BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat menengah ke bawah, serta cukup tersedia di pasaran (Murtidjo, 2003).

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih menjadi primadona karena memiliki daging yang enak serta rendah lemak.

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 4-5 minggu dengan tujuan menghasilkan daging. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

I. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia istilah broiler sering disebut ayam potong ras atau ayam

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

I. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan antara 30%-40% dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Itik Bali Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena badannya yang tegak saat berjalan mirip dengan burung penguin (Rasyaf,1992). Pada umumnya itik bali mempunyai ketahanan hidup yang sangat tinggi dan jarang menimbulkan angka mortalitas yang tinggi (Murtidjo,1988). Rasyaf (1992) menyatakan bahwa ciri-ciri itik bali: 1) badan langsing, 2) berdiri tegak, 3) warna bulunya putih dan berwarna coklat keabu-abuan, 4) leher kecil dan panjang, 5) ekornya pendek. Berat itik bali yang jantan berkisar antara 1,8-2 kg dan yang betina berkisar antara 1,6-1,8 kg. Itik bali memiliki telur yang cukup banyak dan kulit telurnya berwarna putih dengan berat berkisar antara 60-75 gram per butir. Dilihat dari ukuran keadaan seperti ini itik bali mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai itik dwiguna yaitu sebagai itik petelur atau diarahkan sebagai itik pedaging (Murtidjo, 1988). 2.2 Pertumbuhan Pertumbuhan adalah efek keseluruhan dari interaksi hereditas dengan lingkungan/ perlakuan dan sumbangan genetik terhadap penampilan sekitar 30% sedangkan sumbangan lingkungan sekitar 70% (Soeharsono, 1997). Pertumbuhan merupakan proses yang sangat kompleks, meliputi pertambahan berat badan, pertambahan ukuran semua bagian tubuh secara serentak dan merata (Maynard et al. 1979). Disebutkan pula bahwa pertumbuhan yang terjadi merupakan manifestasi dari perubahan-perubahan dalam unit pertumbuhan terkecil yaitu sel. Sel-sel ini mengalami peningkatan jumlah yang disebut hyperplasia serta peningkatan ukuran

selnya yang disebut hipertropi. Dengan terjadinya kedua mekanisme ini, maka akan menimbulkan pertambahan jumlah protein, lemak dan air di dalam tubuh. Kecepatan pertumbuhan merupakan hal yang penting dalam usaha pemeliharaan ternak, karena faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap efisiensi penggunaan ransum. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik dan lingkungan (Zaenudin, 1996). Jenis kelamin juga dapat menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan. Dibandingkan dengan ternak betina, ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat dan pada umur yang sama, mempunyai bobot badan yang lebih tinggi. Perbedaan laju pertumbuhan antara kedua jenis kelamin tersebut dapat menjadi lebih besar sesuai dengan bertambahnya umur (Soeparno, 1994). Ternak yang kekurangan pakan atau gizi pertumbuhannya melambat atau berhenti dan kehilangan berat badan. Tetapi setelah mendapatkan pakan yang cukup dan sesuai kebutuhannya, ternak dapat tumbuh dengan cepat dan bisa melebihi kecepatan pertumbuhan normalnya. Lebih lanjut Murtidjo (1988) menyatakan, kekurangan zat makanan pada saat pertumbuhan dapat menyebabkan itik terlambat mencapai dewasa kelamin sehingga itik tidak dapat berproduksi pada umur yang diharapkan. Kecepatan pertumbuhan (grow rate) pada unggas biasanya diukur melalui pertambahan bobot badan (Soeharsono, 1997). Pada umumnya pengukuran pertumbuhan ternak didasarkan pada kenaikan bobot tubuh per satuan waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai rerata pertambahan bobot badan per hari atau rerata kadar laju pertumbuhan (Soeparno, 1994). Menurut Rasyaf (1994) pengukuran bobot badan dilakukan dalam kurun waktu satu minggu sehingga untuk mendapatkan pertambahan bobot badan harian, yaitu bobot badan selama satu minggu dibagi tujuh.

Pola pertumbuhan tubuh secara normal merupakan gabungan dari pola pertumbuhan semua komponen penyusunnya. Pada kondisi lingkungan yang ideal, bentuk kurve pertumbuhan postnatal untuk semua species ternak yang serupa, yaitu mengikuti pola kurve pertumbuhan sigmoid, yaitu pada awal kehidupan mengalami pertumbuhan yang lambat diikuti pertumbuhan yang cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi hingga berhenti setelah mencapai kedewasaan (Soeparno, 1994). 2.3 Ampas Tahu Sebagai Pakan Ternak Ampas tahu dihasilkan dengan kandungan air yang cukup tinggi. Hal ini merupakan kendala, terutama bila harus diangkut ke tempat jauh. Tingginya kandungan air yang terdapat dalam ampas tahu menyebabkan produk tersebut cepat menjadi busuk. Oleh karena itu dalam pemanfaatannya untuk waktu yang cukup lama, disarankan agar dikeringkan. Kandungan gizi ampas tahu sangat bervariasi, tergantung cara yang digunakan dalam pembuatan tahu. Kadar protein kasar ampas tahu cukup tinggi 23-29% dari bahan kering (Mariyono et al., 1997). Produk sampingan pabrik tahu ini apabila telah mengalami fermentasi dapat meningkatkan kualitas pakan dan memacu pertumbuhan ternak. Tetapi karena kandungan air dan serat kasarnya yang tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang baik. Untuk mengatasi tingginya kadar air dan serat kasar pada ampas tahu maka dilakukan fermentasi. Proses fermentasi dapat menggunakan ragi yang mengandung kapang Rhizopus Oligosporus dan R. Oryzae. Proses fermentasi akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Bahan pakan yang telah mengalami fermentasi akan lebih baik kualitasnya dari bahan bakunya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino, dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasar

ampas tahu (Mahfudz et al., 1996). Analisis proksimat ampas tahu mempunyai kandungan nutrisi cukup baik sebagai bahan ransum sumber protein. Ampas tahu mengandung protein kasar 21,29%, lemak 9,96%, SK 19,94%, kalsium 0,61%, fospor 0,35%, lisin 0,80%, metionin 1,33% (Syaiful, 2002). Teknologi probiotik dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan, khususnya bahan pakan yang memiliki serat kasar dan antinutrisi tinggi. Probiotik dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan melalui penyederhanaan zat yang terkandung dalam bahan pakan oleh enzim yang diproduksi oleh mikroba (Bidura et al., 2008). 2.4 Konsumsi Pakan Pemberian pakan pada ternak unggas harus diperhatikan dengan baik mengenai jumlah maupun zat-zat makanan yang terkandung didalamnya agar diperoleh produksi yang tinggi (Anggorodi, 1994). Pada umumnya zat-zat makanan yang diperlukan oleh ternak berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air dalam jumlah yang cukup dan seimbang (Card dan Nesheim, 1972). Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum. Konsumsi merupakan faktor dasar untuk hidup dan menentukan produksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah jenis ternak, makanan yang diberikan (palatabilitas), dan lingkungan tempat ternak dipelihara (Rahman, 2008). Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.

Winter dan Funk (1960) menyatakan bahwa konsumsi pakan pada unggas dipengaruhi oleh bangsa, kecepatan tumbuh, serta imbangan pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi pertambahan bobot badan. Matram (1984) menyatakan susunan pakan itik, bentuk maupun cara pemberiannya merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting dalam menentukan laju pertumbuhan dan produksi. Menurut Tilman et al. (1984) pertumbuhan ternak ditentukan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, makin banyak pakan yang dikonsumsi maka pertumbuhan menjadi semakin cepat. Penelitian Yupardi dan Matram (1984), menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan konversi ransum lengkap maupun terbatas pada masa pertumbuhan. Pada percobaan terhadap itik peking (Siregar et al., 1982) menyimpulkan bahwa ternak jantan lebih efisien dalam mengubah zat-zat makanan menjadi bobot badan dibandingkan dengan ternak betina. Anak itik umur empat minggu tampaknya lebih efisien dalam menggunakan pakan dibandingkan pada umur enam minggu sampai delapan minggu. 2.5 Probiotik dan Pengaruhnya terhadap Unggas Probiotik dalam bahasa Yunani berarti kehidupan, menurut istilah yang didefinisikan oleh Gibson dan Fuller (2000), probiotik adalah suplemen pakan dari bakteri hidup yang memberikan keuntungan terhadap ternak dengan meningkatkan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan. Menurut Hasan (2006), probiotik kultur tunggal ataupun campuran dari mikrobia hidup yang dikonsumsi manusia dan/ atau hewan, serta memiliki efek menguntungkan bagi inangnya (manusia maupun hewan) dengan cara menjaga keseimbangan mikroflora alami yang ada dalam tubuh. Probiotik merupakan salah satu pendekatan yang memiliki potensi dalam mengurangi infeksi unggas dan kontaminasi produk unggas (Ahmad, 2006). Mikroorganisme yang bisa dimanfaatkan sebagai probiotik adalah bakteri (Bakteri Asam Laktat, Genus

Lactobacillus dan Genus Bifidobacteria) dan fungi (Saccharomyces cerevisiae) (Trachoo dan Boudreaux, 2006). Probiotik mampu meningkatkan intestinal homeostasis yang memungkinkan mekanisme destruksi atau degradasi kolesterol dapat dilakukan oleh mikroorganisme intestinal dengan mengkonversikan kolesterol menjadi asam empedu kholat, sehingga kadar kolesterol menurun. Probiotik dapat mengandung satu atau beberapa strain mikroorganisme (satu sampai sembilan strain) dan diberikan pada ternak dalam bentuk bubuk (diberikan langsung atau dibungkus kapsul), tablet, granula atau pasta (Wahyudi dan Hendraningsih, 2007). Setelah probiotik diberikan, mikroba probiotik harus bertahan hidup dan tidak mati akibat mekanisme pertahanan inang, tergantung pada tempat dimana probiotik diberikan, mikroba harus bertahan pada kondisi spesifik. Contohnya, probiotik yang diberikan secara oral harus resisten terhadap enzim (amylase, lyzozyme, pepsin, dan lipase), kondisi asam (ph rendah akibat kensentrasi HCl yang tinggi) dalam lambung dan konsentrasi empedu, cairan pankreas serta mucus di intestine. Kondisi sepanjang saluran pencernaan merupakan pertimbangan utama dalam seleksi mikroba probiotik yang diberikan secara oral (Sudirman, 2011). Mekanisme kerja probiotik jika diberikan pada unggas akan berkolonisasi di dalam usus, dan selanjutnya dapat dimodifikasi untuk sistem imunisasi/kekebalan hewan inang. Kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus ini akan menyebabkan mikroba-mikroba probiotika berkembang dengan baik dan mikroba-mikroba patogen terreduksi dari sel-sel usus hewan inang, sehingga perkembangan organisme-organisme patogen yang menyebabkan penyakit tersebut, seperti Eshericia coli, Salmonella thyphimurium dalam saluran pencernaan akan mengalami hambatan. Mikroba probiotik menghambat organisme patogenik dengan berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah terbatas substrat bahan makanan untuk difermentasi. Bifdobacteria dan

kultur probiotik lainnya yang berkontribusi terhadap kesehatan manusia dan ternak melalui mekanisme seperti kompetisi dengan bakteri patogen, menstimulasi sistem imun, meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek, mengontrol fungsi usus, mencegah kanker dan meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat nutrisi (Ziggers, 2000). Pada ternak unggas probiotik akan bekerja secara efektif pada crop atau bagian awal saluran pencernaan dan bekerja secara langsung pada caeca (Sudirman, 2004). Pada kelompok pertama ini, kultur Lactobacillus diduga dapat membentuk koloni pada crop dan usus halus (Fuller, 1992). Kelompok ini diduga dapat menghasilkan pengaruh antibakteri yang menghambat bakteri pathogen dan juga dapat meningkatkan performans unggas secara keseluruhan.