Arsih, Ratna Dian Kurniawati, Inggrid Dirgahayu ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

GAMBARAN PENYAKIT KULIT PADA PEKERJA PTPN VIII UNIT PERKEBUNAN TEH CIATER KABUPATEN SUBANG TAHUN 2010 Iin Inayah, Rika Nurhasanah, Eviana Dewi

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

Unnes Journal of Public Health

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi pertanian dan juga maupun dari segala industri yang lainya. Julukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PT HARTA SAMUDRA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA AMBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT BATU BATA DI KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN 2015

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Agar terciptanya lingkungan yang aman, sehat dan bebas dari. pencemaaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PINGGANG PADA PENGERAJIN BATIK TULIS DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI TAHUN 2012

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN BATU PT.SINAR KARYA CAHAYA TAHUN 2013 DI DESA BOTUBULOWE KECAMATAN DUNGALIYO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK PEKERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEMBUAT KASUR LANTAI DI PT TAWAKAL WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGSIANG KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011 ABSTRAK Arsih, Ratna Dian Kurniawati, Inggrid Dirgahayu Menurut International Labour Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaaan. Pada tahun 2001 menurut ILO, penyebab kematian berhubungan dengan pekerjaan adalah sebagai berikut: kanker (34%), kecelakaan (25%), penyakit saluran pernafasan (21%), penyakit kardiovaskuler (15%) dan lain-lain (15%), Sedangkan data di Kabupaten Subang tentang gambaran penyakit akibat kerja menunjukan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan jenis penyakit yang sering dirasakan oleh pekerja, yaitu sebanyak (15,9%). Puskesmas Tanjungsiang merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Subang yang wilayah kerjanya merupakan salah satu sentral home industri pembuatan kasur lantai. Home industri pembuatan kasur lantai terbesar dengan jumlah karyawan terbanyak adalah PT. Tawakal. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan t erhadap 10 pekerja pembuatan kasur lantai dengan menggunakan metode wawancara tentang keluhan yang dialami pada pekerja tersebut adalah sebagai berikut : batuk, pilek, sesak nafas (42%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor karakteristik yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang Tahun 2011. Jenis penelitian menggunakan deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pembuat kasur lantai di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang, yang berjumlah 40 orang dengan teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan format wawancara dan pengukuran fungsi paru dengan menggunakan spirometer. Analisa data yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan umur pekerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai (p-value: 0,00), tidak terdapat hubungan jenis kelamin pekerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai (p-value: 0,061), terdapat hubungan masa kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur l antai (p-value: 0,00) dan terdapat hubungan riwayat pekerjaan dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai (p-value: 0,007) Berdasarkan hasil penelitian tersebut menyarankan kepada petugas kesehatan khususnya program usaha kesehatan kerja untuk melakukan pembinaan tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri teruatam masker untuk pencegahan gangguan fungsi paru. Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Riwayat Pekerjaan dan Fungsi Paru 1

Bhakti Kencana Medika, Volume 4, No. 1, Maret 2014. Hal. 1-72 PENDAHULUAN Pada era globalisasi dan pada pasar bebas World Trade Organization (WTO) dan General Agreement on Tarifs and Trade (GATT) yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antara negara yang harus dipenuhi oleh seluruh anggota termasuk Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia maka telah ditetapkan visi pembangunan kesehatan Indonesia, yaitu Indonesia Seh at Tahun 2010, artinya bangsa Indonesia di Tahun 2010 diharapkan sudah berada dalam kondisi sehat. Sehat menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Depkes, 2002) Upaya kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan e fisiensi dan produktifitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha proses produksi secara menyeluruh merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas (Mubarak, 2009). Menurut International Labour Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan kerja dan sisanya a dalah k ematian karena penyakit akibat kerja dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat pekerjaan baru setiap tahunnya. Pada tahun 2001 menurut ILO, penyebab kematian berhubungan dengan pekerjaan adalah sebagai berikut: kanker (34%), kecelakaan (25%), penyakit saluran pernafasan (21%), penyakit kardiovaskuler (15%) dan lain-lain (15%) (Buchari, 2007). Penyakit akibat kerja yang muncul pada pekerja antara lain menderita gangguan saluran pernafasan (31,40%), gangguan kulit (30,26%), gangguan mata (15,4%), gangguan kardiovaskuler (10,86%) dan lain-lain (13,08%) (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2009). Sedangkan data di Kabupaten Subang tentang gambaran penyakit akibat kerja menunjukan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan jenis penyakit yang sering dirasakan oleh pekerja, yaitu sebanyak (15,9%), gangguan otot (15,8%), gangguan kulit (15,2%) gangguan saraf (14,9%), gangguan Telinga Hidung Tenggorokan (THT) (14,5%), gangguan kardiovaskuler (13,8%) dan lainnya (9,95) (Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, 2010) Pada umumnya suatu gangguan saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Gejala-gejala yang muncul antara lain batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum, banyak dahak dan lain-lain. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala m enjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan (Levi S, 2005). pernafasan atau fungsi paru yang sering muncul pada pekerja disebabkan oleh lingkungan kerja yang kurang baik salah satunya adalah debu. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan fungsi faal paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes RI, 2003). Puskesmas Tanjungsiang merupakan salah satu Puskesmas yang wilayah kerjanya merupakan salah satu sentral home industri pembuatan kasur lantai dengan jumlah home industri pembuatan kasur lantai sebanyak 5 home industri yaitu PT Tawakal, PT Barokah, PT Subur Jaya, PT Makmur dan PT Tanjungsiang Jaya dengan jumlah pekerja sebanyak 2

Arsih-Faktor-Faktor Karakteristik Pekerja... 3 154 orang. Dari kelima perusahaan tersebut jumlah pekerja terbanyak terdapat di PT Tawakal yaitu sebanyak 40 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 pekerja pembuatan kasur lantai dengan menggunakan metode wawancara tentang keluhan yang dialami pada pekerja tersebut adalah sebagai berikut : batuk, pilek, sesak nafas (42%), mata pedih, mata merah dan gatal (27,6%), gatal-gatal pada kulit dan sakit pinggang (16,9%) dan lainnya (13,5%), Lingkungan home industry yang bergerak dalam pembuatan kasur lantai menimbulkan pencemaran lingkungan udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industri kasur lantai. Debu dari kapas lingkungannya sehingga pekerja industri tersebut dapat terpapar debu karena bahan baku, b ahan antara ataupun produk akhir. Bahan pencemar tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia khususnya gangguan fungsi paru (Mubarak, 2009). Hasil penelitian Yulaekah (2007) tentang pengukuran fungsi paru pekerja industri batu kapur terhadap 60 pekerja menunjukkan lebih dari 50 % pekerja mengalami gangguan fungsi paru dengan kategori obstruksi ringan, sedang dan berat dan Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa probabilitas terjadinya gangguan fungsi paru bagi responden yang bekerja di tempat kerja dengan konsentrasi debu di atas NAB 3 mg/m3 adalah 68,6 %, sedangkan 31,4 % disebabkan oleh faktor lain artinya bahwa 68,6 % merupakan faktor yang telah diteliti oleh peneliti di industri batu kapur sedangkan 31,4 % merupakan faktor di luar. Berbagai faktor dalam timbulnya gangguan pada saluran napas akibat debu dapat disebabkan oleh debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, serta lama paparan. Disamping itu, faktor individual yang meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran napas serta faktor imunologis. Penilaian paparan pada manusia perlu dipertimbangkan antara lain sumber paparan, jenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari sumber lain. Pola aktivitas sehari-hari dan faktor penyerta yang potensial seperti umur, jenis kelamin, etnis, kebiasaan merokok dan faktor allergen (Sukarman, 2008) METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor karakteristik pekerja yang mempengaruhi gangguan fungsi paru pada pembuat kasur lantai di Wilayah Kerja Puskesmas yang dilaksanakan pada 40 orang karyawan tersebut dari bulan Maret-Agusutus 2011. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Pembuat Kasur Lantai di PT. Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas No Umur F % 1 > 40 Tahun 17 42,5 2 < 40 Tahun 23 57,5 40 100 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pekerja Pembuat Kasur Lantai di PT. Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas No Jenis Kelamin F % 1 Perempuan 19 47,5 2 Laki-Laki 21 52,5 40 100 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Pembuat Kasur Lantai di PT. Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas No Masa Kerja F % 1 > 10 Tahun 14 35 2 < 10 Tahun 26 65 40 100

Bhakti Kencana Medika, Volume 4, No. 1, Maret 2014. Hal. 1-72 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Riwayat Pekerjaan Pekerja Pembuat Kasur Lantai di PT. Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas No Riwayat Pekerjaan F % 1 Riwayat 10 25 2 Ada Riwayat 30 75 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Fungsi Paru Pekerja Pembuat Kasur Lantai di PT. Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang Tahun 2011 No Fungsi Paru F % 1 Ada 16 40 2 Ganguan 24 60 40 100 Tabel 6 Hubungan Umur Pekerja Dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Kasur Lantai Di PT. Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang Tahun 2011 Umur > 40 Tahun < 40 Tahun Fungsi Paru A d a 14 3 17 82,40% 17,60% 100% 2 21 23 8,70% 91,30% 100% p-value 0,000 Dari analisa di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan umur pekerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang. Tabel 7 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Kasur Lantai Di PT. Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki Fungsi Paru Ada 11 8 19 57,90% 42,10% 100% 5 16 21 23,80% 76,20% 100% p- value 0,061 Dari analisa di atas dapat dijelaskan bahwa hasil statistik dengan chi-square menunjukan nilai p-value = 0,061 > α (0,05) maka disimpulkan tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang. Tabel 8 Hubungan Masa Kerja Dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Kasur Lantai Di PT. Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang Tahun 2011 Masa Kerja > 10 Tahun < 10 Tahun Fungsi Paru Ada 13 1 14 92,90% 7,10% 100% 3 23 26 11,50% 88,50% 100% p-value Dari tabel di atas dengan hasil statistik dengan chi-square menunjukan nilai p-value = 0,00 < α (0,05) yang berarti terdapat hubungan masa kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja P uskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang. Tabel 9 Hubungan Riwayat Pekerjaan Dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Kasur Lantai Di PT. Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang Tahun 2011 Riwayat Pekerjaan Ada Riwayat Riwayat Fungsi Paru Ada 8 2 10 80,00% 20,00% 100% 8 22 30 26,70% 73,30% 100% 0 p-value 0,007 Dari tabel 9 dengan hasil statistik dengan chi-square menunjukan nilai p-value = 0,007 < α (0,05) maka terdapat hubungan riwayat pekerjaan dengan g angguan fungsi paru pada pekerja pembuat 4

Arsih-Faktor-Faktor Karakteristik Pekerja... 5 kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang. Hasil penelitian umur pekerja pembuat kasur lantai menunjukkan lebih dari setengah responden berumur < 40 tahun, yaitu sebanyak 23 orang (57,5%) dan kurang dari setengah responden berumur > 40 tahun, yaitu sebanyak 17 orang (42,5%). Menurut Irga (2009) Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis sebagai frekue nsi lama seseorang bekerja pada lingkungan yang berdebu dan faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja salah satunya adalah umur. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang menunjukkan terdapat hubungan umur pekerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang (p-value = 0,000 < 0,05). Hasil penelitian jenis kelamin pekerja pembuat kasur lantai menunjukkan lebih dari setengah responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 21 orang (52,5%) dan kurang dari setengah responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 19 orang (47,5%). Masalah pernafasan pada pekerja di tempat pengolahan telah dikenal selama 2 dekade ini. Gejala-gej ala dada akut seperti batuk, sesak, dada terasa berat dan iritasi saluran nafas atas muncul pada saat kerja biasa (Alsagaff, 2002). Salah satu f aktor yang mempengaruhi gangguan fungsi paru tersebut adalah jenis kelamin. Hal ini d isebabkan jenis kelamin mempunyai kapasitas paru yang berbeda. Volume dan kapasitas paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 % lebih kecil dari pada pria (Guyton, 2002). Hasil uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang (p-value = 0,061 > 0,05). Tidak terdapatnya hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan fungsi paru pada penelitian ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah umur pekerja yang relatif muda, yaitu sebagian besar berumur < 40 tahun dan masa kerja rata-rata kurang dari 10 tahun. Walaupun berjenis kelamin perempuan akan tetapi umurnya masih muda dan masa kerja yang belum lama sehingga paparan debu belum banyak pengaruh terhadap kondisi kesehatan pekerja maka kondisi t erseb ut dapat mengurangi resiko gangguan paru. Hasil penelitian tentang masa kerja pekerja pembuat kasur lantai menunjukkan lebih dari setengah responden masa kerjanya < 10 tahun, yaitu sebanyak 26 orang (65,0%) dan kurang dari setengah responden masa kerjanya > 10 tahun, yaitu sebanyak 14 orang (35,0%). Menurut Suma mur (1994) semakin lama s eseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Semakin lama terpapar debu yang dapat mempengaruhi kesehatan terutama saluran pernafasan. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang menunjukkan terdapat hubungan masa kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang (p-value = 0,00 < 0,05). Hasil penelitian riwayat pekerjaan pekerja pembuat kasur lantai menunjukkan lebih dari s etengah responden ada riwayat kerja, yaitu sebanyak 30 orang (75,0%) dan kurang dari s etengah responden tidak ada riwayat, yaitu sebanyak 10 orang (25,0%). Penyakit paru yang terjadi pada perusahaan kasur lantai adalah terjadinya efek patofisiologis dan bersifat fibrosis pada paru-paru sehingga alveoli mengalami kekuatan yang berakibat terjadinya penurunan elastisitas dan pengembangan paru-paru sehingga alveoli mengalami beban kerja pernafasan yang san gat berat. Sehingga untuk mengatasi daya elastisitas alat pernafasan di perlukan nafas cepat dan dangkal. Pernafasan ini mengakibatkan hipoventulasi alveolar dan ketidakmampuan mempertahaan gas dalam normal. Setiap penurunan p engembangan paru akan menyebabkan pengurangan kapasitas vital paru. Salah satu faktor yang mempengaruhinya

Bhakti Kencana Medika, Volume 4, No. 1, Maret 2014. Hal. 1-72 adalah riwayat pekerjaan sebelumnya terutama riwayat pekerjaan dilingkungan yang berdebu. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang menunjukkan terdapat hubungan riwayat pekerjaan dengan gangguan fungsi paru pada pekerja p embuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang (p-value = 0,007 < 0,05). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan umur pekerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang Tahun 2011. 2. Tidak terdapat hubungan jenis kelamin pekerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang Tahun 2011. 3. Terdapat hubungan masa kerja dengan gangguan f ungsi paru pada pekerja pembuat kasur lantai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas. 4. Terdapat hubungan riwayat pekerjaan dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pembuat kasur lant ai di PT Tawakal Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsiang Kabupaten Subang Tahun 2011. DAFTAR PUSTAKA Alsagaff, 2002.. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: UNAIR Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Aziz, Alimul. 2003. Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Buchari, 2007. Penyakit Paru Obstruksif Kronik. L aboratorium-smf Penyakit Paru. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD DR. Sutomo. Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes Dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Tri Tunggal fajar Dinkes Jawa Barat. 2010. Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2010. Bandung. Dinkes Kabupaten Subang. 2010. Profil Kesehatan Kabuoaten Subang Tahun 2009. Subang. Depkes RI, 2004. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Materi Upaya Kesehatan Kerja, Jakarta. Depkes RI. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta Evelyn, 2004. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia Pusat Utama Guyton, 2004. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati Setiawan. Jakarta: EGC Horrington, Gill. 2003. Buku SaKu Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC. Irga, 2009 Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Saluran Pernapasan. Airlangga University Press. Kurniawati, Oke. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Siswa SLTP di Kecamatan Cimahi Selatan. Universitas Padjaja ran Bandung. skripsi yang tidak dipublikasikan. Mubarak, 2009. Pengaruh Lingkungan Terhadap Penyakit I nfeksi SaluranPernapasan Akut (ISPA). Jakarta. Cermin Unit Kedokteran. Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.. 2005. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Prasetiao, B dan Janah, 2005. Metodologi Kualitatif. Bandung: ITB. STIKes Bhakti Kencana. 2010. Panduan Penyusunan Skripsi. Bandung. Ramli, 2010. Sistem Manajemen Keselatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta. Dian Rakyat. Sugiyono. 1999. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: 6

Arsih-Faktor-Faktor Karakteristik Pekerja... 7 Alpabet. Suma mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. Suma mur P.K, 1994. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta :CV Haji Masagung Suma mur. PK, 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT. CV Haji Masagung.. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alpabet. Suryadi, 2010. Program Jaminan Kecelakaan Kerja, dalam www.jamsostek.co.id, diperoleh tanggap 21 April 2011 Syaifudin, 2006. Anatomi fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA Press Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketanagakerjaan Yulaekah, 2007. Paparan Debu Terhirup Dan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Batu Kapur (Studi Di Desa Mrisi Kecamatan T anggungharjo Kabupaten grobogan). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro.