Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara Joko Suwignyo Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang Email: jokosuwignyu@gmail.com Abstrak Perbedaan pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis dengan pembakaran yang memakai gas elektrolisis terhadap kadar karbon monoksida (CO) gas buang, menunjukkan bahwa harga t hitung lebih kecil dari harga t tabel pada taraf signifikan 5%, yaitu ( ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan emisi CO pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis dengan pembakaran yang memakai gas elektrolisis tidak signifikan. Meskipun tidak signifikan namun perbedaan emisi CO yang dihasilkan tetap ada dan dapat dilihat pada grafik 1 yang mana sebagian besar tiap variasi putaran rpm pembakaran yang memakai gas elektrolisis menunjukkan penurunan kadar CO terhadap pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis terutama pada rpm tinggi. Hal ini disebabkan gas yang dihasilkan elektrolisis lebih baik daripada pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis, sehingga memungkinkan pembakaran yang sempurna. Hal lain sistem pembakaran yang memakai gas elektrolisis menghasilkan kadar emisi gas buang lebih rendah dari pada sistem pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis, dengan rata-rata kadar monoksida pada pembakaran gas elektrolisis = 1,93 %.Vol < pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis 1,94 %.Vol. Perbedaan pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis dengan pembakaran yang memakai gas elektrolisis terhadap kadar hidrocarbon (HC) gas buang, menunjukkan bahwa harga t hitung lebih kecil dari harga t tabel pada taraf signifikan 5%, yaitu ( ). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa perbedaan emisi HC pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis dengan pembakaran yang memakai gas elektrolisis tidak signifikan. Meskipun tidak signifikan namun perbedaan emisi HC yang dihasilkan antara pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis dengan pembakaran yang memakai gas elektrolisis tetap ada dan dapat dilihat pada grafik 2 yang mana sebagian besar tiap variasi putaran rpm pembakaran yang memakai gas elektrolisis menunjukkan penurunan kadar CO terutama pada rpm tinggi. Sebaliknya pada putaran rpm tinggi kadar HC yang dihasilkan pembakaran tidak memakai gas elektrolisis semakin besar. Hal ini disebabkan karena sistem pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis mempengaruhi pembakaran yang dihasilkan untuk kesempurnaan pembakaran campuran bahan bakar dan udara sehingga berpengaruh terhadap kadar emisi gas buang yang dihasilkan. Keywords : elektrolis, polusi udara 1. PENDAHULUAN Dewasa ini masyarakat dunia secara umum, terutama Indonesia masih tergantung Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam melakukan aktifitasnya sehari hari terutama dalam hal transportasi. Mengingat pemakaian BBM dan dampak yang diakibatkannya, maka perlu dicari alternatif. Terlebih dengan tingkat pencemaran yang diakibatkan dari proses pembakaran ini, maka perlu difikirkan alternatif pemecahannya. Hal ini didukung oleh kondisi pemakaian minyak dunia yang dipakai untuk bahan bakar, secara langsung mempengaruhi pencemaran udara yang tidak dapat terkendalikan didalam negeri ini, baik yang dihasilkan oleh transportasi maupun industry. Dengan adanya proses pembakaran dalam ruang bakar diatas piston yang dihasilkan oleh mesin pembakaran dalam akan mengalami peningkatan tekanan yang selanjutnya tekanan ini untuk menekan piston sehingga dapat bergerak turun-naik. Gerakan ini selanjutnya dirubah menjadi gerak putar melalui mekanisme batang piston sehingga poros engkol dapat berputar sebagai wujud energi hasil pembakaran. Energi hasil pembakaran selanjutnya digunakan untuk menggerakan kendaraan atau berjalan. Sisa pembakaran atau gas buang dikeluarkan melalui knalpot yang biasa disebut emisi gas buang. Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 128
Menurut Reynol Basrie pada blognya http://www.sharing informasi.com/2013/10/pengertianemisi-dan-efeknya-bagi.html,emisi gas buang merupakan sisa hasil pembakaran mesin kendaraan baik itu kendaraan berroda, perahu/kapal dan pesawat terbang serta mesin industri yang menggunakan bahan bakar. Biasanya emisi gas buang ini terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna dari sistem pembuangan dan pembakaran mesin serta lepasnya partikel-partikel karena kurang tercukupinya oksigen dalam proses pembakaran tersebut. Emisi gas buang merupakan salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini. Emisi gas buang yang dihasilkan suatu kendaraan sangat berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Emisi gas buang menyebabkan udara disekitar menjadi tercemar dan kotor. Seperti yang kita ketahui tanpa udara bersih tidak dapat diperoleh kehidupan yang sehat. Maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran udara demi terciptanya udara bersih. Pengetahuan tentang sumber pencemaran udara dan bahan pencemarnya merupakan dasar pelaksanaan pengelolaan udara dalam rangka memberikan solusi hukum terhadap peristiwa pencemaran udara. Salah satu perangkat hukum untuk mengendalikan semua aspek pengendalian udara yaitu diterbitkannya Undang-Undang No.14 Tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, dimana seluruh kendaraan umum dan barang wajib melakukan uji emisi. Kualitas gas buang banyak ditentukan oleh sistem pembakaran, karena proses pembakaran yang terjadi berakibat langsung terhadap timbulnya bermacam-macam unsur dari gas bekas. Sudut pengapian atau pembakaran yang optimal dengan mempertimbangkan emisi gas buang. Gas buang kendaraan bermotor mengandung zat-zat yang berbahaya antara lain karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), Nitrogen Oksida (NOx), dan Sulfur dioksida (SOx).Untuk pembakaran yang sempurna gas buangnya adalah karbondioksida (CO 2) dan air (H 2 O). Namun kenyataannya pembakaran sempurna tidak sepenuhnya bisa diwujudkan, karena sebenarnya reaksi pembakaran itu menghasilkan zat N2, O 2, CO, HC yang tidak terbakar, bermacam NOx dan sebagainya. Diantara gas buang zat CO, HC, dan NOx diketahui dapat membahayakan manusia, dan sudah menjadi standar buku peraturan pembatasan gas buang disetiap negara. Dengan kondisi yang demikian sebagian orang mencari solusi dan alternatif untuk menanggulangi polusi udara yang dihasilkan dari sisa pembakaran motor baik yang menggunakan bbm bensin maupun solar. Berbagai cara telah banyak dilakukan untuk mengurangi polusi sehubungan dengan pemakaian bahan bakar, mulai dari yang sederhana sampai yang cukup efisien, salah satu yang paling sederhana adalah menggunakan air. Jumlah ketersediaan air sangatlah melimpah. Di negeri ini teknologi dengan memanfaatkan air sebenarnya telah lama diciptakan, bahkan telah ada jauh sebelum minyak bumi ditemukan. Tetapi masih banyak pula yang belum mengetahuinya untuk kebutuhan di berbagai mesin yang mempunyai proses pembakaran dalam atau pembangkit tenaga lainnya. Air bergerak mengikuti suatu siklus, yaitu penguapan, hujan aliran air di atas permukaan tanah seperti mata air, sungai dan muara yang menuju ke laut dan seterusnya. Jika dikelola dengan baik air merupakan sumber daya alam yang tidak ada habisnya. Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 129
Air memegang peranan penting bagi makhluk hidup, air dalam tubuh berfungsi membantu proses metabolisme dan sebagai pelarut ion-ion tubuh. Begitu pentingnya air, sehingga manusia tidak dapat bertahan tanpa air. Air juga mengikuti setiap gerak kehidupan manusia, mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai industri. Banyak sekali manfaat air, mulai dari kebutuhan untuk minum,memasak, mencuci. Mengingat ketersediaan air yang sangat melimpah, dan dapat diperbaharui, maka dalam penelitian ini air dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga. Yakni air dapat dijadikan sebagai suplemen untuk bahan bakar untuk mengurangi polusi udara pada kendaraan bermotor. 1.1. Perumusan Masalah Permasalahan dari latar belakang tersebut yaitu bagaimana pengaruh mesin kendaraan bermotor setelah memakai campuran gas yang dihasilkan oleh proses elektrolisis terhadap kadar CO pada gas buang, tenaga mesin, temperatur mesin dan suara mesin (performance). 1.2 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja mesin kendaraan bermotor setelah memakai campuran gas yang dihasilkan oleh elektrolisis terhadap kadar CO gas buang terhadap pencemaran udara, tenaga mesin, temperatur mesin dan suara mesin 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut : a. Untuk mengungkap kadar emisi gas buang yang dihasilkan mesin Diesel L 300 pada sistem pembakaran bahan bakar yang tidak memakai hasil gas elektrolisis. b. Untuk mengungkap kadar emisi gas buang yang dihasilkan mesin diesel L 300 dengan proses pembakaran bahan bakar dengan memakai gas hasil elektrolisis. c. Untuk mengungkap perbedaan kadar emisi gas buang yang dihasilkan oleh mesin Diesel L300 sebelum memakai seplemen bahan bakar dari gas elektrolisis dan mesin Diesel L300 sesudah memakai suplemen gas elektrolisis 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis yaitu dapat menambah ilmu pengetahuan tentang manfaat air yang dipakai untuk membuat suplemen bahan bakar motor diesel. 2. Manfaat praktis yaitu dapat bermanfaat bagi dosen, praktisi, lembaga sekolah, dan masyarakat luas sebagai pertimbangan untuk menentukan pilihan sistem pencegahan timbulnya polusi udara yang harus digunakan pada kendaaran diesel dan mesin industry yang mereka miliki sehingga dapat terjadi suatu proses pembakaran mesin yang menimbulkan emisi gas buang yang ramah lingkungan. Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 130
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Elektrolis Elektrolisis adalah suatu proses penguraian unsur-unsur pembentuk air, sehingga air dapat digunakan sebagai campuran bahan bakar dengan menggunakan arus listrik. Dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron pada katoda yang tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidroksida ( OH- ), pada kutup anoda dua molekul air lainnya akan terurai menjadi gas oksigen ( O2 ) dengan melepaskan 4 ion H+ dan OH- akan mengalami netralisasi dan membentuk molekul air kembali. Reaksi elektrolis air dapat ditulis sebagai berikut : 2H 2 O ( 1 ) 2H 2 ( g ) + O 2 ( g ) Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan oleh reaksi tersebut membentuk gelembung dan menggumpal disekitar elektroda, prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen perioksida ( H 2 O 2 ). Elektrolisis merupakan proses yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia, komponen terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektroda dan larutan elektrolit. Pada proses elektrolisis diperlukan dua buah kutub yaitu katoda sebagai kutub negatif dan anoda sebagai kutub positif. 2.2. Cara Kerja Elektroliser Gas hidrogen yang akan dihasilkan oleh proses elektrolisis terbentuk akibat adanya arus listrik, jika kedua kutup elektroda ( katoda dan anoda ) diberi arus listrik elektroda tersebut akan saling berhubungan karena adanya larutan elektrolit sebagai penghantar listrik. Gambar 1. Tabung elektroliser dan watertrap yang di rencanakan 3. METODE 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis ekperimen dalam bidang teknik rekayasa. Penelitian eksperiman adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya control. Metode eksperimen yang digunakan adalah metode faktorial yaitu eksperimen yang semua taraf sebuah faktor tertentu dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf tiap faktor lainnya yang ada dalam eksperimen itu (Sujana,1989:109). Penelitian ini adalah berupa studi /analisa elektrolisis sebagai alternatif suplemen bahan bakar pada mesin pembakaran dalam khususnya motor Diesel yang menggunakan bahan bakar solar Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 131
3.2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah eksperimen. Eksperimen merupakan jenis penelitian dengan mengadakan percobaan secara langsung dilaboratorium tentang pengukuran hasil pembakaran bahan bakar antara konsumsi bahan bakar yang tidak menggunakan gas hasil elektrolisis dan konsumsi bahan bakar yang menggunakan gas hasil elektrolisis, sehingga dalam penelitian ini akan didapatkan jawaban apakah ada perbedaan hasil pembakaran bahan bakar yang tidak menggunakan gas hasil elektrolisis dan konsumsi bahan bakar yang menggunakan gas hasil elektrolisis 3.3. Tempat Penelitian Laboratorium Pendidikan Teknik Mesin Otomotif IKIP Veteran Semarang dan Laboratorium Teknik Mekanik Otomotif BP. DIKJUR JATENG 3.4. Obyek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pengukuran gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar antara bahan bakar yang tidak menggunakan gas hasil elektrolisis dan hasil gas buang pembakaran bahan bakar yang menggunakan gas hasil elektrolisis yang dipasangkan pada mesin mesin diesel Mitsubhisi L300. 3.5. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdiri dari tiga buah variabel penelitian, yaitu : 1. Variabel Prediktor (variabel independent) yang dibandingkan sifatnya independent, variabel prediktor dalam penelitian ini yaitu Elektroliser, adalah suatu proses elektrolisis yang digunakan untuk menghasilkan gas yang akan cicampurkan bersama konsumsi bahan bakar 2. Variabel Kriterium Variabel Kriterium yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil gas pembakaran bahan bakar antara gas pembakaran bahan bakar yang tidak menggunakan gas hasil elektrolisis dan gas pembakaran bahan bakar yang menggunakan gas hasil elektrolisis 3. Variabel Kontrol Variebel Kontrol dalam penelitian ini yaitu putaran mesin antara 800 3000 rpm diukur dengan variasi putaran mesin (800, 1000, 1500, 2000, 2500, 3000). 4. HASIL PENELITIAN Data yang telah diadapatkan dari hasil penelitian pengukuran eksperimen yang dilakukan dilaboratorium Pendidikan Teknik mesin IKIP Veteran Semarang dan Laboratorium Teknik Mekanik Otomotif BP.DIKJUR JATENG, eksperimen yang dilakukan dengan membuat alat elektrolisis dan melakukan pengukuran gas buang hasil pembakaran bahan bakar sesuai dengan kebutuhan dari waktu yang ditentukan sama per10 menit dan dilakukan sebanyak 6 vareasi putaran mesin dengan klasifikasi 1000, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000, 2200, 2400, 2600 dan 2800 rpm, sehingga akan diketahui apakah ada perbedaan kadar emisi gas buang hasil pembakaran bahan bakar antara mesin Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 132
yang memakai gas hasil elektrolisis dan yang tidak memakai gas hasil elektrolisis. Data hasil eksperimen keseluruhan dapat dilihat didalam tabel berikut : Tabel 1. Hasil Eksperimen 1. Jumlah kadar emisi gas buang yang tidak memakai gas hasil Elektrolisis Data hasil pengukuran karbon monoksida (CO) dan Hidrocarbon (HC) gas buang seperti ditunjukkan pada tabel 6 diatas, diperoleh berdasarkan angka atau skala nominal yang terukur pada alat Gas Analylzer (Stargas). Kadar CO yang dikeluarkan oleh proses pembakaran mesin tanpa memakai gas elektrolisis pada putaran awal 1000 Rpm adalah sebesar 2,476 %.Vol, putaran mesin dinaikkan secara berkala dengan selisih 200 Rpm. Pada putaran berikutya yaitu 1200 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 2,385 %.Vol, kemudian mengalami penurunan kadar emisi CO lagi menjadi 2,043 %.Vol pada putaran 1400 Rpm, pada putaran 1600 Rpm mengalami kenaikan kadar emisi CO menjadi 2,113 %.Vol, pada putaran 1800 Rpm mengalami penurunan kadar emisi CO menjadi 2,066 %.Vol, kemudian mengalami penurunan kadar emisi CO pada putaran 2000 Rpm menjadi 1,763 %.Vol, begitu pula pada putaran selanjutnya yaitu putaran 2200 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,517 %.Vol, pada putaran 2400 Rpm kadar emisi CO mengalami kenaikan menjadi 1,570 %.Vol, begitu pula pada putaran selanjutnya yaitu putaran 2600 Rpm kadar emisi CO mengalami kenaikan menjadi 1,670 %.Vol dan pada putaran 2800 kadar emisi CO mengalami kenaikan menjadi 1,933 %.Vol. Kadar HC (hidrocarbon) yang dikeluarkan hasil pembakaran yang btidak memakai hasil gas Elektrolisis pada putaran 1000 Rpm yaitu sebesar 206 Ppm.Vol, pada putaran 1200 Rpm kadar emisi HC mengalami peningkatan menjadi 226 Ppm.Vol, begitu pula pada putaran berikutnya yaitu putaran 1400 Rpm kadar emisi HC mengalami peningkatan lagi menjadi 248 Ppm.Vol, pada putaran 1600 Rpm kadar emisi HC mengalami penurunan lagi menjadi 225 Ppm.Vol, kemudian pada putaran 1800 Rpm kadar emisi HC mengalami kenaikan menjadi 240 Ppm.Vol, putaran 2000 Rpm kadar emisi HC mengalami penurunan menjadi 215 Ppm.Vol, kemudian putaran 2200 Rpm Kadar emisi HC mengalami peningkatan menjadi 258 Ppm.Vol, pada putaran 2400 Rpm kadar Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 133
emisi HC mengalami peningkatan lagi menjadi 292 Ppm.Vol, pada putaran 2600 Rpm kadar emisi HC mengalami penurunan yaitu 259 Ppm.Vol, dan mengalami peningkatan kadar emisi HC lagi sebesar 458 pada putaran 2800 Ppm.Vol. Dengan demikian kadar emisi gas buang hasil pembakaran bahan bakar yang tidak memakai gas hasil elektrolisis untuk CO dan HC dapat disimpulkan : kadar emisi CO pada gas buang hasil pembakaran bahan bakar yang tidak memakai gas hasil elektrolisis putaran 1000 Rpm sampai dengan 1400 Rpm mengalami penurunan, kemudian mengalami peningkatan kadar emisi CO pada putaran 1600 Rpm, pada putaran 1600 Rpm sampai dengan 2200 Rpm kadar emisi yang dihasilkan relatif tidak stabil atau mengalami naik-turun, kemudian pada putaran 2200 sampai dengan 2800 kadar emisi yang dihasilkan menunjukan terus mengalami peningkatan,sedangkan kadar HC mengalami kenaikan pada putaran 1000 sampai dengan 1400, kemudian mengalami penurunan kadar emisi pada putaran 1600 Rpm, pada putaran 1600 Rpm sampai dengan 2000 Rpm kadar emisi HC yang dihasilkan relatif tidak stabil atau naik-turun, pada putaran 2600 sampai dengan 2400 Rpm kadar emisi HC yang dihasilkan terus mengalami peningkatan, pada putaran 2600 Rpm kadar emisi HC yang dihasilkan kembali turun namun naik kembali pada putaran 2800 Rpm.Hal ini disebabkan oleh perbedaan pembakaran (hasil pengabutan) yang kurang sempurna. 2. Jumlah kadar emisi gas buang pada pembakaran bahan bakar yang memakai gas hasil Elektrolisis Kadar emisi CO yang dikeluarkan oleh pembakaran bahan bakar yang memakai gas hasil Elektrolisis pada putaran 1000 Rpm yaitu 2,771 %.Vol, kemudian mengalami peningkatan kadar emisi CO menjadi 2,844 %.Vol pada putaran 1200 Rpm, pada putaran 1400 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,691 %.Vol, pada putaran berikutnya yaitu putaran 1600 Rpm kadar CO mengalami peningkatan menjadi 2,011 %.Vol, pada putaran 1800 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,992 %.Vol, begitu pula putaran berikutnya yaitu putaran 2000 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,326 %.Vol, pada putaran 2200 Rpm kadar emisi CO mengalami peningkatan menjadi 2,182 %.Vol, pada putaran 2400 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,332 %.Vol, begitu pula pada putaran berikutnya yaitu putran 1600 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjad 1,264 %.Vol dan pada putaran 2800 Rpm kadar emisi CO kembali mengalami peningkatan menjadi 1,707 %.Vol. sedangkan kadar emisi HC yang dihasilkan oleh sistem pembakaran yang memakai gas Elektrolisis pada putaran 1000 Rpm yaitu 336 Ppm.Vol, mengalami penurunan sampai pada putaran 1800 Rpm yaitu 197 Ppm.Vol, pada putaran 2000 Rpm mengalami peningkatan kadar HC menjadi 218 Ppm.Vol, pada putaran 2200 Rpm mengalami penurunan kadar HC yaitu 189 Ppm.Vol, pada putaran 2400 Rpm kadar HC mengalami penurunan menjadi 193 Ppm.Vol, kemudian mengalami peningkatan kadar HC menjadi 201 Ppm.Vol pada putaran 2600 Rpm, dan mengalami penurunan kadar HC pada putaran 2800 Rpm menjadi 171 Ppm.Vol. Dengan demikian kadar emisi gas buang pembakaran bahan bakar yang memakai gas hasil Elektrolisis untuk CO dan HC dapat disimpulkan : kadar emisi CO pada putaran 1000 sampai Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 134
dengan 1400 Rpm relatif tidak stabil atau naik-turun, pada puatran 1600 sampai dengan 2000 kadar emisi CO yang dihasilkan mengalami penurunan, kemudian pada putaran 2200 Rpm sampai dengan 2800 Rpm kadar emisi CO yang dihasilkan relatif tidak satabil atau mengalami naik-turun. Sedangkan kadar emisi HC yang dari putaran 1000 Rpm yaitu 336 Ppm.Vol sampai dengan 1800 Rpm mengalami penurunan, kemudian pada putaran 2000 Rpm sampai dengan 2800 Rpm kadar HC yang dihasilkan tidak stabil atau mengalami naik-turun. Kadar HC tertinggi oleh pembakaran yang memakai gas elektrolisis pada putaran 1000 rpm yaitu 336 Ppm.Vol sedangkan kadar terkecil pada putaran 2800 Rpm yaitu sebesar 171 Ppm.Vol. Untuk mengetahui perbedaan emisi gas buang (CO dan HC) yang dihasilkan antara pembakaran bahan bakar yang tidak memakai gas hasil Elektrolisis dan pembakaran bahan bakar yang memakai gas hasil Elektrolisis pada setiap variasi putaran mesin dapat lihat pada grafik berikut : Grafik 1. Kadar Emisi Gas Buang (Co) Pada grafik diatas tergambar perbedaan kadar emisi gas buang pada setiap variasi putarannya. Untuk emisi CO yang dihasilkan pembakaran bahan bakar yang memakai gas hasil Elektrolisis relatif lebih besar dari putaran 1000 sampai dengan 1200 Rpm tetapi mengalami penurunan mulai dari putaran 1200 sampai dengan 2000 Rpm. Mengalami kenaikan pada putaran 2200 Rpm namun mengalami penurunan kadar emisi CO sampai putaran 2800 Rpm lebih rendah daripada pembakaran bahan bakar yang tidak memakai gas hasil Elektrolisis. Dapat disimpulkan meski kadar emisi CO yang dihasilkan pembakaran bahan bakar yang memakai gas hasil Elektrolisis pada awal putaran mesin lebih besar daripada pembakaran bahan bakar yang tidak memakai gas hasil Elektrolisis namun kadar emisi pembakaran bahan bakar yang memakai gas hasil Elektrolisis menunjukan penurunan sampai putaran 2800 Rpm lebih rendah dari pembakaran bahan bakar yangtida memakai gas hasil Elektrolisis. Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 135
Grafik 2. Kadar Emisi Gas Buang (Ho) Pada grafik emisi gas buang HC pembakaran bahan bakar yang tidak memakai gas hasil Elektrolisis pada putaran awal 1000 Rpm sampai dengan putaran 1200 Rpm menunjukan kadar emisi HC yang lebih rendah daripada kadar emisi HC yang dihasilkan pembakaran bahan bakar yang memakai gas hasil Elektrolisis namun kadar emisi HC yang dihasilkan pembakaran bahan bakar yang tidak memakai gas hasil Elektrolisis terus mengalami peningkatan sampai putran 2800 Rpm. Sebaliknya kadar emisi HC yang dihasilkan pembakaran bahan bakar yang memakai gas hasil Elektrolisis putaran semakin tinggi maka kadar emisi HC yang dihasilkan semakin rendah. 5. KESIMPULAN 1. Perbedaan emisi CO pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis dengan pembakaran yang memakai gas elektrolisis tidak signifikan. Meskipun tidak signifikan namun perbedaan emisi CO yang dihasilkan tetap ada dan dapat dilihat pada grafik 1 yang mana sebagian besar tiap variasi putaran rpm pembakaran yang memakai gas elektrolisis menunjukkan penurunan kadar CO terhadap pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis terutama pada rpm tinggi. Hal ini disebabkan gas yang dihasilkan elektrolisis lebih baik daripada pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis, sehingga memungkinkan pembakaran yang sempurna. Hal lain sistem pembakaran yang memakai gas elektrolisis menghasilkan kadar emisi gas buang lebih rendah dari pada sistem pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis, dengan rata-rata kadar monoksida pada pembakaran gas elektrolisis = 1,93 %.Vol < pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis 1,94 %.Vol. 2. Perbedaan emisi HC pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis dengan pembakaran yang memakai gas elektrolisis tidak signifikan. Meskipun tidak signifikan namun perbedaan emisi HC yang dihasilkan antara pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis dengan pembakaran yang memakai gas elektrolisis tetap ada dan dapat dilihat pada grafik 2 yang mana sebagian besar tiap variasi putaran rpm pembakaran yang memakai gas elektrolisis Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 136
menunjukkan penurunan kadar CO terutama pada rpm tinggi. Sebaliknya pada putaran rpm tinggi kadar HC yang dihasilkan pembakaran tidak memakai gas elektrolisis semakin besar. Hal ini disebabkan karena sistem pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis mempengaruhi pembakaran yang dihasilkan untuk kesempurnaan pembakaran campuran bahan bakar dan udara sehingga berpengaruh terhadap kadar emisi gas buang yang dihasilkan. Hal lain sistem pembakaranmemakai gas elektrolisis menghasilkan kadar emisi gas buang lebih rendah dari pada sistem pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis, dengan rata-rata kadar hidrokarbon pada pembakaran memakai gas elektrolisis = 220,9 Ppm.Vo < pembakaran yang tidak memakai gas elektrolisis 262,7 Ppm.Vol. 3. Kadar karbon monoksida (CO) gas buang yang dihasilkan pembakaran memakai gas elektrolisis yang paling tinggi adalah pada putaran 1000 rpm yaitu 336 Ppm.Vol. Sedangkan kadar karbon monoksida (CO) gas buang yang dihasilkan pembakaran tidak memakai gas elektrolisis paling tinggi adalah pada putaran 2800 rpm yaitu 458 Ppm.Vol. yang berarti berpengaruh terhadap kadar emisi gas buang yang dihasilkan. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesian yang telah memberikan dana untuk Penelitian Dosen Pemula tahun anggaran 2013-2014. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Training Manual, Gasoline Engine, Step 2, Jakarta, PT. Toyota Astra Motor, 1994 Anonim, Materi Pelajaran Engine Gruop Step 2, Jakarta, PT. Toyota Astra Motor, 1996 Buku Pintar Seri Senior, Cetakan ke Tujuh, Jakarta, Iwan Gayo Associates, 1990 Daryanto, Teknik Pemeliharaan Mobil, Bumi Aksara, 1999 Daryanto, Motor Bakar Untuk Mobil, Jakarta, Rineka Cipta, 2000 Motor Bakar. Drs. BM Surbhakty.DEPDIKBUD.Jakarta.1977 Motor Diesel putaran tinggi.wiranto Arismunandar. Pradnya Paramita. Jakarta.1975 Northop,RS.Service auto Mobil, Bandung, Pustaka Setia, 1995 Sudjana, Metode Statistika, Bandung, 1996 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta, 2000 Urip Sudirman, Metode Tepat Menghemat Bahan Bakar, Jakarta, Kawan Pustaka, 2006 Wardan, Suyanto. Teori Motor Bensin, Jakarta, 2000 Gardan. Vol. 3 No. 2, November 2013 137