BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan kemunduran yang terkandung dalam berbagai peristiwa di

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada awalnya merupakan SMPP 51. (Sekolah Menengah Perintis Pembangunan), yang mulai melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan memecahkan permasalahan yang. mengarah pada peningkatan hasil belajar.

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masa sekarang tempat dan waktu bukan lagi penghalang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang di ikuti melalui syarat-syarat yang jelas dan ketat ( Hasbullah,2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan ketika akan mempelajari tentang sejarah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

SKRIPSI RITA SRI WAHYUTI NIM: A

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mempelajari geografi sebagai ilmu pengetahuan tidak lepas dari fenomenafenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Pendidikan dasar tahun 1994, telah merumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukanlah ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan IPTEK adalah bidang pendidikan, di mana pada dasarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nasibatun Umul Khairat, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang beradab menganggap pendidikan sebagai suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan

SETI YANINGSIH NIM : A

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN PERKALIAN KELAS II SD NEGERI TEMPELAN 2 BLORA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Komariah, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejarah memberikan makna dan pengalaman tentang peristiwa masa lampau. Sejarah mengajarkan kita untuk dapat bertindak lebih bijaksana. Melalui pembelajaran sejarah seseorang akan mendapat inspirasi dan keteladanan untuk bekal masa sekarang dan masa yang akan datang. Keberhasilan maupun kegagalan yang terjadi pada masa lampau dapat dijadikan cermin, agar seseorang lebih dapat berhati-hati dan kegagalan yang pernah terjadi tersebut tidak terulang kembali. Seseorang yang tidak mengenal sejarah berarti tidak mengenal identitasnya sendiri dengan baik. Menurut Agung S. dan Wahyuni (2013) sejarah merupakan mata pelajaran yang tidak hanya dapat menanamkan pengetahuan, tetapi juga dapat menanamkan sikap dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga masa sekarang. Mata pelajaran sejarah memiliki posisi yang strategis dalam menanamkan sikap dan nilai-nilai karakter bangsa. Melalui pembelajaran sejarah kesadaran empati siswa dapat dibangkitkan, yaitu sikap simpati dan toleransi terhadap orang lain, untuk dapat mencapai hal tersebut pembelajaran sejarah harus berlangsung dengan baik. Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan kemampuan siswa melakukan konstruksi kondisi masa sekarang dengan mengaitkan atau melihat masa lalu yang menjadi basis topiknya (Subakti, 2010). Oleh karena itu, sudah semestinya dalam pembelajaran sejarah guru tidak hanya sekedar mengajar dan siswa tidak sekedar belajar. Guru sejarah tidak hanya sekedar mengajar agar materi yang disampaikan cepat selesai, dan siswa tidak sekedar belajar dengan menghafalkan materi agar mendapat nilai yang baik. Guru dan siswa seharusnya dapat melakukan pembelajaran sejarah dengan bermakna. Hal terpenting dari pembelajaran sejarah adalah bagaimana pembelajaran sejarah mampu menumbuhkan sikap nasionalisme, patriotisme, wawasan humaniora, dan kesadaran sejarah (Aman, 2011). Salah satu poin penting dari hal 1

2 terpenting dalam pembelajaran sejarah adalah kesadaran sejarah. Kesadaran sejarah tidak sekedar sesuatu yang terfokus pada pengetahuan tentang fakta sejarah, tetapi kesadaran sejarah lebih dari itu. Kesadaran sejarah tidak lain sikap mental, jiwa pemikiran yang dapat membawa untuk tetap berada dalam rotasi sejarah. Artinya dengan adanya kesadaran sejarah, kita seharusnya menjadi semakin arif dan bijaksana dalam memaknai kehidupan (Latief, 2006:50). Menurut Aman, kesadaran sejarah bukan hanya sekedar memperluas pengetahuan, melainkan harus diarahkan pula kepada kesadaran penghayatan nilai-nilai budaya yang relevan dengan usaha pengembangan kebudayaan itu sendiri (2011: 34). Kesadaran sejarah sangat penting, bukan hanya dalam lingkup yang kecil akan tetapi dalam lingkup yang besar yang berpengaruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sadar akan sejarah bangsanya sangat penting dimiliki oleh seluruh warga negara, terutama para generasi muda sebagai generasi penerus. Pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk peradaban bangsa yang bermartabat. Sejarah mengajarkan banyak hal, sejarah mengajarkan kita untuk dapat memanusiakan manusia. Pelajaran sejarah juga memiliki fungsi sosio-kultural, membangkitkan kesadaran historis. Berdasarkan kesadaran historis dibentuk kesadaran nasional. Hal tersebut membangkitkan inspirasi dan aspirasi kepada generasi muda bagi pengabdian kepada negara yang penuh dedikasi dan kesediaan berkorban (Aman, 2011 : 31). Kesadaran sejarah sangat penting dimiliki bangsa Indonesia. Tanpa kesadaran sejarah, warga negaranya sampai kapanpun tidak akan mau peduli dengan sejarah bangsanya, tidak mau belajar dari sejarah, dan menyepelekan sejarah bangsanya sendiri. Saat ini banyak generasi muda yang mengalami degradasi moral. Generasi muda sebagai tonggak suatu bangsa seharusnya memiliki kualitas diri yang baik. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah seharusnya memiliki kesadaran sejarah yang tinggi. Kesadaran bahwa pengalaman itu adalah guru yang terbaik harus ditanamkan.

3 Berdasarkan wawancara dan pengamatan langsung yang dilakukan di SMAN 2 Boyolali, pembelajaran sejarah belum menyentuh pada kesadaran sejarah. Banyak siswa yang belum sadar akan pentingnya belajar dari sejarah dan menganggap pelajaran sejarah itu tidak bermanfaat karena banyak mempelajari masa lalu. Siswa masih beranggapan jika masa lalu itu tidak penting, tidak perlu dipelajari, dan masa lalu biarlah berlalu. Sikap siswa cenderung apatis terhadap pelajaran sejarah seperti inilah kenyataan yang terjadi pada saat ini. Indikator kesadaran sejarah dapat membantu dalam pengukuran tingkat kesadaran siswa. Indikator atau unsur-unsur yang terkandung dalam kesadaran sejarah ada empat, Pertama, menghayati makna dan hakekat sejarah. Di kelas X8, siswa menganggap pembelajaran sejarah hanya sekedar hafalan. Siswa menyepelekan pelajaran sejarah yang dianggapnya sebagai pelajaran yang mudah dihafal. Menurut siswa dengan menghafal saja bisa, jadi dalam belajar sejarah tidak perlu dihayati makna dan hakekat dari sejarah itu sendiri. Padahal sejarah tidak hanya sekedar serangkaian peristiwa yang berhenti dan sekedar cerita sesaat, maka perlu ditanamkan bahwa sejarah itu memiliki makna dan hakekat. Kedua, mengenal diri sendiri dan bangsanya. Ketika seseorang mulai mengabaikan masa lalu, pada saat itulah akan mulai kehilangan jejak yang akan digunakan untuk merekonstruksi jati dirinya (Mustapa, 2015). Fakta yang ditemukan di kelas yang telah diobservasi adalah siswa belum dapat mengenal dirinya sendiri, apalagi mengenal bangsanya. Siswa masih mengabaikan masa lalu yang mengakibatkan hilangnya jejak yang seharusnya dapat digunakan untuk merekonstruksi jati diri. Ketiga, membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa. Pada konteks ini siswa membutuhkan informasi tentang masa lalu yang jujur, transparan, dan disampaikan dengan kearifan. Salah satu contoh membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa adalah membiasakan siswa membaca buku tentang sejarah, tetapi siswa kelas X8 belum dapat membiasakan diri untuk membaca. Hal ini terlihat ketika kegiatan rutin membaca yang dilakukan setiap pagi sebelum siswa melaksanakan pembelajaran pada jam pertama.

4 Keempat, menjaga peninggalan sejarah bangsa. Banyak peninggalan sejarah bangsa Indonesia yang seharusnya dilestarikan. Salah satu contoh upaya menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah bangsa berupa kesenian, seperti tembang cara melestarikannya dengan memasukkannya ke dalam mata pelajaran kesenian di sekolah. Di SMAN 2 Boyolali ada pelajaran kesenian karawitan, tetapi sebagian besar siswa khususnya kelas X8 tidak menyukai mata pelajaran ini. Siswa tidak tertarik pada kesenian tersebut yang seharusnya dijaga dan lestarikan. Berdasarkan keempat indikator kesadaran sejarah tersebut tampak bahwa masih banyak siswa yang kurang memiliki kesadaran sejarah. Kurang menariknya penyampaian materi dalam pelajaran sejarah membuat siswa tidak tertarik dengan pelajaran ini. Kondisi yang demikian juga mengakibatkan kesadaran sejarah yang dimiliki siswa cenderung stagnan. Ketika siswa kurang memiliki kesadaran sejarah, maka tidak akan peduli dengan apapun yang berhubungan dengan sejarah. Kondisi tersebut mengakibatkan prestasi atau hasil belajar sejarah siswa tidak memuaskan. Menurut Abdurrahman (2003) dalam Jihad dan Haris, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (2013:14). Melalui belajar siswa dapat memperoleh keterampilan, kemampuan, sehingga terbentuknya sikap dan bertambahnya pengetahuan. Jadi, hasil belajar itu adalah hasil nyata yang diperoleh siswa setelah belajar. Guna mengetahui sejauh mana tingkat hasil belajar siswa, maka dapat diketahui dengan evaluasi. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari pengukuran dan hasil evaluasi. Terdapat dua kriteria atau indikator hasil belajar, yaitu kriteria ditinjau dari sudut prosesnya dan kriteria ditinjau dari hasilnya. Berdasarkan data yang diperoleh di SMAN 2 Boyolali khususnya kelas X8, hasil belajar sejarah siswa masih rendah. Nilai Ujian Akhir Semester I yang telah diselenggarakan di kelas X8 dengan jumlah 35 siswa didapatkan prosentase hasil nilai tuntas 26% sebanyak 9 siswa dan nilai tidak tuntas 74% sebanyak 26 siswa dengan KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 75. Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan peneliti, yaitu ketika proses belajar mengajar sejarah tampak bahwa sebagian besar siswa kelas X8 mengalami kesulitan dalam

5 memahami materi pelajaran. Siswa hanya menghafal materi pelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran pada hasil belajar sulit tercapai. Kesadaran sejarah dan hasil belajar yang kurang tersebut menjadi alasan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, model dan media pembelajaran yang digunakan guru sejarah kelas X8 SMAN 2 Boyolali selama ini masih kurang sesuai dengan karakteristik siswa. Guru sejarah lebih sering menggunakan model ceramah dan tanya jawab dalam mengajar, sedangkan untuk media yang digunakan oleh guru berupa power point dan hanya berisi beberapa slide saja. Power point yang digunakan guru sejarah selama ini masih kurang menarik, hanya berupa tulisan tanpa disertai sisipan gambar atau video yang dapat menarik perhatian siswa dalam belajar sejarah. Sebagai upaya untuk memperbaiki hal tersebut, guru perlu menerapkan model pembelajaran dan media yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa. Keberhasilan sebuah program, termasuk program pembelajaran harus didukung oleh berbagai komponen baik input maupun proses, sehingga menghasilkan output yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai keberhasilan tersebut pembelajaran harus dipersiapkan oleh seorang guru dengan baik. Guru harus dapat memilih dan menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran sejarah yang berlangsung SMAN 2 Boyolali, siswa lebih memperhatikan pelajaran sejarah ketika guru menggunakan media yang menarik dan inovatif. Maka dari itu guru dituntut untuk dapat menjadikan pembelajaran sejarah lebih menarik dan bermakna. Melalui media pembelajaran yang menarik, penyampaian informasi ketika proses pembelajaran sejarah akan berlangsung dengan baik dan membuat penyampaian materi mata pelajaran tidak terkesan menjenuhkan, karena media merupakan bagian dari proses komunikasi. Kegunaan media dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian seorang guru dapat memusatkan tugasnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran.

6 Media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam proses belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran juga sangat membantu memperjelas materi yang akan disampaikan oleh guru. Terkadang materi yang disampaikan secara lisan kurang dapat dipahami sepenuhnya oleh siswa, apalagi jika guru kurang jelas dalam menerangkan materi pelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan guru maupun siswa dalam menyusun serta menggunakan media pembelajaran. Keberhasilan penggunaan media pembelajaran tergantung bagaimana seorang guru merancang sebuah media serta bagaimana pemanfaatan media tersebut di dalam kelas. Jika guru tidak tepat dalam merancang dan menggunakan media di kelas maka pesan yang akan disampaikan melalui media tersebut tidak sampai dengan baik kepada siswa. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, peneliti bermaksud menggunakan media pembelajaran yang inovatif yaitu dengan media virtual tour. Alasan penulis memilih media berupa virtual tour situs sejarah, karena virtual tour situs sejarah dapat menjadi sarana dalam memperoleh pengetahuan dan informasi dengan menjelajahi situs-situs sejarah tanpa harus datang langsung ke situs tersebut. Pemanfaatan media virtual tour ini diharapkan agar pelajaran sejarah memberi kesenangan tersendiri bagi setiap siswa, materi dalam pelajaran sejarah dapat diserap dengan mudah, serta makna yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah dengan mudah pula diketahui dan dipahami, sehingga kesadaran sejarah dan hasil belajar siswa juga dapat meningkat. Pada penelitian ini, peneliti berupaya meningkatkan kesadaran sejarah dan hasil belajar siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour dalam pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN MEDIA VIRTUAL TOUR UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X8 DI SMAN 2 BOYOLALI.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour di kelas X8 SMAN 2 Boyolali tahun ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali tahun ajaran 2015/2016? 3. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour di kelas X8 SMAN 2 Boyolali. 2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali tahun ajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali tahun ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan pembelajaran sejarah, khususnya pada Kegiatan Belajar Mengajar di kelas X8 SMAN 2 Boyolali. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain :

8 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan pertimbangan bagi peneliti yang lain dan juga para pembaca. b. Menambah jumlah referensi yang berkaitan dengan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Membantu siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali untuk meningkatkan kesadaran sejarah dan hasil belajar siswa. b. Bagi guru 1) Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas. 2) Menjadi salah satu model dan media yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sejarah. 3) Memotivasi guru untuk menggunakan model dan media pembelajaran sejarah yang inovatif dalam rangka meningkatkan kesadaran sejarah dan hasil belajar siswa. c. Bagi sekolah Sebagai sumbangan pemikiran untuk peningkatan dan pengembangan mutu maupun prestasi sekolah.