BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini hampir semua aspek pekerjaan baik di sektor bisnis dan perkantoran maupun industri dan manufaktur telah memanfaatkan dukungan teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di perkantoran dalam keadaan duduk statis. Berdasarkan survey di Amerika Serikat mendapatkan fakta bahwa rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam per hari atau 69% dari total jam kerja. Data dari Bureau of Labour Statistic (USA) menunjukkan bahwa terdapat 335.390 kasus berupa gangguan pada sistem otot rangka (MSDs) pada tahun 2007 di Amerika Serikat (Iridastadi, 2014). Di Indonesia berdasarkan penelitian dari Rahadini tahun 2006 melakukan penelitian terhadap karyawan perkantoran di tujuh kantor perusahaan nasional di Bandung dan Yogyakarta, responden yang bekerja dengan komputer (duduk). Dari 200 responden ditemukan tingkat prevalensi keluhan sistem otot rangka terbesar pada bagian leher (68,7%), bagian punggung (62,1%), dan bagian tulang belakang (60%). Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan 1
2 pekerjaan. Status kesehatan pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja, tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, prilaku kerja sarta faktor lainnya. (Anies, 2014) Penyakit akibat kerja (PAK) menurut OSHA (Occupational Safety & Health Association) tahun 1996 adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal dikarenakan oleh pekerja yang disebabkan pajanan pada faktor lingkungan tempat kerja yang berhubungan dengan pekerja. Di Amerika Serikat kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) telah merugikan perusahaan miliyaran dolar setahun baik berupa biaya langsung maupun tidak langsung. Berbagai penelitian medis telah membuktikan bahwa desain kerja yang buruk dan tingkah laku kerja yang tidak aman sebagai faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya kejadian MSDs. Pada tahun 2002 perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menghabiskan setengan triliyun dolar untuk perawatan kesehatan dan kompensasi pekerja, kebanyakan untuk sakit dan cidera. Menurut Kantor Statistik Tenaga Kerja, MSDs yang terdiri lebih dari sepertiga cidera dan sakit akibat kerja, menyebabkan klaim kompensasi pekerja sebanyak 50% dan menunjukkan masalah cidera dan sakit sakit terbesar yang terkait dengan pekerjaan di Amerika Serikat. Cidera ergonomi diperkirakan merugikan pengusaha Amerika Serikat lebih dari 65 miliyar dollar setiap tahun (Bird, 2005). Posisi kerja dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja, baik dalam keadaan berdiri maupun duduk. Sebisa mungkin pekerja harus
3 dilakukan dalam posisi duduk. Keuntungan bekerja dengan posisi duduk adalah dapat mengurangi kelelahan pada kaki, terhindar dari sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi dan tingkat kebutuhan sirkulasi darah. Selain itu, bekerja dalam posisi duduk juga memiliki beberapa kerugian yaitu melembeknya otot-otot perut, melengkungnya punggung dan tidak baik bagi organ dalam khususnya organ pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk (Suma mur, 2014). Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan, penempatan alat-alat petunjuk, caracara memperlakukan peralatan, seperti macam gerak, arah dan kekuatan. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian. Semua sikap tidak alami harus dihindarkan. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membebani, tetapi dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan (Anies, 2014). Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Namun, dari sudut tulang lebih baik tegak agar punggung tidak membungkuk dan otot perut tidak lemas. Untuk itu dianjurkan memiliki sikap duduk yang tegak, diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk. Arah penglihatan untuk pekerjaan yang duduk adalah 32 44 derajat kebawah, arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat sehingga tidak mudah lelah (Anies, 2014).
4 Keluhan dan gangguan kesehatan yang umumnya dijumpai akibat posisi duduk terlalu lama antara lain adalah nyeri pada leher, punggung dan bahu, kejang, tekanan dan sirkulasi darah yang buruk didaerah kaki serta bokong. Segera setelah mengemudi resiko cedera punggung bawah akibat mengangkat meningkat dan terjadi degenerasi pada diskus spinal dan herniasi diskus. Salah satu pekerja dengan posisi duduk yang beresiko terkena MSDs adalah pekerja pengguna komputer. Faktor yang menjadi penyebab salah satunya adalah karena pekerja dengan posisi duduk standby didepan komputer lebih dari empat jam dalam satu hari dan postur yang dilakukan dalam melakukan pekerjaan (mengetik) merupakan postur duduk yang statis. Jenis-jenis keluhan MSDs antara lain : sakit leher, nyeri punggung, Carpal tunnel syndrome, de quervains tenosyovitis, thoracic outlet syndrome, tennis elbow, low back pain. Gangguan MSDs dapat berupa kerusakan pada otot yang dapat berupa ketegangan otot, inflamasi dan degenerasi, sementara itu kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikrofraktur, patah atau terpelintir (Suma mur, 2014). PT. Nitra Sanata Dharma adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pelayanan jasa khususnya dalam bidang kesehatan mata. PT. Nitra Sanata Dharma membawahi RS. Jakarta Eye Center di Kedoya, Menteng, Cibubur dan JEC Optical. Dalam menjalankan bisnisnya PT. Nitra Sanata Dharma pekerja bekerja di back office. Kegiatan di back office
5 sebagian besar dilaksanakan di meja kerja dengan menggunakan komputer. Pekerja menggunakan komputer selama 7-8 jam kerja per hari. Dalam melakukan pelayanan ini pekerja menggunakan komputer dalam posisi duduk yang statis waktu yang cukup lama dan terus menerus beresiko terkena MSDs. Berdasarkan informasi dari divisi riset dan pendidikan, hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian terhadap kesehatan pekerja yang berhubungan dengan keluhan MSDs, terutama pada pekerja di back office yang menggunakan meja kerja komputer. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan posisi meja kerja dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja back office PT. Nitra Sanata Dharma. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan Posisi Meja Kerja dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Back Office Pt. Nitra Sanata Dharma. Posisi duduk pada meja kerja merupakan faktor risiko terjadinya MSDs. Dari hasil pengamatan penulis, rata-rata karyawan di back office PT. Nitra Sanata Dharma bekerja dalam keadaan duduk di depan komputer. Timbulnya keluhan MSDs dapat mengurangi kenyamanan dan produktifitas para pekerja dalam melakukan pekerjaanya.
6 Maka pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah pekerjaan di back office dilakukan dalam posisi kerja duduk meja komputer dengan kondisi statis (tetap) dalam melakukan aktifitas pekerjaanya dengan durasi ± 8 jam/hari. 2. Apakah kelompok pekerja di back office memiliki prevalensi cukup tinggi terhadap timbulnya keluhan MSDs, terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dengan posisi kerja duduk statis. 3. Sejauh mana hubungan posisi meja kerja dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja back office PT. Nitra Sanata Dharma. 1.3. Pembatasan Masalah Mengingat adanya keterbatasan sarana, prasarana dan waktu sehingga pada penelitian ini penulis melakukan batasan terhadap penelitian ini adalah hanya mengambil pembahasan hubungan posisi meja kerja dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang dirasakan oleh para pekerja Back Office PT. Nitra Sanata Dharma.
7 1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah Apakah ada Hubungan Posisi Duduk Statis dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Back Office PT. Nitra Sanata Dharma? 1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Adapun tujuan dari penelitin ini adalah untuk mengetahui hubungan posisi meja kerja dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja back office PT. Nitra Sanata Dharma. 1.5.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui prevalensi posisi kerja duduk meja komputer pada pekerja back office di PT. Nitra Sanata Dharma. 2. Mengetahui prevalensi keluhan MSDs, pada pekerja back office di PT. Nitra Sanata Dharma. 3. Menganalisa hubungan posisi meja kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja back office PT. Nitra Sanata Dharma.
8 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Bagi Peneliti 1. Dapat menambah ilmu dan mendapatkan teori yang diperoleh selama menjalankan pendidikan di Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. 2. Dapat memperdalam pengetahuan, pengalaman, dan wawasan tentang K3, terutama tentang keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) di tempat kerja 1.6.2. Bagi Perusahaan 1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan, pengetahuan, referensi, dan evalaluasi untuk kebijakan dan peraturan tentang kesehatan kerja khususnya tentang keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). 2. Perusahaan memperoleh data dan fakta sebagai bahan pertimbangan pengendalian bahaya dan risiko, tindakan perbaikan, dan pengelolaan lingkungan. 1.6.3. Bagi Fakultas/Jurusan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya tentang keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs).