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan. 11 Dari pernyataan di atas memungkinkan adanya pemidanaan terhadap kejahatan. Tujuan pemidanaan menurut RUU KUHP, yaitu: 12 1. mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat. 2. memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna. 3. menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat. 4. membebaskan rasa bersalah pada terpidana. Dalam masalah perbuatan pidana tidak lepas dari pemberian pidana. Di dalam KUHP pemberian pidana dibedakan menjadi pidana pokok dan pidana 8 Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto d/a FH-Undip, Semarang, hal 10. 9 Moeljatno, 1985, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, hal 38. 10 Barda Nawawi Arief, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 26. 11 Wisnubroto, Al, 1999, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Komputer, Penerbitan Universitas Atmajaya, Jogjakarta, hal 12.

9 tambahan. Pidana pokok terdiri dari: 13 (a) pidana mati, (b) pidana penjara, (c) pidana kurungan, dan (d) pidana denda. Sementara ini pidana tambahan terdiri dari: 14 (a) pencabutan hak-hak tertentu, (b) perampasan barang-barang tertentu, dan (c) pengumuman putusan hakim. Peraturan undang-undang pada dasarnya berlaku untuk masa yang akan datang, artinya untuk hal-hal yang terjadi sesudah peraturan itu ditetapkan. Lebihlebih hal ini berlaku bagi peraturan-peraturan hukum pidana. Pada saat sekarang ini, zaman globalisasi membawa dua akibat atau makna. Pada satu sisi melahirkan dunia tanpa batas dengan munculnya teknologi-teknologi yang canggih yang membuat dunia tanpa batas tersebut. Dari teknologi-teknologi canggih tersebut banyak muncul kejahatan-kejahatan baru yang berbeda dengan kejahatan konvensional sebelumnya, karena menggunakan teknologi komputer. Kejahatan yang timbul dari perkembangan teknologi ini adalah kejahatan mayantara. 15 Kejahatan-kejahatan yang berhubungan dengan teknologi komputer adalah: 16 1. kejahatan dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu system jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan dari pemilik komputer yang dimasuki. 12 Rancangan Undang-undang Hukum Pidana 1999/2000. 13 Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2005, Hukum Pidana, Surakarta, Fakultas Hukum UMS, hal 323. 14 Ibid 15 Gema, Ari Juliano, 2000, Cyber crime: Sebuah Fenomena di Dunia Maya, dapat dijumpai dalam situs: www.theceli.com 16 Ibid

10 2. kejahatan yang dilakukan dengan memasukan data yang tidak benar, tidak etis, dan dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban. 3. kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan. 4. kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain. 5. kejahatan yang dilakukan untuk membuat gangguan, perusakan, atau penghancuran sebuah data. Dari kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan oleh komputer di atas, maka hukum pidana sangat diperlukan untuk penanggulangan kejahatan tersebut. G. Metode Penelitian Sebagai suatu karya ilmiah, penelitian ini mempunyai tujuan mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Dalam penelitian hukum, suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 17 Melalui penelitian dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah diperoleh dan diolah. Oleh karena itu suatu penelitian merupakan rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan jawaban yang mendekati kebenaran dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 17 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiyono, 2004, Metode Penelitian Hukum. FH-UMS, hal 3.

11 Metode penelitian yang dipilih dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Metode Pendekatan Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan juridis normatif yaitu suatu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum, tetapi juga berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan/literatur, yaitu suatu penelitian terhadap masalah hukum yang semata-mata ditujukan terhadap data kepustakaan/dokumentasi, hanya melakukan pembacaan terhadap buku-buku kepustakaan, surat-surat penting/resmi, keputusankeputusan, dan lain-lain. Buku-buku dan dokumentasi tersebut dibaca, dipelajari, dicatat yang perlu. Dalam hal ini penulis hanya membaca bahan tertulis, tidak bertatap muka dengan informan/responden. 3. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah data yang terdiri dari: a. Bahan Hukum Primer - KUHP - Peraturan Perundang-undangan b. Bahan Hukum Sekunder - buku-buku ilmiah - artikel-artikel

12 - makalah - literatur/kepustakaan dan karya ilmiah lain c. Bahan Hukum Tersier - kamus hukum - kamus istilah internet 4. Metode Pengumpulan Data Yaitu dengan jalan mengumpulkan data sekunder dengan mempelajari dan mencatat buku-buku, literatur yang mempunyai kaitan dengan objek yang diteliti, yakni: a. Studi Kepustakaan Yaitu mengumpulkan data sekunder dengan jalan mempelajari dan mencatat buku-buku, literatur yang mempunyai kaitan dengan objek yang diteliti. b. Dokumentasi Yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan data serta mencatat, mengklasifikasikan buku-buku yang relevan dengan objek penelitian. 18 5. Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penulisan ini adalah: a. Metode Induktif 18 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, hal 16

13 Yaitu berfikir secara sintesis dimana cara berfikir melalui kejadian yang yang sifatnya khusus kemudian dirangkai sehingga menjadi penelaah yang menuju kepada yang sifatnya umum. b. Metode Deduktif Yaitu cara berfikir secara analistis dengan menganalisis sesuatu yang mempunyai pijakan yang umum kemudian menganalisis kejadiankejadian tersebut kepada hal yang khusus. Analisis deduktif inilah yang digunakan penulis dalam menganalisis permasalahan yang di angkat. H. Sistematika Skripsi BAB I, berisi tentang pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II, berisi tentang tinjauan pustaka, yang memuat tentang tinjauan umum tentang ketentuan hukum pidana Indonesia, terdiri dari hukum yang berlaku (ius constitutum), hukum yang harus ditetapkan (ius constituendum), tinjauan umum tentang kejahatan mayantara, terdiri dari perubahan masyarakat, pengertian internet dan dunia maya, kejahatan mayantara, jenis dan anatomi kejahatan mayantara, tinjauan umum tentang tindak pidana, terdiri dari pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, kesalahan atau pertanggungjawaban pidana, terdiri dari pengertian kesalahan dan unsur-unsur kesalahan. BAB III, berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang memuat, faktor-faktor apa yang mendorong laju perkembangan kejahatan mayantara,

14 bagaimana kebijakan kriminalisasi kejahatan mayantara dalam hukum pidana di Indonesia, bagaimana cara penanggulangan/mengantisipasi perkembangan kejahatan mayantara. BAB IV, berisi kesimpulan dan saran.