BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam berbahasa. Terdapat empat keterampilan berbahasa

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya peran bahasa maka pemerintah telah menetapkan bahasa indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menyunting memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang digunakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkembang. Kemudian proses pembelajaran dapat dilakukan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Swie Indarti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

I. PENDAHULUAN. kepada seseorang untuk mengembangkan potensi diri agar semua potensi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan agar siswa terampil menyimak, terampil berbicara, terampil

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang tujuannya untuk menuangkan ide, pikiran, dan perasaan penulis dalam bentuk tulisan. Menulis tidaklah mudah sebab membutuhkan latihan secara intensif untuk menggali ide-ide kreatif seseorang sehingga tulisan yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Hal ini sejalan dengan pandangan Susri Inarti (2013:3) yang telah melakukan penelitian tentang Pemanfaatan Media Facebook Fitur Grup dengan Strategi Kreatif-Produktif dalam Pembelajaran Menulis Cerpen. Dia mengatakan bahwa keterampilan menulis bukanlah keterampilan instan, melainkan keterampilan yang harus dilatih terus-menerus sebab seseorang tidak dapat terampil begitu saja. Oleh karena itu, latihan menulis secara intensif sangat diperlukan karena menulis merupakan suatu proses. Menulis memiliki berbagai bentuk, yang salah satunya menulis teks anekdot. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia kelas X SMA adalah siswa mampu memproduksi teks anekdot baik lisan maupun tulisan. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak mampu memproduksi teks anekdot, terutama dalam bentuk tulisan. Padahal, teks anekdot juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan berbahasa yang lainnya pada siswa, seperti keterampilan berbicara. Hal ini dikarenakan, secara umum, siswa SMA lebih merasa nyaman apabila ditugaskan untuk menceritakan kejadian lucu di depan kelas daripada cerita-cerita yang lainnya sebab siswa yang lainnya (pendengar) juga lebih merespon atau tertarik untuk mendengarkannya. Jadi, teks anekdot juga dapat dijadikan sebagai metode latihan untuk berbicara di depan publik. Namun perlu diingat bahwa hal tersebut dapat tercapai apabila siswa telah mampu memproduksi teks anekdot, bukan hanya memahaminya. Pada dasarnya memproduksi teks anekdot tidaklah sulit sebab teks anekdot merupakan teks berbentuk narasi ataupun percakapan yang lucu dengan berbagai 1

2 tujuan, baik hanya sekadar hiburan atau senda gurau maupun sindirin atau kritik tidak langsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Graham (http://publikasiilmiah.ums.ac.id) yang menyatakan bahwa teks anekdot merupakan teks berbentuk narasi atau percakapan yang lucu (humorous). Selain itu, Wijana (http://publikasiilmiah.ums.ac.id) juga sependapat dengan Graham, dia menjelaskan bahwa teks anekdot adalah teks atau wacana bermuatan humor untuk bersenda gurau, menyindir, atau mengkritik secara tidak langsung segala macam kepincangan atau ketidakberesan yang tengah terjadi di masyarakat penciptanya. Menulis teks anekdot juga menuntut siswa untuk mampu berpikir kreatif sehingga teks yang dihasilkan tidak akan menjenuhkan dan nilai keorisinalannya pun terjamin. Hal ini sesuai dengan pendapat Razik (dalam Filsaime, 2008:8) yang menyatakan bahwa berpikir kreatif melibatkan kemampuan untuk memproduksi ide-ide orisinil, merasakan hubungan baru dan tidak dicurigai, atau membangun sebuah rangkaian unik dan baik di antara faktor-faktor yang tampaknya tidak saling berkaitan. Sejalan dengan pendapat Razik, Torrance (dalam Filsaime, 2008:20) si otak kreatif menegaskan bahwa berpikir kreatif merupakan sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibilitas, dan elaborasi. Oleh karena itu, siswa perlu diarahkan dan digiring secara berkesinambungan agar kemampuan mereka dalam berpikir kreatif tetap diasah dan terjaga. Selain itu, keberhasilan siswa dalam menulis teks anekdot di sekolah biasanya digambarkan dari hasil pencapaiannya atas nilai ketuntasan yang ditetapkan berdasarkan kriteria penilaian kemampuan menulis teks anekdot. Hal tersebut didukung Morsey (dalam Tarigan, 2008: 4) yang menyatakan bahwa maksud dan tujuan menulis dapat tercapai dengan baik apabila penulis dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. Pendapat tersebut juga didukung oleh Mulyana (2005: 25) yang menyatakan bahwa wacana atau teks dituntut memiliki keutuhan struktur yang dibangun oleh komponenkomponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan yang rangkaian

3 kalimatnya memiliki hubungan emosional (maknawi) antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak mampu mencapai nilai ketuntasan tersebut sebab tidak memenuhi kriteria penilaian kemampuan menulis teks anekdot. Hal ini bisa disebabkan banyak faktor, seperti kondisi siswa, suasana kelas, dan kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran. Dari beberapa faktor penyebab tersebut, keefektifan model pembelajaran yang digunakan guru merupakan salah satu faktor yang paling menentukan keberhasilan siswa dalam menulis teks anekdot. Hal ini didukung oleh Rusman (2010: 2) yang menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan rencana atau pola yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, Joyce, dkk (2009: XV) juga mempertegas bahwa pengajaran yang dianggap sempurna hanya bisa dibentuk dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan pengalaman mengajar peneliti, ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran oleh guru dapat mengakibatkan siswa gagal mencapai nilai ketuntasan dalam materi pelajaran tertentu. Guru yang hanya menyampaikan materi pelajaran secara verbal, yaitu bertutur secara lisan (ceramah), dengan gaya komunikasi satu arah (one-way communication) akan membuat siswa cenderung pasif. Selain itu, mental siswa akan tertekan secara tidak langsung sebab siswa dituntut agar langsung mampu memahami apa yang disampaikan guru melalui bahasa lisan. Akibatnya, siswa merasa jenuh dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga siswa tidak mampu mencapai syarat ketuntasan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, masalah-masalah tersebut harus dapat diatasi agar kemampuan siswa dalam menulis teks anekdot tidak hanya berada di bawah nilai ketuntasan, melainkan di atas nilai ketuntasan. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu mengembangkan kreativitas siswa sehingga siswa lebih kreatif dan aktif. Model pembelajaran Treffinger berbasis kreativitas merupakan model pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kreativitas siswa. Model ini merupakan model pembelajaran kreatif secara langsung yang memberikan saran-saran praktis untuk mencapai keterpaduan. Model ini juga

4 sering digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran ekonomi dan matematika. Salah satu judul penelitian yang korelasional adalah Pengaruh Pembelajaran Treffinger terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Mata Pelajaran Ekonomi (Agustina Butar-butar, 2014). Dalam penelitian ini terbukti bahwa model Treffinger lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Model ini terdiri dari dua tahap yang setiap tahapannya melibatkan keterampilan kognitif dan afektif serta menunjukkan hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong siswa belajar kreatif. Berikut tahapan yang akan dilalui siswa dalam model Treffinger berbasis kreativitas ini. Tahap tingkat I (Basic Tools), yaitu teknik-teknik kreativitas tingkat I yang meliputi keterampilan divergen dan teknik-teknik kreatif. Tahap tingkat II (Practice With Process), yaitu teknik kreativitas tingkat II yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat I dalam situasi praktis. Setiap tahapan tersebut akan membantu siswa untuk memaksimalkan kemampuannya dalam berkreativitas. Selain itu, beberapa penelitian lain yang korelasional seperti Menulis dengan Menerapkan Model Belajar Konstruktivisme (Nurjanah, 2005), Menulis Kreatif dalam Konteks Multikultural dengan Model Inkuiri Sosial (Ida Zulaeha, 2008), Model Hipotetik dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Berbasis Kunci Mayer dalam Menulis Cerpen (Zaidatul Arifah, 2011), Pemanfaatan Media Facebook Fitur Grup dengan Strategi Kreatif-Produktif dalam Pembelajaran Menulis Cerpen (Susri Inarti, 2013), dan Model Temuan Terbimbing Berorientasi Berpikir Kreatif Melalui Media Gambar pada Pembelajaran Menulis Artikel Praktis (Emi Fatimah, 2014) menunjukkan bahwa keterampilan menulis memang membutuhkan penerapan model pembelajaran yang tepat agar kreativitas siswa dalam menulis dapat tergali dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, penulis membuat penelitian dengan judul: Penerapan Model Treffinger Berbasis Kreativitas dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Jawa Barat Tahun Pembelajaran 2013/2014.

5 1.2 Identifikasi Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, perlu dilakukan identifikasi masalah yang jelas. Dalam pembahasan masalah ini, ada beberapa yang perlu dipahami yaitu: 1. siswa masih sulit memahami karakteristik teks anekdot 2. minat siswa dalam menulis, khususnya teks anekdot, masih rendah 3. siswa yang memiliki potensi menulis kurang mendapat bimbingan dari guru sehingga kemampuannya dalam berkreativitas pun kurang terasah 4. cara mengajar yang masih monoton sehingga kurang memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot 5. guru kesulitan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi menulis teks anekdot. 1.3 Pembatasan Masalah Untuk memudahkan peneliti menyelesaikan masalah ini, maka peneliti membatasi masalah ini hanya pada tahap untuk mengetahui bagaimana Penerapan Model Treffinger Berbasis Kreativitas dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Jawa Barat Tahun Pembelajaran 2013/2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kemampuan awal siswa dalam pembelajaran menulis teks anekdot? 2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model Treffinger berbasis kreativitas dalam pembelajaran menulis teks anekdot? 3. Apakah model Treffinger berbasis kreativitas efektif meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot siswa?

6 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. untuk mendeskripsikan perencanaan dan pelaksanaan model Treffinger berbasis kreativitas yang dapat meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pembelajaran 2013/2014 2. untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan respons dan tanggapan siswa terhadap model Treffinger berbasis kreativitas yang dapat meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pembelajaran 2013/2014 3. untuk mengetahui efektivitas model Treffinger berbasis kreativitas dalam menulis teks anekdot pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pembelajaran 2013/2014. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan perwujudan dan aplikasi dari hasil penelitian, baik bagi penulis maupun orang lain, terutama kepada pendidikan yang akan merealisasikan tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan tujuan belajar khususnya. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini sangat besar artinya bagi semua pihak terutama bagi guru bahasa Indonesia. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. bagi sekolah dapat dijadikan sebagai masukkan dan pengembangan wawasan guru bahasa dan sastra Indonesia dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot siswa dengan model Treffinger berbasis kreativitas 2. untuk menambah pengetahuan baru bagi siswa, khususnya mengenai penerapan model Treffinger berbasis kreativitas dalam menulis teks anekdot 3. hasil penelitian ini dapat dijadikan studi komparasi bagi peneliti lanjutan dalam bidang yang relevan 4. penelitian ini dapat menambah cakrawala berpikir peneliti dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari masa perkuliahan, untuk selanjutnya dijadikan pegangan dalam meniti karir ke masa depan.

7 1.7 Definisi Operasional Untuk memudahkan dan menyamakan pemahaman antara penulis dan pembaca mengenai variabel dan isi dalam penelitian ini maka diperlukan definisi operasional. Berikut ini beberapa istilah yang perlu didefinisikan. 1. Model Treffinger berbasis kreativitas adalah model pembelajaran kreatif secara langsung yang memberikan saran-saran praktis untuk mencapai keterpaduan. 2. Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya (KBBI, 2014:62). 3. Anekdot dalam penelitian ini adalah cerita yang berbentuk teks tertulis yang isinya bertujuan untuk menghibur atau mengkritik dan terdapat pelajaran (amanat) tertentu di dalamnya. 4. Menulis teks anekdot adalah kegiatan kreatif memindahkan gagasan maupun menyampaikan pesan melalui bahasa tulisan berbentuk narasi ataupun percakapan yang lucu dengan berbagai tujuan, baik hanya sekadar hiburan atau senda gurau, sindirin, atau kritik tidak langsung.