BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN A.

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

BAB III METODE PENELITIAN

Key words : sukun, mencit dan fertilitas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga sebagai tempat pemeliharaan dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. > 6 ekor

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Pemeriksaan kualitas spermatozoa (jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas) dilakukan di Laboratorium Histologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1 Hewan coba Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan yang berumur 8-9 minggu, strain BALB/C dengan rentang berat badan 23-27 g sebanyak 30 ekor. Mencit diperoleh dari Pusat Veterinaria, Surabaya. 3.2.2 Bahan penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan 2-ME murni diperoleh dari Waco Pure Chemical Industries, akuades, jahe gajah berumur 10 bulan diperoleh dari pasar Pamenang Pare - Kabupaten Kediri - Jawa Timur, kloroform, larutan garam fisiologis (NaCl 0,9 %), pewarna 1% eosin dan 10% nigrosin. 26

27 3.2.3 Alat penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: alat-alat pemeliharaan berupa bak plastik dengan penutup dari kawat kasa dan botol minuman, alat-alat untuk perlakuan berupa botol-botol kecil tempat larutan yang akan dicobakan, dispossable syringe 1 ml, alat bedah, bak bedah, botol untuk membius, pipet tetes, mikropipet, object glass dan cover glass, hand counter (kw-trio), cawan petri, mikroskop (Olympus), serta mikrometer okuler. 3.3 Rancangan Penelitian Penelitian eksperimental ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Pengambilan hewan coba dilakukan secara acak tanpa memberikan kriteria khusus pada kelompok tertentu. 3.4 Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel terikat (dependent variable): jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa mencit. 2. Variabel bebas (independent variable) : dosis ekstrak jahe. 3. Variabel terkendali: umur, strain mencit, berat badan, pakan, minum, dosis 2- ME, lama waktu pemberian 2-ME dan lama waktu pemberian ekstrak jahe.

28 3.5 Tahap Perlakuan 3.5.1 Pembuatan larutan 2-ME Penelitian ini menggunakan larutan 2-ME dengan dosis 200 mg/kg bb (Hayati et al., 2004). Larutan ini dibuat dengan melarutkan 2-ME murni ke dalam akuades steril dengan perhitungan sebagai berikut (Maskurotin, 2006) : Cara pembuatan 2-ME dosis 200 mg/kg bb dengan berat jenis air 1,00 g/ml dan berat jenis 2-ME 0,965 g/ml yaitu, berat jenis air : berat jenis 2-ME = 1,00 : 0,965 = 1,036, sehingga untuk pergram berat badan diberikan 2-ME sebesar = 200 mg/1000 g x 1,04 = 0,208 mg/g bb. Berat mencit yang digunakan dalam penelitian ini antara 23-27 g. Misal berat mencit yang digunakan 26 g, maka berat 2-ME yang diperlukan = 26 g x 0,208 mg/g bb = 5,408 mg, sehingga larutan 2-ME yang diperlukan adalah 965/1 : 5,408/x = 0,005 ml. Senyawa 2-ME yang diinjeksikan secara intraperitonial adalah 0,05 ml, maka akuades yang dibutuhkan adalah 0,045 ml. 3.5.2 Pembuatan ekstrak jahe 1. Rimpang jahe dibersihkan, kemudian diiris tipis, dikering anginkan, ditimbang lalu dihaluskan dengan blender sampai menjadi serbuk. 2. Serbuk jahe dimaserasi dengan akuades steril selama ± 48 jam, sampai didapat cairan bening.

29 3. Hasil maserasi dipekatkan dengan waterbath sampai diperoleh ekstrak yang pekat, kemudian ekstrak pekat ini di fresh dryer hingga menjadi ekstrak kering (Pangestuti, 2011). 3.5.3 Penentuan dosis ekstrak jahe Penentuan dosis ekstrak jahe pada penelitian ini yaitu : 0,7 g/kg bb, 1,4 g/kg bb, dan 2,8 g/kg bb. Penentuan dosis ekstrak ini merupakan modifikasi dari penelitian terdahulu (Pangestuti, 2011). 3.5.4 Pengelompokan dan perlakuan hewan coba Mencit jantan dewasa yang berumur 8-9 minggu, dengan rentang berat badan 23-27 g sebanyak 30 ekor dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yang terdiri atas 2 kelompok kontrol (kontrol negatif dan kontrol positif) dan 3 kelompok perlakuan. Masing masing kelompok terdiri atas 6 ekor mencit. Tiga puluh ekor mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu: Kontrol positif (K 0 ) : Diberikan akuades 0,5 ml melalui gavage/hari selama 40 hari. Kontrol negatif (K 1 ) : Diberikan 2-ME 200mg/kg bb melalui intraperitonial/hari selama 5 hari + akuades 0,5 ml melalui gavage/hari selama 35 hari. Perlakuan 1 (P 1 ) : Diberikan 2-ME 200mg/kg bb melalui intraperitonial/hari selama 5 hari + ekstrak jahe 0,7 g/kg bb melalui gavage/hari selama 35 hari.

30 Perlakuan 2 (P 2 ) : Diberikan 2-ME 200mg/kg bb melalui intraperitonial/hari selama 5 hari + ekstrak jahe 1,4 g/kg bb melalui gavage/hari selama 35 hari. Perlakuan 3 (P 3 ) : Diberikan 2-ME 200mg/kg bb melalui intraperitonial/hari selama 5 hari + ekstrak jahe 2,8 g/kg bb melalui gavage/hari selama 35 hari. Mencit dipelihara di kandang, diberi pakan berupa pelet dan air minum secara ad libitum. Sebelum perlakuan mencit di aklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu. Pemberian ekstrak jahe atau 2-ME dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-11.00 WIB. Larutan 2-ME diberikan secara intraperitonial dan ekstrak jahe diberikan secara gavage. 3.5.5 Pengambilan spermatozoa Hewan dikorbankan dengan dislokasi leher. Mencit dibedah di bagian bawah abdomen dan diambil testis beserta epididimis. Dalam larutan garam fisiologis (NaCl 0,9 %) epididimis bagian cauda dipisahkan dari testis dan dibersihkan dari lemak yang melekat sampai bersih, kemudian epididimis sepanjang 0,5 cm dicacah dalam 1,0 ml larutan garam fisiologis dengan menggunakan gunting dan scalpel sampai terbentuk suspensi spermatozoa.

31 3.5.6 Penghitungan jumlah spermatozoa Jumlah spermatozoa dihitung dengan menggunakan bilik hitung Improved Neubauer (hemositometer). Suspensi spermatozoa diambil 10 µl, kemudian diletakkan ke dalam kamar hitung (hemositometer). Hindari terbentuknya gelembung udara pada saat menutup kamar hitung dengan gelas penutup. Hemositometer yang berisi suspensi spermatozoa kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x dengan replikasi pengamatan sebanyak 10 kali untuk setiap mencit. Bilik hemositometer yang digunakan adalah bilik yang besar (ada 4 bilik: atas kiri dan kanan, bawah kiri dan kanan). Masing-masing bilik terdiri atas 16 kotak kecil (bujur sangkar). Jumlah spermatozoa yang dihitung adalah rata-rata jumlah spermatozoa yang ada di bilik-bilik tersebut yang dilambangkan dengan huruf L. Penghitungan jumlah spermatozoa per ml adalah sebagai berikut: Volume tiap bujur sangkar = 1/4 x 1/4 x 1/10 = 1/160 mm 3 Volume tiap bilik = 16 x 1/160 = 0,1 mm 3 = 0,1 µl = 10-4 ml Untuk per 1 ml maka harus x 10 4 : Jumlah spermatozoa (sel/ml) = L x 10 4 x faktor pengenceran (Bijanti et al., 2002; Soehadi dan Arsyad, 1982; Wirawan et al., 1998). 3.5.7 Pengamatan dan penghitungan morfologi spermatozoa Pengamatan morfologi spermatozoa dilakukan dengan membuat smear suspensi spermatozoa. Satu tetes suspensi spermatozoa diteteskan di satu ujung gelas obyek, kemudian diberi 1 tetes 1% eosin dan 1 tetes 10% nigrosin, kemudian dihomogenkan

32 dan dibuat hapusan, setelah itu dikering anginkan pada suhu kamar. Morfologi spermatozoa diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Penghitungan morfologi spermatozoa dilakukan pada 100 sel spermatozoa dengan replikasi pengamatan sebanyak 10 kali untuk setiap mencit. Pengamatan morfologi spermatozoa dibedakan atas spermatozoa normal dan abnormal yang dinyatakan dalam persen. Spermatozoa dikatakan normal apabila bagian kepala melengkung seperti kait, leher lurus, dan ekor tunggal berujung bebas. Sedangkan morfologi tidak normal spermatozoa meliputi kelainan pada kepala, leher dan ekor. Kriteria kelainan morfologi menurut Soehadi dan Arsyad (1982) adalah sebagai berikut : Kepala : kepala mengecil, tidak memiliki kepala, kepala membesar, memiliki 2 kepala. Leher Ekor : leher patah : ekor melingkar, ekor patah, memiliki 2 ekor. Spermatozoa immature : spermatozoa masih mengandung cytoplasmic droplet yang masih terikat pada bagian kepala, leher, dan ekor. 3.5.8 Pengamatan motilitas spermatozoa Suspensi spermatozoa diambil satu tetes dengan menggunakan pipet kemudian diteteskan dalam gelas objek cekung dan ditutup dengan gelas penutup. Pengukuran kecepatan motilitas spermatozoa dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x yang telah dipasang mikrometer pada lensa okulernya.

33 Kecepatan motilitas spermatozoa dihitung setiap 10 detik pada 1 spermatozoa. Motilitas (µm/detik) diperoleh setelah melakukan perhitungan dengan mengkonversi nilai skala mikrometer pada lensa okuler dan lensa obyektif. Jumlah total spermatozoa yang dihitung sebanyak 100 sel spermatozoa. 3.5.9 Pengamatan dan penghitungan viabilitas spermatozoa Untuk mengamati viabilitas spermatozoa menggunakan preparat hapusan spermatozoa yang diwarnai dengan pewarna 1% eosin dan 10% nigrosin. Viabilitas spermatozoa diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Spermatozoa yang berwarna merah menunjukkan spermatozoa yang mati dan sebaliknya yang tidak berwarna (bening) adalah yang masih hidup. Penghitungan viabilitas spermatozoa dilakukan pada 100 sel spermatozoa dengan replikasi pengamatan sebanyak 10 kali untuk setiap mencit. 3.6 Pengumpulan Data Data diperoleh dengan menghitung jumlah spermatozoa, pengamatan dan penghitungan persentase morfologi normal dan abnormal spermatozoa, pengukuran kecepatan motilitas spermatozoa, serta pengamatan dan penghitungan persentase viabilitas spermatozoa mencit, selanjutnya data ditabulasikan ke dalam tabel. 3.7 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji atau mengetahui apakah data berdistribusi secara normal, data berdistribusi normal

34 jika P>0,05. Uji Anova untuk menguji atau mengetahui adanya perbedaan yang bermakna atau tidak pada setiap hasil perlakuan pada data jumlah, morfologi, motilitas, dan viabilitas spermatozoa. Selanjutnya untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antar perlakuan dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang menunjukkan perbedaan yang bermakna.