BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. kata manufacturing muncul tahun Manufaktur, dalam arti yang paling luas,

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

11 dengan adannya penyerapan tenaga kerja baik tinngakat nasional maupun daerah. Industri manufaktur dalam menjalankan kegiatan usahanya juga memerluk

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang.

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 2 INDEKS KOMPAS 100. cerminan pergerakan harga saham. Indeks-indeks tersebut adalah (Idx, 2014) : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial di Amerika Serikat tampaknya telah menjadi masalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberlangsungan sebuah perusahaan ditentukan oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tabel 1.1 Omzet Penjualan Sektor Food And Beverage Tahun (dalam Triliun Rupiah) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487)

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara politik,

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Latar Belakang. Tabel 1 PDB tekstil, barang kulit dan alas kaki atas dasar harga berlaku,

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimanfaatkan untuk membiayai modal tetap (fixed assets) untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ditampilkan secara sendiri-sendiri. Penelitian ini menggunakan alat bantu

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi. Investasi pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang didapat dari dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. data Organisasi Pembangunan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO),

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A SAMPEL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Potensi pertumbuhan industri plastik merupakan industri yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mampu untuk mengelola sumber daya seperti man, machine, money dan material

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

KINERJA. Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA.

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya dunia usaha. Perkembangan dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham, kemudian tujuan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. harus lebih memperhatikan keputusan-keputusan yang di ambil seperti keputusan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

PENGARUH CASH POSITION, GROWTH DAN ROA TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

Transkripsi:

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR 2.1. Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar. Manufaktur ada dalam segala bidang sistem ekonomi. Dalam ekonomi pasar bebas, manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara masal untuk dijual ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan. Manus Factus yang berarti dibuat dengan tangan dalam bahasa latin untuk kata manufakturing. Industri manufaktur adalah suatu industri yang memiliki fungsi mengubah suatu input (masukan) menjadi output (keluaran) atau dengan kata lain merupakan industri yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Pada akhir periode pada perusahaan manufaktur biasanya terdapat produk yang belum selesai dikerjakan yang dinamakan persediaan barang dalam proses. Sehingga pada perusahaan manufaktur terdapat 3 unsur persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. 14

15 Industri manufaktur merupakan jenis sektor sekunder atau industry pengolahan. Menurut Buku Panduan IDX, semua emiten yang tercatat di BEI di klasifikasikan kedalam 9 sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI yang diberi nama JASICA ( Jakarta Industrial Classification). Dan Indutri manufaktur mencakup 3 sektor,yang terdiri dari : Sektor sektor sekunder ( Industri Pengolahan / Manufaktur) 1. Sektor 1 : Industri dasar dan kimia 2. Sektor 2 : aneka industry 3. Sektor 3 : Industri barang konsumsi 2.2. Perkembangan Sektor Manufaktur Sektor industry manufaktur di Negara berkembang mengalami perkembangan pesat dalam tiga dekade terakhir. Dari tahun 1970-1995, industry manufaktur menjadi kontributor utama. Dalam kelompok ASEAN, kontribusi dari sektor industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand. Tabel 2.1. Kontribusi Sektor Industri Manufaktur di Jawa dan Luar Jawa (Dalam Persen) Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa 73.41 73.07 72.78 72.64 71.03 Luar Jawa 26.59 26.93 27.22 27.36 28.97 Nasional 100 100 100 100 100 Sumber: BPS diolah Kemenperin

16 Dalam 3 tahun terakhir menunjukkan adanya kecenderungan meningkatnya peranan sektor industri manufaktur di luar Pulau Jawa. Kondisi yang diharapkan adalah secara perlahan-lahan kontribusi sektor industri manufaktur di luar Pulau Jawa meningkat sehingga dalam jangka panjang yaitu pada tahun 2025 kontribusinya menjadi sekitar 40 persen. 2.3. Permasalahan Dalam Industri Manufaktur Industri manufaktur di Indonesia kini menghadapi masalah hampir dari segala penjuru. Dari dalam negeri, industri padat karya ini seperti tergencet oleh ketidakkeberpihakan regulasi, terbelit masalah permodalan, infrastruktur, dan tentu saja persoalan ketenagakerjaan atau buruh. Sementara dari faktor eksternal, krisis finansial di Eropa dan Amerika Serikat nyata-nyata telah memukul kinerja ekspor produk manufaktur, dan di saat yang sama juga menghambat produksi lantaran mayoritas bahan baku dan bahan penolong masih tergantung dengan produk impor. Itulah sebabnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), lewat ketua umumnya, menyatakan rasa pesimismenya terhadap target pertumbuhan industri manufaktur yang dipatok oleh Kementerian Perindustrian sebesar 7% lebih sepanjang 2012 ini. Apindo memperkirakan pertumbuhan sektor manufaktur bisa menyusut dari pencapaian tahun lalu sebesar 7%. Hal ini tentu saja merujuk pada begitu banyak persoalan yang membelit industri manufaktur menyusul aksi sweeping yang marak dilakukan buruh belakangan ini.

17 Pemerintah dalam hal ini menurunkan target pertumbuhan industri pada ketiga sektor yaitu industri tekstil, barang kulit dan alas kaki. Pihaknya menurunkan target pertumbuhan industri di tiga sektor pada tahun ini dari 3,75% menjadi 2,65%. Selain itu penurunan target juga disebabkan oleh praktek penyelundupan. Aksi demo dan sweeping juga mempengaruhi pertumbuhan industri manufaktur. 2.4. Tantangan Resiko Perusahaan Manufaktur Resiko yang melekat pada perusahaan manufaktur tidak terlepas dari karakteristik usaha perusahaan yaitu dalam kegiatan memperoleh sumberdaya, mengelola sumberdaya menjadi barang jadi. Oleh karena itu resiko perusahaan manufaktur sebagai berikut : 1. Resiko sulit memperoleh bahan baku, yang dapat disebabkan karena kelangkaan bahan baku, ketergantungan terhadap bahan impor; 2. Resiko fluktuasi nilai tukar rupiah dimana sangat berpengaruh terhadap perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor ketika rupiah terdepresiasi. 3. Resiko kapasitas produksi yang tidak terpakai karenakurangnya daya serap pasar terhadap produk, perubahan teknologi, resiko pemogokan serta kondisi politik yang tidak stabil; 4. Putusnya hak paten bagi perusahaan yang produknya terkait erat dengan hak paten tersebut yang akan mempengaruhi pendapatannya;

18 5. Resiko kewajiban perusahaan yang pendanaannya berasal dari luar perusahaan ( external financing ); 6. Resiko dampak usaha terhadap lingkungan yang tercermin dari peringkat analisis amdal serta unjuk rasa ketidakpuasan penduduk lingkungan setempat; 7. Resiko tidak tertagihnya piutang, dikarenakan industri manufaktur sistem penjualannya tidak dilakukan secara tunai. 2.5. Ruang Lingkup Usaha Manufaktur Dalam suatu usaha manufaktur harus dapat menghasilkan produkproduk dengan ongkos yang rendah dan menghasilkan kualitas yang tinggi. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan cara menata ulang tata letak pabrik. Dengan tata letak yang baik diharapkan perusahaan dapat bekerja secara maksimal. Dalam hal ini penelitian dilakukan pada perusahaan yang go publik di BEI antara tahun 2010 2015. Penelitian meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan perusahaan manufaktur yang go publik di BEI. 2.6. Sumber Daya Perusahaan Manufaktur Perusahaan manufaktur di BEI meliputi sektor perusahaan di bidang sektor industri dasar dan kimia. Selain itu terdapat pula sektor di bidang farmasi, keramik, otomotif, pakan ternak, rokok dan semen. Dalam hal ini di dalam penelitian akan mencoba meneliti dengan

19 mengambil sample pada masing-masing sektor untuk melihat faktor yang mempengaruhi kebijakan pembagian dividen. 2.7. Proses Usaha Manufaktur Perusahaan manufaktur adalah perusahaan industri pengolahan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Perusahaan manufaktur dalam hal ini identik dengan pabrik. Dari segi produk yang dihasilkan, perusahaan manufaktur mencakup berbagai jenis usaha antara lain industri dasar dan kimia yang meliputi industri semen, industri keramik, industri porselen, industri logam, industri plastik dan kemasan, industri pakan ternak, industri kimia. Aneka industri yang terdiri dari industri mesin dan alat berat, industri perakitan, industri otomotif dan komponennya, industri sepatu dan alas kaki, industri barang elektronika. 2.8. 11 perusahaan manufaktur di BEI Dalam hal ini terdapat 11 perusahaan manufaktur yang akan diambil sebagai objek penelitian yaitu : 1. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2. Kalbe Farma 3. Lion Metal Works Tbk 4. PT Indofood Sukses Makmur Tbk 5. Astra International 6. Unilever Indonesia

20 7. PT. Surya Toto 8. Gudang Garam 9. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia 10. Asahi Mas Flat Glass 11. Semen Gresik

21