Spesifikasi pasir laut untuk campuran beraspal

dokumen-dokumen yang mirip
Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

Spesifikasi lapis fondasi agregat dan campuran beraspal panas menggunakan batukarang kristalin

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

Spesifikasi bahan untuk stabilisasi berbasis aspal pada perkerasan jalan bervolume lalu lintas rendah

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Cara uji kelarutan aspal

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Spesifikasi campuran Asphalt Treated Permeable Base (ATPB)

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Spesifikasi stone matrix asphalt (SMA)

Cara uji berat jenis aspal keras

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Cara uji daktilitas aspal

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

BAB V PENUTUP JULIE-CVL 11

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB II LANDASAN TEORI

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Pengertian Agregat Dalam Kontruksi Perkerasan Jalan

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji sifat tahan lekang batu

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

BAB III LANDASAN TEORI

Semen portland komposit

Cara uji penetrasi aspal

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN MATERIAL LOKAL QUARRY LONGALO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI ATAS JALAN RAYA

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

PENGGUNAAN ASBUTON EKSTRAKSI SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LATASTON HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Terasi udang SNI 2716:2016

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

METODOLOGI PENELITIAN

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

BAB III LANDASAN TEORI

Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

Cape Buton Seal (CBS)

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

PEMANFAATAN BATUGAMPING KEPRUS SEBAGAI CAMPURAN AGREGAT PADA LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

Cara uji berat jenis tanah

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Spesifikasi pasir laut untuk campuran beraspal ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Penggunaan... 2 5 Persyaratan pasir laut... 2 Bibliografi... 3 Tabel 1 - Persyaratan sifat pasir laut... 2 BSN 2015 i

Prakata Standar Nasional Indonesia mengenai Spesifikasi pasir laut untuk campuran beraspal ini dimaksudkan sebagai acuan bagi para perencana, pelaksana dan pengawas pada perancangan dan pelaksanaan campuran beraspal, baik campuran beraspal panas maupun campuran beraspal dingin. Standar ini disusun dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi pemanfaatan bahan lokal untuk perkerasan jalan, dan berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan, baik dalam skala laboratorium maupun uji coba skala penuh di lapangan, yaitu di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Standar ini disusun oleh Komite Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Sub KomiteTeknis Rekayasa Jalan dan Jembatan 91-01-S2 melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 08:2007 dan dibahas dalam forum Rapat Konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 16 September 2014 di Bandung dengan melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait, serta telah melalui tahap Jajak Pendapat tanggal 16 Januari 2015 sampai dengan 17 April 2015. BSN 2015 ii

Pendahuluan Untuk menghasilkan suatu konstruksi perkerasan jalan yang berkualitas diperlukan bahan (agregat) yang berkualitas. Kualitas bahan umumnya ditetapkan dalam bentuk standar atau spesifikasi. Akan tetapi, pada daerah-daerah tertentu ketersediaan bahan berkualitas sesuai yang ditetapkan dalam standar atau spesifikasi tersebut sangat terbatas, sehingga harus mendatangkan bahan berkualitas dari daerah lain. Hal tersebut akan berdampak pada kebutuhan biaya yang tinggi. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sumber pasir laut yang sangat banyak. Secara teknis pasir laut tersebut, khususnya yang terdeposit di daratan, berpotensi untuk digunakan sebagai bahan perkerasan jalan, khususnya untuk campuran beraspal, memiliki sifat dan karakteristik yang sesuai sebagaimana ditetapkan dalam Spesifikasi Umum Bina Marga yang berlaku saat ini. Melihat pentingnya pemanfaatan pasir laut untuk mendukung efisiensi dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan maka perlu disusun suatu spesifikasi yang dapat digunakan sebagai acuan untuk pemanfaatan pasir laut untuk campuran beraspal. Selain itu, untuk pemanfaatan pasir laut, diperlukan kajian terkait dampak lingkungan yang diperkirakan akan terjadi, baik pada tahap prakonstruksi dan konstruksi maupun pada tahap paska konstruksi. Adapun kajian tersebut dapat mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku. BSN 2015 iii

1 Ruang lingkup Spesifikasi pasir laut untuk campuran beraspal Standar ini menetapkan persyaratan kualitas pasir laut yang digunakan, baik untuk campuran beraspal panas maupun campuran beraspal dingin. 2 Acuan normatif Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk melaksanakan standar ini. SNI 2417: 2008, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles SNI 03-4141-1996, Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat SNI 03-4428-1997, Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastis dengan cara setara pasir SNI 03-6877-2002, Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak dipadatkan SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat SNI 6989.19:2009, Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) SNI 6989. 69:2009, Air dan air limbah - Bagian 69: Cara uji kalium (K) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala SNI ASTM C136:2012, Metode pengujian untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan standar ini, istilah dan definisi berikut digunakan. 3.1 agregat sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, sirtu, pasir atau mineral lainnya atau kombinasi dari bahan tersebut, baik berupa hasil alam maupun hasil buatan 3.2 agregat halus agregat yang lolos ayakan 4,75 mm yang terdiri dari partikel pasir alami (termasuk pasir laut) atau batu pecah halus 3.3 pasir laut bahan galian pasir yang mengandung garam, baik yang terdeposit di darat maupun di laut BSN 2015 1 dari 3

4 Penggunaan Pasir laut dapat digunakan untuk campuran beraspal panas atau campuran beraspal dingin, yaitu sebagai pengganti seluruh atau sebagian agregat halus hasil alat pemecah batu atau pasir alam. 5 Persyaratan pasir laut a. Pasir laut yang digunakan harus bersih, keras, awet, dan bebas lempung, debu, atau bahan lainnya yang tidak dikehendaki, yang dapat menghalangi penyelimutan menyeluruh oleh aspal. Pasir laut yang akan digunakan, pengambilan contohnya harus sesuai SNI 03-6889-2002 b. Pasir laut yang digunakan harus memenuhi ketentuan seperti yang diberikan dalam Tabel 1. Tabel 1 - Persyaratan sifat pasir laut Pengujian Standar Nilai Abrasi dengan mesin Los Angeles untuk agregat SNI 2417:2008 Maks. 40% yang tertahan No.8 (2,36 mm) 1 Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50% Angularitas dengan uji kadar rongga SNI 03-6877-2002 Min. 45% Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat SNI 03-4141-1996 Maks. 1% Agregat yang lolos ayakan No. 200 SNI ASTM C136:2012 Maks. 12% Kadar garam SNI 6989.19:2009 dan SNI 6989. 69:2009 1 Dilaksanakan apabila butiran agregat yang tertahan No. 8 (2,36 mm) > 10% Maks. 2% BSN 2015 2 dari 3

Bibliografi Hudec, Peter P. and Stephen G. Rigby (1976). The Effects of Sodium Chloride on Water Sorption Kallas, B. F. (1963), Performance of Asphalt Pavements Subjected to Deicing Salts. Highway Research Record, Highway Research Board, No 24, pp 49-61, 1963 From TRIS Search. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010. Spesifikasi Umum. Dokumen Pelelangan Nasional Penyediaan Pekerjaan Konstruksi (Pemborongan) untuk Kontrak Harga Satuan. Edisi 2010 (Revisi 2). Direktorat Jenderal Bina Marga. Li, P., Fu, G., Yang, D., Hu, G., Zheng, J (2012). Research on Effects of Deicing Salt on Adhesion Properties between Asphalt Mortar and Aggregate. Przeglad Elektrotechniczny (Electrical Review), ISSN 0033-2097, R.88 NR 1b/2012. Changsha University of Science and Technologi. Ministry of Work, Transport & Communications Roads Departement, 2001. The Prevention and Repair of Salt Damege to Roads and Runways. Guide to the Prevention and Repair of Salt Damage to Road and Runways. ISBN 99912-0-380-X. Gaborone, Bostwana, July 2001. Fransisko, S. et al (2011). Kajian dan Pengawasan Uji Coba Skala Penuh Teknologi Bahan Perkerasan Jalan dengan Pemanfaatan Bahan Lokal dan Sub Standar Batu Karang dan Pasir Laut. Laporan Akhir. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan. Bandung. Widayat, D. et al (2010). Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Bahan Lokal dan Sub Standar. Laporan Akhir. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan. Bandung. BSN 2015 3 dari 3