BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya sangat menghormati lembaga perkawinan, sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

PERCERAIAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan Nomor: No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu ingin bergaul (zoon politicon) 1 bersama manusia lainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang memegang teguh budaya ketimuran, masyarakat Indonesia pada umumnya sangat menghormati lembaga perkawinan, sebagai lembaga yang sakral dan mengandung nilai-niiai religius, hal ini tidak telalu berlebihan mengingat esensi perkawinan sesungguhnya merupakan bagian dari titah dan anjuran agama kepada pemeluknya. Dalam kehidupan manusia di dunia ini, yang berlainan jenis kelaminnya secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya berpasang-pasangan untuk hidup karena manusia merupakan mahluk sosial, mereka membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup, melangsungkan hubungan dan melanjutkkan keturunan. Dalam hal untuk melanjutkan keturunan inilah dibuat peraturan untuk mengatur tentang melanjutkan keturunan yang disebut Perkawinan. Perkawinan adalah perilaku mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 1 Dari sudut pandang hukum positif, perkawinan merupakan sebuah perikatan yang melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang melangsungkannya, walaupun perikatan yang timbul bukan termasuk dalam ruang Iingkup hukum perikatan sebagaimana diatur dalam Buku III 1 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju, 1990. Hlm 1. 1

2 KUHPerdata, karena hak dan kewajiban yang lahir dari sebuah perkawinan adalah hak dan kewajiban dalam hukum keluarga. 2 Ijab-qabul dalam proses perkawinan merupakan ucapan dari orang tua atau wali mempelai wanita untuk menikahkan putrinya kepada sang calon mempelai pria, ijab qobul merupakan ucapan sepakat antara kedua belah pihak. 3 Seorang suami sebagai kepala rumah tangga wajib memberikan nafkah yang layak bagi isteri dan anak-anaknya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan isteri berperan sebagai ibu rumah tangga yang bertugas melayani suami dan memelihara anak-anaknya dengan baik dan penuh kasih sayang. Perkawinan berdasarkan definisi hukum menurut Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 adalah, Sebuah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan definisi tersebut dapat kita bayangkan bahwa unsur-unsur religius memang tidak dapat dilepaskan dalam sebuah proses perkawinan, walaupun dalam aturan perundang-undangan kita dapat memahami bahwa pembentuk undang-undang hendak memadukan antara unsur-unsur keagamaan dengan unsur legal-administrative sebagaimana dalam rumusan Pasal 2 Ayat (2) UU 2 D.Y. Witanto. 2012. Hukum Keluarga dan Kedudukan Anak Luar Kawin. Jakarta: Prestasi Pustaka, Hal. 131. 3 Andoelsean dalam http ://andoelsean.blogspot.com/2013/11/ pengertian dan makna ijab kabul.html Di akses pada hari Jumat tanggal 13 Februari 2015 jam 18.40 WIB.

3 No. 1 Tahun 1974. Upaya memadukan dua unsur tersebut mengandung beberapa konsekuensi antara lain: 4 1. Mengandung konsekuensi positif, karena suatu perkawinan selain bisa memenuhi titah dan perintah agama di sisi lain negara juga dapat melakukan pengaturan terhadap proses perkawinan yang dilakukan oleh warganya. 2. Mengandung konsekuensi negatif ketika pengaturan itu dipandang sebagai bentuk intervensi dan negara terhadap kegiatan atau prosesi keagamaan, karena perkawinan dipandang sebagai suatu bentuk menjalankan ibadah keagamaan. Terlepas dan konsekuensi positif dan negatif di atas, pada umumnya negara-negara di dunia termasuk negara yang berideologi agama sekalipun, tetap mengatur suatu kewajiban pencatatan perkawinan dalam sebuah perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan agar negara bisa melindungi perbuatan hukum yang dilakukan oleh warganya. Perkawinan adalah momen yang bersejarah dalam sebuah kehidupan manusia, sehingga tepat kiranya jika negara turut berperan dalam melakukan tindakan perlindungan secara administratif dalam bentuk pencatatan agar tindakan hukum tersebut memiliki dokumen yang otentik. 5 Dalam keluarga suami dan istri merupakan bagian inti, hubungan mereka mencerminkan bagaimana satu manusia dengan manusia yang lainnya berbeda jenis kelamin bersatu membentuk kesatuan untuk mempertahankan 4 Hongko T. Gombo, Hak Waris Anak di Luar Nikah Ditinjau Menurut UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014. 5 Ibid, Hal. 133.

4 hidup dan menciptakan keturunan yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sehingga bisa dibayangkan jika tanpa suami ataupun istri keluarga tidak dapat terbentuk dan masyarakatpun tidak akan pernah ada untuk membentuk kesatuan yang lebih besar yaitu suatu Negara. Hal ini memperlihatkan kepada kita betapa pentingnya perkawinan dalam tatanan kehidupan manusia. Semua individu yang sudah memasuki kehidupan berumah tangga pasti menginginkan terciptanya suatu rumah tangga yang bahagia, sejahtera lahir dan batin serta memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat nantinya. Tentu saja dari keluarga yang bahagia ini akan tercipta suatu masyarakat yang harmonis dan akan tercipta masyarakat rukun, damai, adil dan makmur. Setiap pasangan suami istri pasti mendambakan keharmonisan berumah tangga, sehingga diperlukan perjuangan untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga sampai ajal menjemput nantinya, hal ini dikarenakan dalam keluarga akan selalu muncul permasalahan yang sangat bisa menggoyahkan persatuan yang dibina tadi, bahkan keutuhan keluarga yang kuat bisa terancam dan berakibat kepada perceraian. Prinsip perkawinan adalah untuk membentuk suatu keluarga atau rumah tangga yang tentram, damai dan kekal untuk selama-lamanya, makanya proses untuk menuju perceraian itu tidaklah gampang bahkan dipersulit oleh negara, suami tidak bisa begitu saja menjatuhkan talak kepada istri demikian juga sebaliknya istri tidak bisa langsung meminta cerai kepada suaminya. Baik suami ataupun istri diberikan kesempatan untuk mencari penyelesaian dengan

5 jalan damai yakni dengan jalan musyawarah, jika masih belum terdapat kesepakatan dan merasa tidak bisa melanjutkan keutuhan keluarga maka barulah kedua belah pihak bisa membawa permasalahan ini ke pengadilan untuk dicari jalan keluar yang terbaik. 6 Upaya terakhir yang ditempuh seandainya tidak mendapat jalan keluar yang sesuai melalui musyawarah adalah meminta kepada pengadilan untuk menyelesaikan permasalahan suami istri tadi. Pengadilan akan membuka kembali pintu perdamaian kepada para pihak dengan cara musyawarah memakai penengah yakni hakim, untuk orang yang beragama Islam akan membawa permasalahan ini kepada Pengadilan Agama sementara untuk agama lainnya merujuk kepada Pengadilan Negeri tempat tinggal Tergugat. Perceraian bukan saja dikarenakan hukum agama dan perundang-undangan, tetapi juga berakibat sejauh mana pengaruh budaya malu dan kontrol dari masyarakat, pada masyarakat yang kekerabatannya sangat kuat, perceraian adalah kata sulit yang dikeluarkan tetapi pada masyarakat yang memiliki kelemahan sistem kekerabatannya maka akan mudah terjadi perceraian. Suatu perceraian akan membawa berbagai akibat hukum, akibat hukum tersebut bisa dilihat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada Pasal 41 yang menjelaskan tentang akibat putusnya perkawinan karena perceraian. 7 6 Galang Putra MAKALAH Prinsip UU No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dalam https://blog.djarumbeasiswaplus.org/galangputra/2014/10/24/makalah-prinsip-uu-no-1-tahun- 1974-tentang-perkawinan Di akses pada hari Jumat tanggal 13 Februari 2015 jam 19.05 WIB 7 Lihat Pasal 41 UU No. 1 Tahun 1974.

6 Istilah murtad dalam bahasa Arab diambil dari kata (ار ت د ) yang bermakna kembali berbalik ke belakang. Sedangkan menurut syariat, orang murtad adalah seorang Muslim yang menjadi kafir setelah keislamannya, tanpa ada paksaan, dalam usia tamyiiz (sudah mampu memilah dan memilih perkara, antara yang baik dari yang buruk), serta berakal sehat. Banyak mazhab undang-undang Islam Sunah Wal Jamaah abad pertengahan menyatakan bahawa kemurtadan oleh seorang lelaki Muslim ialah diancam dengan hukuman mati, selanjutnya memberikan yang murtad itu peluang untuk bertaubat dan dengan demikian mengelakkan hukuman. Berbeda pada hukuman dari perempuan murtad yaitu mati atau di penjara sampai pertobatan. 8 Banyak terjadi salah paham terhadap masalah murtad, pada umumnya baik golongan Muslim maupun non-muslim semuanya mempunyai dugaan bahwa menurut Islam, orang murtad harus dihukum mati. Jika Islam tak mengizinkan, orang harus dibunuh karena alasan agama, hal ini telah diterangkan sebagai prinsip dasar Islam, maka tidaklah menjadi soal tentang kekafiran seseorang, baik itu terjadi setelah orang memeluk Islam ataupun tidak. Oleh sebab itu, sepanjang mengenai kesucian nyawa seseorang,kafir dan murtad itu tak ada bedanya. Murtad dapat menjadi alasan perceraian bagi salah satu pihak dalam perkawinan yang sah. 9 Jika dalam suatu pernikahan antara kedua belah pihak tersebut berbeda agama, maka yang beragama Islam 8 Ustadz Imam Wahyudi, Lc, Resiko Murtad dalam http://almanhaj.or.id/content/3580/slash/0/ resiko-murtad/ Di akses pada hari Jumat tanggal 13 Februari 2015 jam 19.15 WIB. 9 Soemiaty,1982, Hukum Perkawinan Islam dan UU Perkawinan, liberty, Yogyakarta, hal 116.

7 haram hukumnya dan pernikahan tersebut bukan lagi suatu hubungan yang di halalkan tetapi merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama. Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, melalui serangkain pencarian data dan penelitian maka penulis tertarik mengambil judul PERCERAIAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan Nomor: No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo) B. Rumusan Masalah Berapa permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa pertimbangan dan dasar hukum hakim Pengadilan Agama Sukoharjo dalam memutuskan perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad? 2. Apa akibat hukum yang timbul dari perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad dalam Putusan No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa saja pertimbangan hakim dan dasar hukum hakim Pengadilan Agama Sukoharjo dalam memutuskan perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad dalam Putusan No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo.

8 2. Untuk mengatahui akibat hukum yang timbul dari perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad dalam Putusan No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian Nilai dalam penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut, adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Islam serta Hukum Acara di Pengadilan Agama pada khususnya; b. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam penyelesaian perkara perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad dalam Putusan No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo; c. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahapan berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi siapa saja yang akan melangsungkan pernikahan supaya dapat memperteguh keimanan untuk menghindari perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad;

9 b. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat pada umumnya supaya tidak mudah pindah keyakinan demi menjaga keutuhan rumah tangga dalam pernikahan yang sah sesuai tuntunan agama Islam. E. Metode Penelitian Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang disajikan secara sistematis dan harus dapat dipertanggungjawabkan. Setiap melakukan penelitian maka harus menggunakan metode-metode tertentu. Metode penelitian menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: 10 (Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian); 1. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan; 2. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Metode penelitian menggunakan pendekatan normatif yakni suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang telah diperoleh dan diolah, berdasarkan (dengan) normanorma hukum, doktrin-doktrin hukum dan teori ilmu hukum yang ada tentang penyelesaian perkara perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad dalam Putusan No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo. Menjelaskan secara lebih mendetail mengenai apa akibat hukum dari perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad dalam 10 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. Hal. 82.

10 perkara putusan No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo. 2. Jenis Penelitian Menurut Soerjono Soekanto, jenis penelitian dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: a. Penelitian eksploratoris; b. Penelitian deskriptif; c. Penelitian eksplanatoris. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dalam penelitian ini penulis menerapkan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan eksplanatoris. Penelitian deskriptif kualitatif maksudnya penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi, kejadian-kejadian atau fakta-fakta yang terjadi dilapangan. Sedangkan penelitian eksplanatoris dimaksudkan untuk memberikan penjelasan (eksplanatif) mengenai situasi-situasi, kejadiankejadian atau fakta-fakta yang terjadi dilapangan. Tujuan dari penelitian adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Jadi dalam penelitian ini nantinya akan menggambarkan secara jelas dan akurat mengenai penyelesaian perkara perceraian karena salah satu pihak murtad dalam Putusan No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo. Menjelaskan secara lebih mendetail

11 mengenai apa akibat hukum dari perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad dalam perkara Putusan No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo. 3. Lokasi Penelitian Pengadilan Agama Sukoharjo dan Kantor Urusan Agama Kecamatan Grogol, Sukoharjo. 4. Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan manjadi 3 (tiga) bahan hukum yaitu: a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 3) Kompilasi Hukum Islam. 4) Jurisprudensi. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum, sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal, literatur, buku, internet, laporan penelitian dan sebagainya berkaitan dengan perkara perceraian dengan alasan salah satu pihak murtad dalam Putusan No. 0396/Pdt.G/2012/PA.Skh di Pengadilan Agama Sukoharjo. c. Bahan Hukum Tersier

12 Bahan hukum tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yaitu kamus hukum, ensiklopedia. 5. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui cara sebagai berikut: a. Wawancara dilakukan dengan hakim serta anggota atau pejabat yang berada di Pengadilan Agama Sukoharjo dan wawancara dengan Ketua Kantor Urusan Agama Kecamatan Grogol Sukoharjo. b. Studi kepustakaan, yaitu dilakukan dengan cara membaca buku literatur, hasil penelitain terdahulu, dan membaca dokumen, peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan objek penelitian. 6. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian dianalisa menggunakan metode analisa kualitatif. Yaitu peraturan, jurisprudensi, dan literatur yang ada hubunganya dengan masalah Perceraian dengan Alasan Murtad yang dipadukan dengan pendapat responden yang ada di lapangan, dianalisis secara kualitatif, dan dicari pemecahanya, yang akhirnya dapat ditarik kesimpulan. Menurut Miles & Huberman, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif yaitu suatu teknik analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga alur kegiatan (reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya) yang terjadi

13 secara bersamaaan. 11 Dalam menggunakan analisis kualitatif, maka penginterpretasian terhadap apa yang ditentukan dan pengambilan kesimpulan akhir digunakan logika atau penalaran sistematik. Ada tiga komponen pokok dalam tahapan analisa data, yaitu: a. Data reduction merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada dalam field note. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung, hasilnya data dapat disederhanakan dan ditransformasikan melalui seleksi ketat, ringkasan serta penggolongan dalam suatu pola. b. Data display adalah rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dilakukan, sehingga peneliti akan dengan mudah memahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. c. Canclution drawing dari awal pengumpulan data peneliti harus mengerti apa arti dari hal-hal yang ditelitinya, dengan cara pencatatan peraturan, pola-pola, pernyataan konfigurasi yang mapan dan arahan sebab akibat sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan. Untuk meneliti validitas data peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang berada di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data yang sama dari sumber yang lain. Trianggulasi dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen. 11 Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS. Hal. 110.

14 F. Sistematika Penulisan Penyusunan Skripsi ini dibagi dalam empat bab yang disusun secara sistematis. Untuk mempermudah dalam melakukan analisis, pembahasan serta penjabaran dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka peneliti menyusun sistermatika penulisannya sebagai berikut: BAB I adalah pendahuluan yang berisikan tentang, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II adalah tinjauan pustaka dalam penulisan ini akan memberikan kajian-kajian mengenai teori, pengertian, dan peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hukum yang berkaitan dengan perkawinan dan perceraian guna dijadikan dasar untuk menemukan berbagai doktrin dan aturan yang mengatur mengenai hukum perkawinan dan perceraian. BAB III adalah menjabarkan hasil penelitian dan pembahasan didalamnya penulis melakukan analisis atas rumusan masalah yang dibuat oleh penulis berdasarkan data hasil penelitian yang didapatkan, kemudian melakukan pengolahan data dengan melakukan analisa dengan peraturan perundangan yang mengaturnya. BAB IV adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.