BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun demikian, perkawinan di bawah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. NINlNG SEKTIANINGSIH IMPLMENTASI PENIL\HAN DINI MENURUT UNDANG-UNDANGNO 1 TAHUN 1974

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi


BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kompilasi Hukum Islam, CV. Nuansa Aulia, 2013, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

PENDAHULUAN Latar Belakang

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun Hal ini berarti bahwa dalam

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB IV ANALISIS. Indonesia. A. Analisis Terhadap Aturan Suscatin di Malaysia dan. Meskipun Indonesia dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT, karena setiap insan manusia yang ada dimuka bumi ini telah ditentukan pasangannya oleh sang khalik yaitu laki-laki dan perempuan, pada hakikatnya setiap hari manusia selalu mengalami fase-fase pertumbuhan yang pada akhirnya mereka akan mencari pasangan hidup untuk membangun sebuah keluarga melalui ikatan pernikahan. Setiap orang yang telah memenuhi persyaratan dalam melaksanakan pernikahan dianjurkan agar menginjakan kakinya ke jenjang pernikahan. Karena dalam fase inilah merupakan fase yang sangat penting dalam melangsungkan kehidupan seseorang dimasa yang akan datang. Tidak dapat dipungkiri bahwa melalui ikatan pernikahan, seseorang akan memiliki kematangan dalam berpikir, bijak dalam bertindak serta mampu mengelola sebuah keluarga dengan baik. Seperti yang termaktub dalam UU No 1 Tahun 1974, pernikahan atau perkawinan diartikan sebagai : Ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, pernikahan dapat pula diartikan sebagai bentuk ikatan perjanjian antara pasangan suami dan istri yang harus saling bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap segala urusan rumah tangga agar terbangunnya

sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Karena pada hakikatnya setiap pasangan pasti menginginkan sebuah pernikahan yang sah dihadapan hukum, baik hukum agama maupun hukum positif. Namun, dalam pelaksanaanya masih banyak pernikahan yang tidak sesuai dengan apa yang tercantum dalam UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang dilaksanakan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) yang tercantum pada pasal 2 ayat (2) bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini tentu bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku dan salah satu sebab banyaknya pelanggaran yang terjadi di Kantor Urusan Agama (KUA) adalah kurang tegasnya pegawai dalam pelaksanaan proses pernikahan seperti membiarkan pernikahan itu berlangsung namun tidak terpenuhinya syarat-syarat pernikahan oleh calon pengantin. Pemberlakuan Undang-undang Perkawinan memang dilakukan oleh Negara bukan tanpa alasan, tetapi untuk melindungi diri dan memberikan kepastian terhadap hak anak secara psikologis dan hukum. Disamping itu keberadaan UU No 1 Tahun 1974 ini memberikan kepastian hukum terhadap seorang istri yang dinikahi secara sah dan semua anak yang dilahirkan dari hasil perkawinan tersebut baik secara aspek sosial maupun hukum. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih adanya pelanggaranpelanggaran yang terjadi dalam pelaksanaan pernikahan yang bertentangan dengan apa yang diamanatkan dalam UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, banyaknya praktik-praktik pernikahan ini masih terjadi di kecamatan Cempaka Kabupaten Purwakarta sebagai salah satu contohnya yaitu tidak terpenuhinya syarat-syarat dalam melaksanakan perkawinan. Seperti yang tercantum dalam pasal 20 UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan disebutkan bahwa :

Pegawai pencatat perkawinan tidak diperbolehkan melangsungkan atau membantu melangsungkan perkawinan bila ia mengetahui adanya pelanggaran dari ketentuan dalam pasal 7 ayat (1), pasal 8, pasal 9, pasal 10 dan pasal 12 Undang-undang ini meskipun tidak ada pencegahan perkawinan Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai pihak pelaksana dalam melangsungkan perkawinan tentunya tidak berhak membantu seseorang dalam melangsungkan perkawinan jika tidak terpenuhinya syarat-syarat perkawinan karena hal ini bertentangan dengan apa yang di amanatkan dalam UU No 1 Tahun 1974. Sebagai pelaksana UU No 1 Tahun 1974 yaitu Kantor Urusan Agama berhak mencegah atau membatalkan pernikahan jika calon mempelai tidak memenuhi syarat-syarat pernikahan yang sesuai dengan pasal 13 dalam UU No 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan yang berbunyi : Perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan. Oleh karena itu Kantor Urusan Agama merupakan pihak-pihak berkepentingan yang berhak untuk mencegah pelaksanaan pernikahan jika terdapat kesalahan-kesalahan yang bertentangan dengan apa yang diamanatkan dalam UU. Kemudian seperti yang termaktub dalam pasal 21 (1) UU No 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan bahwa : Jika pegawai pencatat perkawinan berpendapat bahwa terhadap perkawinan tersebut ada larangan menurut Undang-undang ini, maka ia akan menolak melangsungkan perkawinan.

Pegawai pencatat perkawinan dalam hal ini Kantor Urusan Agama boleh menolak untuk tidak melaksanakan proses pernikahan jika diketahui ada larangan menurut Undang-undang. Dari berbagai masalah yang terjadi di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Cempaka tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyaknya pernikahan yang tidak tercatat atau bisa disebut sebagai pernikahan dibawah tangan atau nikah siri. Nikah siri merupakan salah satu bentuk pelanggaran pernikahan yang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena pada kenyataannya praktik ini menambah daftar bentuk-bentuk penindasan terhadap hak-hak perempuan dan masa depan anak-anak, karena disadari atau tidak nikah siri dapat menimbulkan sejumlah pengaruh negatif bagi istri dan anak-anaknya kelak dalam mendapatkan perlindungan hukum. Tidak dapat dipungkiri bahwa nikah siri banyak dilakukan oleh masyarakat yang berlatar belakang ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah, karena baik secara langsung pendidikan memberikan pengetahuan dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi dimasa yang akan datang. Dalam pernikahan siri seorang anak yang dilahirkan dalam pernikahan tersebut tidak berhak mendapatkan perlindungan hukum dan pengakuan secara sah dihadapan hukum karena anak yang dilahirkan dalam hubungan nikah siri disebut sebagai anak luar kawin yang mana anak yang dilahirkan dianggap lahir dalam sebuah pernikahan yang tidak sah secara hukum positif karena tidak terpenuhinya syarat-syarat pernikahan. Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitan tentang Studi Implementasi UU No 1 Tahun 1974 studi deskriptif di Kantor Urusan Agama di Kecamatan Cempaka.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah : Rumusan masalah yang akan dikaji adalah Studi implementasi UU No 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan studi deskriptif di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cempaka. Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut, maka peneliti mengidentifikasi dalam beberapa sub masalah, sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk implementasi UU No 1 Tahun 1974 di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cempaka? 2. Bentuk pelanggaran apa saja yang terjadi terhadap implementasi UU No 1 Tahun 1974? 3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap implementasi UU No 1 Tahun 1974? 4. Bagaimana dampak yang dialami oleh orang-orang yang melakukan pelanggaran terhadap UU No 1 Tahun 1974? 5. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama dalam meminimalisir pelanggaran terhadap UU No 1 Tahun 1974? C. Tujuan Penelitian : 1. Tujuan Umum Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Dengan tujuan, tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam penelitian ini, memiliki tujuan tertentu. Sesuai dengan perumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang studi implementasi UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Studi deskriptif di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cempaka.

2. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk implementasi UU No 1 Tahun 1974 di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cempaka, 2. Untuk mengetahui bentuk pelanggaran terhadap UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap implementasi UU No 1 Tahun 1974. 4. Untuk mengetahui dampak orang-orang yang melakukan pelanggaran terhadap UU No 1 Tahun 1974. 5. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Cempaka dalam memimalisir pelanggaran UU No 1 Tahun 1974. D. Manfaat Penelitian Secara garis besar penelitian ini berkaitan dengan upaya untuk memperoleh informasi dan data mengenai studi implementasi UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat diperoleh manfaat, sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan dibidang hukum yang berkaitan dengan implementasi UU No 1 Tahun 1974, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta kontribusi pada jurusan pendidikan kewarganegaraan dalam memberikan wawasan serta

membangun kesadaran hukum masyarakat melalui pemahaman tentang pernikahan dilihat dari UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan. 2. Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukanmasukan yang berarti dan berguna dalam membangun kesadaran hukum, terutama: a. Masyarakat : 1) Mengetahui hakikat pernikahan, tujuan pernikahan serta cara melaksanakan pernikahan yang sah di hadapan hukum. 2) Mengetahui pentingnya pencatatan pernikahan. 3) Mengetahui dampak dari sebuah ikatan pernikahan bagi istri dan masa depan anak-anak dikehidupan yang akan datang. b. Kantor Urusan Agama : 1) Memberikan masukan-masukan dalam mekanisme proses pelaksanaan pernikahan sesuai UU No 1 Tahun 1974. 2) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakankebijakan mengenai perkawinan. E. Sturuktur Organisasi Skripsi Bab I Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi tentang teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep pernikahan secara umum serta penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti termasuk prosedur, subjek dan temuannya. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, instrument penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan data atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, analisis data dan pembahasan dari analisis dan yang sudah dilakukan oleh peneliti. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab kesimpulan dan saran ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari analisis data, pembahasan dan saran-saran.