LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PENFUI PERIODE PEBRUARI 2012

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi PEDOMAN WAWANCARA (UNIT PELAKSANA)

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

PENINGKATKAN KEMANDIRIAN DASA WISMA KELURAHAN SEKARAN DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap. Waktu : 60 menit ( 45 menit ceramah dan 15 menit diskusi ).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

Transkripsi:

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PENFUI PERIODE PEBRUARI 2012 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Penyakit DBD termasuk salah satu emerging diseases yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama dan sulit untuk menentukan intervensi yang tepat karena berbagai faktor, baik dari lingkungan, sosial budaya dan perilaku hidup manusia Penyakit DBD berpotensi menimbulkan KLB terutama pada musim penghujan, dan khusus untuk Kelurahan Penfui sudah terjadi Kejadian Luar Biasa DBD dan saat ini sedang dilaksanakan upaya penanggulangannya. Jumlah kasus dan penyebarannya cenderung meningkat meskipun angka kematian ( CFR) dapat ditekan. Peningkatan kasus DBD antara lain juga disebabkan oleh pertambahan penduduk, perkembangan wilayah dari sebuah desa menjadi kota, perpindahan penduduk dan penataan kota dan struktur bangunan yang kurang memperhatikan unsur kesehatan, sehingga Vektor penular nyamuk Aedes aegypti mampu bertelur dalam jumlah yang banyak, sehingga Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan pemberdayaan masyarakat menjadi strategi utama. Pada tanggal 02 Januari 2012 Kantor Kesehatan Pelabuhan menerima surat pemberitahuan dari Kantor Lurah Penfui bahwa telah terjadi KLB DBD di wilayah pelayanannya sebanyak 14 orang. Dan dalam surat tersebut KKP Kelas III Kupang meresponi surat tersebut dengan melaksanakan penyelidikan epidemiologi dengan melakukan langkah-langkah penyelidikan meliputi verifikasi informasi, pelacakan kasus, survey vektor nyamuk dan faktor risiko. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat menggambarkan kasus DBD menurut waktu tempat dan orang di wilayah Kelurahan Penfui, sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat dalam rangka upaya penanggulangannya. 2. Tujuan Khusus a. Pelacakan kasus untuk menentukan besaran masalah b. Survey nyamuk untuk menentukan kepadatan populasi nyamuk c. Survey faktor risiko. d. Tatalaksana penderita C. Metodologi penyelidikan Metode pelaksanaan penyelidikan epidemiologi KLB DBD survey pasif dan aktif

II. Hasil kegitan A. Distribusi Kasus KLB DBD menurut waktu B. Distribusi Kasus KLB DBD menurut tempat C. Distribusi Kasus KLB DBD menurut orang D. Distribusi Kasus KLB DBD menurut faktor risiko III. Penutup A. Simpulan B. Saran / Rekomendasi 1. Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan prinsip 3M ( menutup, mengubur & menguras) 2. Abatisasi 3. Melaksanakan foging/pengasapan 4. Penyuluhan PHBS. IV. Lampiran-lampiran

Laporan Investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD Di Kelurahan Kulango Kecamatan Lipunoto Kabupaten Buol Tahun 2007 Berdasarkan informasi dari masyarakat di Kelurahan Kulango bahwa telah terjadi kematian atas nama Taufik (16 tahun). Informasi yang didapatkan bahwa penderita pernah dirawat di RSUD Buol dari tanggal 13-20 Agustus 2007 dengan diagnosa dokter adalah suspek DBD. Menindak lanjuti informasi tersebut, maka petugas surveilans segera melakukan investigasi ke Rumah Sakit untuk memastikan informasi tersebut. Tujuan Investigasi Tujuan dilaksanakannya invesitasi ini ialah untuk memastikan kebenaran terjadi KLB DBD serta memantau kegiatan Sistem Kewaspadaan Dini yang dilaksanakan selama ini, sedangkan tujuan khusus dari invesitasi ini untuk memutuskan segera mata rantai penularan nyamuk Aedes Aegypti. Hasil Penyelidikan Hasil investigasi di Rumah sakit dengan dokter Rumah sakit diperoleh keterangan bahwa benar penderita pernah dirawat di Rumah Sakit dengan diagnosa dokter adalah Suspek Demam Berdarah dengan gejala-gejala diantaranya tes tourniquet, perdarahan di kulit, hematemesis dan melena. Sedangkan hasil investigasi yang di rumah penderita didapatkan informasi bahwa penderita tidak pernah keluar daerah. Artinya dicurigai nyamuk aedes aegypti ada di daerah tersebut. Dari informasi ini, maka tim investigasi Kabupaten dan Puskesmas segera mengambil tindakan untuk melakukan fogging kerumah-rumah penduduk dalam rangka pemutusan mata rantai penularan nyamuk aedes aegypti. Gambaran Geografi Kelurahan Kulango Kelurahan Kulango termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Lipunoto yang terletak di Kecamatan Lipunoto yang terdiri dari 3 lingkungan yaitu, Lingkungan Tirtaria, Lingkungan Butukan, dan Lingkungan Kasanangan. Dalam upaya penanggulangan dan pencegahan KLB DBD terulang kembali, maka telah dilakukan beberapa tindakan, diantaranyamelakukan fogging ke rumah-rumah penduduk dengan radius kurang lebih 200 meter dari titik focus (rumah penderita). Penyemprotan dilakukan selama 2

hari mulai tanggal 25 26 Agustus 2007 dengan jumlah rumah yang disemprot sebanyak 96 rumah, melakukan abatisasi, melakukan penyuluhan baik dengan mobil penyuluhan dan juga Radio Pemerintah Daerah. Kesimpulan yang diambil yaitu dipastikan memang benar telah terjadi KLB DBD di Kelurahan Kulango Kecamatan Lipunoto dengan jumlah penderita 1 (satu) orang dan meninggal dunia (CFR 100 %), dalam rangka pemutusan mata rantai penularan nyamuk aedes aegypti telah dilakukan fogging ke rumah-rumah penduduk, Meningkatkatkan SKD-KLB di Puskesmas dan Rumah Sakit agar kasus cepat terlapor dan dapat segera dilakukan penanggulangannya, Meningkatkan penyuluhan dan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Sie Surveilance dan Epid - Bulettin Epidemiologi Sulteng

LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA LAMPASIO, DESA TINADING, DESA SIBAE, DAN DESA OYOM KAB. TOLI-TOLI TAHUN 2011* LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah), ada perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) dan trobositopeni (trombosit < 100.000/mm 3 ). Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut. Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Lampasio tanggal 14 Maret 2011 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dari 33 kasus, maka untuk itu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi serta tim dari petugas Puskesmas Lampasio dengan melakukan analisa terhadap berbagai factor yang berhubungan dengan terjadinya KLB DBD di desa tersebut. TUJUAN PENYELIDIKAN Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, dan Desa Oyom. Tujuan Khusus 1. Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran 2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi 3. Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative pencegahan 4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

HASIL PENYELIDIKAN Analisis Situasi Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom merupakan bagian dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja Puskesmas Lampasio yang juga merupakan bagian dari pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli dengan jumlah penduduk adalah sebagai berikut : Desa Jumlah Laki-Laki Perempuan Total (Jiwa).. Sibea 786 711 1,497 Oyom 1,138 1,012 2,150 Lampasio 986 898 1,884 Tinading 1,131 1,064 2,195 Jumlah 4,131 3,685 7,816 Basidondo. 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ogodeide. Sumber : Data sekunder Puskesmas Lampasio dengan wilayah kerja 9 desa dengan batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Baolan. 2. Sebelah timur berbatasan Kabupaten Buol. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lokasi kejadian KLB berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio wilayah kerja Puskesmas Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD mulai terjadi pada tanggal 28 Februari 2011 dan dilakukan penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011. Pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah yang dilakukan secara lintas program dan lintas sektor, yaitu : Lintas Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli : 1) Kasie Sepim Kesma Dinkes Kab Toli-Toli. 2) Pengelola Surveilans Dinkes Kab. Toli-Toli. 3) Pengelola DBD Dinkes Kab. Toli-Toli. 4) Tim Investigasi Puskesmas Lampasio Lintas Sektor Terkait : Pemerintah setempat (Kepala desa Bomba Kec. Una-Una). Pemastian diagnosis Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada penderita dan melakukan pengambilan sampel darah pada beberapa orang penderita yang sedang dirawat.

Pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid Test Diagnostic (RDT) yang dilakukan oleh analis kesehatan Puskesmas Lampasio. Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 44 kasus DBD, dengan gejala klinis digambarkan pada tabel berikut ini : Tabel 1. Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, Desa Oyom Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli pada tanggal 28 Februari s/d 15 Maret 2011 No. Gejala Klinis Jumlah % 1 Demam 44 100 2 Sakit Ulu Hati 7 15,9 3 Torniket 0 0 4 Perdarahan 31 70,5 5 Muntah 7 15,9 6 Shock 0 0 7 Batuk 20 45,5 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan. Dari tabel diatas terdapat gejala dengan frekuensi tertinggi pada penderita adalah Demam (100 %), Perdarahan 70,5%, Batuk 45,5 %, Sakit ulu hati 15,9%, Muntah 15,9 %. Hal ini merupakan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dimana vektor perantara adalah nyamuk aedes aegypti. Pemastian KLB Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan baik dan jumlah kasus DBD dapat dideteksi sesuai dengan wilayah administratif seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap wilayah dapat dijadikan peringatan dini sebelum terjadi KLB. Untuk memastikan bahwa peningkatan kasus adalah KLB atau bukan KLB, dapat dilakukan analisis pola minimummaksimum kasus DBD bulanan maupun mingguan dengan pembanding kasus DBD pada tahuntahun sebelumnya. Selain dengan menetapkan pola maksimum-minimum, pada daerah desa atau kelurahan sebaiknya ditetapkan telah berjangkit KLB DBD apabila memenuhi satu kriteria sebagai berikut :

1. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%. 2. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan sebelumnya. 3. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Dari hasil investigasi diketahui telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit DBD seperti terlihat pada grafik berikut : Grafik 1. Kasus DBD menurut Tanggal Mulai Demam di Desa Lampasio, Tinading, Sibea, dan Oyom Bulan Mei Tahun 2011 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan Kriteria KLB ini ditetapkan sesuai pedoman Depkes (1991), suatu Kejadian Luar Biasa apabila memenuhi salah satu kriteria diantaranya adalah adanya peningkatan kasus secara bermakna dari periode sebelumnya pada periode mingguan terlihat tanggal 3 9 Maret 2011 terjadi kenaikan penderita lebih dari 2 kali periode minggu sebelumnya. Analisis Epidemiologi Distribusi menurut orang Distribusi penderita DBD dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Distribusi Kasus DBD menurut kelompok umur di Wilayah Puskesmas Lampasio Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011. No Kelompok Umur (Thn) Jumlah Kasus Sakit Mati CFR (%) 1 12 22 0 0 2 13 24 2 1 50 3 25 36 6 0 0

4 37 48 13 0 0 5 > 49 1 0 0 Jumlah 44 0 0 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak sakit berada pada kelompok umur 12 tahun sebanyak 22 orang, terendah pada kelompok umur > 49 tahun sebanyak 1 orang, dan CFR 50% pada kelompok umur 13 24 tahun. Tabel 3 Distribusi Kasus DBD menurut jenis kelamin di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011 No Jenis Kelamin PopulasiRentan Jumlah kasus Sakit Mati Attack Rate (%) CFR (%) 1 Laki laki 4131 21 0 0,51 0 2 Perempuan 3685 23 1 0,62 4,38 Jumlah 7816 44 1 0,90 2,27 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin perempuan (23 kasus) dengan AR = 0,62% dan CFR = 4,38%. Distribusi menurut tempat Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan tempat dapat kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal penderita pada KLB di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011 No Nama Desa Jumlah kasus Sakit Mati CFR (%)

1 Desa Lampasio 20 0 0 2 Desa Tinading 18 0 0 3 Desa Sibea 2 0 0 4 Desa Oyom 4 1 25 Jumlah 44 1 2,27 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran bahwa sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Lampasio yaitu 20 kasus dan penderita DBD yang meninggal berasal dari Desa Oyom dimana CFR = 25% seperti dalam tabel di atas. Distribusi menurut waktu Untuk menggambarkan kasus pada periode KLB (lamanya KLB berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1 harian. Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini : Berdasarkan hasil investigasi, awal mulai sakit tanggal 28 Pebruari 2011 dengan jumlah penderita 2 orang dan mengalami puncak kasus pada tanggal 9 Maret 2011 dengan peningkatan kasus sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 44 kasus. Identifikasi sumber dan penyebab Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom yaitu terdapat tempat tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan media yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik jentik nyamuk ternyata paling banyak jenis jentik nyamuk Aedes, yang didukung dengan kondisi curah hujan tidak menentu sehingga penyebaran penyakit ini menjadi cepat menular kepada penduduk yang berada didesa tersebut. Identifikasi Cara penularan

Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di wilayah tersebut dimana sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus DBD mempunyai riwayat bepergiaan ke daerah endemis DBD dimana penderita tersebut bersekolah di Kota Toli-Toli yang kemungkinan Virusnya didapat di kota. MASALAH YANG DIHADAPI Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah: 1. Ditemukannya wadah sebagai tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita. 2. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal 3. Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta masyarakat masih rendah khususnya dalam hal pengelolaan lingkungan dimana di sekitar tempat tinggal penderita DBD ditemukan tempat perindukan vector aedes. 4. Pengetahuan masyarakat masih kurang mengenai penyakit DBD sehingga terlambat mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang akhirnya menyebabkan kematian. UPAYA PENANGGULANGAN Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan KLB DBD di wilayah Puskesmas Lampasio adalah : 1. Melakukan fogging wilayah dua siklus dimana satu minggu setelah siklus pertama dilakukan fogging siklus kedua. 2. Melakukan abatisasi di sekitar wilayah kejadian KLB DBD. 3. Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi lintas sektor dan lintas program. 4. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal SKD KLB. 5. Melakukan surveilans ketat hingga KLB dinyatakan berhenti. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 1. Telah terjadi KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom dengan jumlah penderita 44 orang, AR = 0,90% dan CFR = 2,27%. 2. Kelompok umur 12 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita DBD dengan jumlah kasus 22 orang. 3. Pemastian diagnosis adalah hasil pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan jentik nyamuk. 4. Pola epidemik adalah propagated epidemic karena adanya lebih dari satu sumber penularan yaitu ditemukannya tempurung kelapa, ban-ban dan kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita. 1. Tingkatkan SKD terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa sehingga peningkatan kasus bisa cepat terdeteksi sedini mungkin. 2. Pembasmian sarang nyamuk/wadah tempat berkembang biaknya nyamuk aedes di setiap tempat.

3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit dan juga kematian.*** * Oleh : Tim Investigasi

Laporan Investigasi DBD Maros, Maret 2010 LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ALLEPOLEA, KECAMATAN LAU, KABUPATEN MAROS 11 MARET 2010 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut. Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Barandasi tanggal 11 Maret 2010 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dan di Kelurahan Allepolea, maka telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan seperlunya oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Maros bersama tim dari petugas puskesmas Barandasi. Tujuan 1. Mengetahui kebenaran kasus KLB DBD yg dilaporkan dan luasnya penyebaran 2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi 3. Melakukan gambaran situasi penyakit dan saran alternatif pencegahan 4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi Kondisi Geografi dan Demografi

Kel. Allepolea merupakan salah satu kelurahan di Kec. Lau, Kab. Maros sekitar 2 km dari pusat kab. Maros. Wilayahnya terdiri atas dataran dengan persawahan dan pemukiman penduduk. Jumlah penduduk Kecamatan Lau kurang lebih 23.000 jiwa dengan luas wilayah 53,76 km2 Sarana Kesehatan Terdapat 1 puskesmas yaitu puskesmas Barandasi, 1 pustu, dan 20 posyandu Hasil Kegiatan Berdasarkan informasi dari petugas surveilans puskesmas Barandasi, ditemukan hal-hal sbb Terdapat 1 (satu) kematian akibat DBD di lingkungan Pamelakang Jene, kelurahan Allepolea, Kec. Lau Nama penderita adalah SHR, umur 2 tahun, jenis kelamin perempuan, Berat badan 8 kg, Anak ke-5 dari 5 bersaudara, anak dari pasangan UMR (37 thn, Security) dan LTG (36 thn, IRT) - Timeline kasus Analisis Situasi Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah/bangunan. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit darah orang yang : Sakit DBD

Tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur nyamuk Dari kegiatan pelacakan epidemiologi di kelurahan Allepolea, kondisi pemukiman yang tidak layak huni menjadi penyebab mudahnya penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Lingkungan perumahan tergenang air dan sangat kotor. Berdasarkan hasil pelacakan tidak ditemukan adanya penderita tambahan di sekitar lokasi rumah penderita, namun 1 orang penderita meninggal dunia sehingga CFR 100%. Populasi berisiko adalah penduduk sekitar rumah penderita yang padat penghuni dan lingkungan yang kotor dan tergenang. Angka bebas jentik tidak diketahui karena tidak ada petugas jumantik di lokasi kejadian. Namun walaupun kemudian ternyata tingkat kepadatan nyamuk Aedes aegypti renah, apabila nyamuk dan jentik tidak dibasmi maka setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya dan menularkan virus dengue ke orang sehat di sekitarnya. Penanggulangan yang Telah Dilaksanakan Fogging fokus Penyuluhan dari rumah ke rumah Pembagian bubuk abate dan kaporit Kesimpulan 1. Telah terjadi KLB DBD di Kel. Allepolea Kec. Lau Kab. Maros pada tanggal 11 Maret 2010 2. Ditemukan 1 orang penderita DBD dengan kematian 1 orang, CFR 100% 3. Penderita adalah perempuan, usia 2 tahun 4. Faktor risiko adalah penduduk yang tinggal di sekitar rumah penderita beradius 100 m dan pemukiman yang tergenang dan kotor

Saran Frekuensi penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit DBD perlu ditingkatkan antara lain mengenai 3M plus Untuk menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk DBD maka disarankan tidur dalam kelambu, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, menggunakan obat nyamuk bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk, Membersihkan lingkungan sekitar agar pemukiman tidak kotor dan tergenang Perlu adanya kerjasama lintas sektor, lintas program, dan masyarakat dalam program pemberantasan penyakit DBD Sistem Surveilans DBD di Puskesmas Sudiang perlu ditingkatkan dan pelaksanaan system kewaspadaan dini (SKD) terutama dalam analisa data pra KLB

LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA LAMPASIO, DESA TINADING, DESA SIBAE, DAN DESA OYOM KAB. TOLI-TOLI TAHUN 2011* LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah), ada perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) dan trobositopeni (trombosit < 100.000/mm 3 ). Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut. Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Lampasio tanggal 14 Maret 2011 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dari 33 kasus, maka untuk itu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi serta tim dari petugas Puskesmas Lampasio dengan melakukan analisa terhadap berbagai factor yang berhubungan dengan terjadinya KLB DBD di desa tersebut. TUJUAN PENYELIDIKAN Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, dan Desa Oyom. Tujuan Khusus 1. Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran 2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinhya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi 3. Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative pencegahan 4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

HASIL PENYELIDIKAN Analisis Situasi Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom merupakan bagian dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja Puskesmas Lampasio yang juga merupakan bagian dari pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli dengan jumlah penduduk adalah sebagai berikut : Desa Jumlah Laki-Laki Perempuan Total (Jiwa).. Sibea 786 711 1,497 Oyom 1,138 1,012 2,150 Lampasio 986 898 1,884 Tinading 1,131 1,064 2,195 Jumlah 4,131 3,685 7,816 Basidondo. 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ogodeide. Sumber : Data sekunder Puskesmas Lampasio dengan wilayah kerja 9 desa dengan batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Baolan. 2. Sebelah timur berbatasan Kabupaten Buol. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lokasi kejadian KLB berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio wilayah kerja Puskesmas Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD mulai terjadi pada tanggal 28 Februari 2011 dan dilakukan penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011. Pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah yang dilakukan secara lintas program dan lintas sektor, yaitu : Lintas Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli : 1) Kasie Sepim Kesma Dinkes Kab Toli-Toli. 2) Pengelola Surveilans Dinkes Kab. Toli-Toli. 3) Pengelola DBD Dinkes Kab. Toli-Toli. 4) Tim Investigasi Puskesmas Lampasio Lintas Sektor Terkait : Pemerintah setempat (Kepala desa Bomba Kec. Una-Una). Pemastian diagnosis Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada penderita dan melakukan pengambilan sampel darah pada beberapa orang penderita yang sedang dirawat.

Pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid Test Diagnostic (RDT) yang dilakukan oleh analis kesehatan Puskesmas Lampasio. Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 44 kasus DBD, dengan gejala klinis digambarkan pada tabel berikut ini : Tabel 1. Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, Desa Oyom Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli pada tanggal 28 Februari s/d 15 Maret 2011 No. Gejala Klinis Jumlah % 1 Demam 44 100 2 Sakit Ulu Hati 7 15,9 3 Torniket 0 0 4 Perdarahan 31 70,5 5 Muntah 7 15,9 6 Shock 0 0 7 Batuk 20 45,5 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan. Dari tabel diatas terdapat gejala dengan frekuensi tertinggi pada penderita adalah Demam (100 %), Perdarahan 70,5%, Batuk 45,5 %, Sakit ulu hati 15,9%, Muntah 15,9 %. Hal ini merupakan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dimana vektor perantara adalah nyamuk aedes aegypti. Pemastian KLB Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan baik dan jumlah kasus DBD dapat dideteksi sesuai dengan wilayah administratif seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap wilayah dapat dijadikan peringatan dini sebelum terjadi KLB. Untuk memastikan bahwa peningkatan kasus adalah KLB atau bukan KLB, dapat dilakukan analisis pola minimummaksimum kasus DBD bulanan maupun mingguan dengan pembanding kasus DBD pada tahuntahun sebelumnya. Selain dengan menetapkan pola maksimum-minimum, pada daerah desa atau kelurahan sebaiknya ditetapkan telah berjangkit KLB DBD apabila memenuhi satu kriteria sebagai berikut :

1. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%. 2. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan sebelumnya. 3. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Dari hasil investigasi diketahui telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit DBD seperti terlihat pada grafik berikut : Grafik 1. Kasus DBD menurut Tanggal Mulai Demam di Desa Lampasio, Tinading, Sibea, dan Oyom Bulan Mei Tahun 2011 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan Kriteria KLB ini ditetapkan sesuai pedoman Depkes (1991), suatu Kejadian Luar Biasa apabila memenuhi salah satu kriteria diantaranya adalah adanya peningkatan kasus secara bermakna dari periode sebelumnya pada periode mingguan terlihat tanggal 3 9 Maret 2011 terjadi kenaikan penderita lebih dari 2 kali periode minggu sebelumnya. Analisis Epidemiologi Distribusi menurut orang Distribusi penderita DBD dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Distribusi Kasus DBD menurut kelompok umur di Wilayah Puskesmas Lampasio Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011. No Kelompok Umur (Thn) Jumlah Kasus Sakit Mati CFR (%) 1 12 22 0 0 2 13 24 2 1 50 3 25 36 6 0 0

4 37 48 13 0 0 5 > 49 1 0 0 Jumlah 44 0 0 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak sakit berada pada kelompok umur 12 tahun sebanyak 22 orang, terendah pada kelompok umur > 49 tahun sebanyak 1 orang, dan CFR 50% pada kelompok umur 13 24 tahun. Tabel 3 Distribusi Kasus DBD menurut jenis kelamin di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011 No Jenis Kelamin PopulasiRentan Jumlah kasus Sakit Mati Attack Rate (%) CFR (%) 1 Laki laki 4131 21 0 0,51 0 2 Perempuan 3685 23 1 0,62 4,38 Jumlah 7816 44 1 0,90 2,27 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin perempuan (23 kasus) dengan AR = 0,62% dan CFR = 4,38%. Distribusi menurut tempat Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan tempat dapat kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal penderita pada KLB di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011 No Nama Desa Jumlah kasus Sakit Mati CFR (%)

1 Desa Lampasio 20 0 0 2 Desa Tinading 18 0 0 3 Desa Sibea 2 0 0 4 Desa Oyom 4 1 25 Jumlah 44 1 2,27 Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran bahwa sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Lampasio yaitu 20 kasus dan penderita DBD yang meninggal berasal dari Desa Oyom dimana CFR = 25% seperti dalam tabel di atas. Distribusi menurut waktu Untuk menggambarkan kasus pada periode KLB (lamanya KLB berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1 harian. Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini : Berdasarkan hasil investigasi, awal mulai sakit tanggal 28 Pebruari 2011 dengan jumlah penderita 2 orang dan mengalami puncak kasus pada tanggal 9 Maret 2011 dengan peningkatan kasus sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 44 kasus. Identifikasi sumber dan penyebab Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom yaitu terdapat tempat tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan media yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik jentik nyamuk ternyata paling banyak jenis jentik nyamuk Aedes, yang didukung dengan kondisi curah hujan tidak menentu sehingga penyebaran penyakit ini menjadi cepat menular kepada penduduk yang berada didesa tersebut. Identifikasi Cara penularan

Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di wilayah tersebut dimana sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus DBD mempunyai riwayat bepergiaan ke daerah endemis DBD dimana penderita tersebut bersekolah di Kota Toli-Toli yang kemungkinan Virusnya didapat di kota. MASALAH YANG DIHADAPI Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah: 1. Ditemukannya wadah sebagai tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita. 2. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal 3. Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta masyarakat masih rendah khususnya dalam hal pengelolaan lingkungan dimana di sekitar tempat tinggal penderita DBD ditemukan tempat perindukan vector aedes. 4. Pengetahuan masyarakat masih kurang mengenai penyakit DBD sehingga terlambat mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang akhirnya menyebabkan kematian. UPAYA PENANGGULANGAN Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan KLB DBD di wilayah Puskesmas Lampasio adalah : 1. Melakukan fogging wilayah dua siklus dimana satu minggu setelah siklus pertama dilakukan fogging siklus kedua. 2. Melakukan abatisasi di sekitar wilayah kejadian KLB DBD. 3. Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi lintas sektor dan lintas program. 4. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal SKD KLB. 5. Melakukan surveilans ketat hingga KLB dinyatakan berhenti. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 1. Telah terjadi KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom dengan jumlah penderita 44 orang, AR = 0,90% dan CFR = 2,27%. 2. Kelompok umur 12 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita DBD dengan jumlah kasus 22 orang. 3. Pemastian diagnosis adalah hasil pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan jentik nyamuk. 4. Pola epidemik adalah propagated epidemic karena adanya lebih dari satu sumber penularan yaitu ditemukannya tempurung kelapa, ban-ban dan kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita. 1. Tingkatkan SKD terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa sehingga peningkatan kasus bisa cepat terdeteksi sedini mungkin. 2. Pembasmian sarang nyamuk/wadah tempat berkembang biaknya nyamuk aedes di setiap tempat.

3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit dan juga kematian.*** * Oleh : Tim Investigasi