BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian bab sebelumnya dapat ditarik

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan observasi yang berjudul Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PL 1201 Teknik Presentasi dan Komunikasi di Fakultas SAPPK Institut T Dalam Penulisan laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi yang kami sampaikan penyempurnaan pembuatan laporan ini. Dalam penulisan laporan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pe 1. Ibu Rina Priyani, S.T, M.T selaku Dosen Pembimbing mata Kuliah PL 1201 Teknik Presentasi dan Komunikasi Institut Teknologi Bandung, ya pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini 2. Rekan-rekan semua di Kelas K-04 1201 Teknik Presentasi dan Komunikasi Institut Teknologi Bandung. 3. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian y menyelesaikan laporan ini. 4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini. Akhir kata, semoga Laporan Observasi di Jalan Purnawarman ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca umumnya dan kami sebagai penyusun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan di sekitar Bandung Elektronik Center (BEC) yang berada di Jalan Purnawarman merupakan kawasan padat pengunjung. Dikawasan tersebut. Di kawasan tersebut terdapat berbagai macam tempat-tempat komersil seperti BEC, Gramedia, Uniersitas, bimbingan belaja, Factory Outlet, Food Court dan sebagainya, sehingga di kawasan tersebut banyak terjadi berbagai permasalahan yang sangat kompleks seperti, permasalahan sirkulasi lalu lintas, fasilitas pejalan kaki, PKL, sampah, RTH, dan Parkir. Dengan banyaknya permasalahan yang terjadii di kawasan tersebut, sehingga mendorong kami untuk melakukan observasi dan pengamatan di kawasan tersebut sehingga permasalahan tersebut dapat terpecahkan dan semua itu kami susun dalam Laporan Observasi Jalan Purnawarman yang kami rangkum dalam tugas Teknik Presentasi dan Komunikasi Permasalahan yang ada pada kawasan Jalan Purnawarman dapat dilihat dari enam sudut pandang yaitu lahan parkir, sirkulasi lalu lintas, Ruang Terbuka Hijau, Kebersihan lingkungan, pedagang kaki lima, trotoar dan pejalan kaki. Namun selain kami menampilkan permasalahan yang ada kami juga memberikan beberapa potensi yang ada di daerah ini 2. Permasalahan apa yang terdapat di kawasan tersebut dilihat dari enam aspek yaitu lahan parkir, sirkulasi lalu lintas, Ruang Terbuka Hijau, kebersihan lingkungan, pedagang kaki lima, trotoar dan pejalan kaki? 3. Potensi apa yang dimiliki oleh kawasan Jalan Purnawarman? 4. Solusi apa yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut? 1.3 Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup yang dikaji dalam album ini terbagi dari dua pembatasan yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi 1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Wilayah pengkajian pada makalahh ini adalah Jalan Purnawarman khususnya kawasan sekitar Gramedia dan Bandung Electronic Center (BEC) 1.3.2 Ruang Lingkup Materi Aspek yang akan dibahas antara lain, 1. Lahan Parkir 2. Kebersihan Lingkungan 3. Ruang Terbuka Hijau 4. Pedagang Kaki Lima 5. Trotoar dan Pejalan Kaki 6. Sirkulasi Lalu lintas 1.4 Tujuan dan Sasaran Tujuan dan pemilihan penulisan ini adalah memaksimalkan

GAMBARAN UMUM pejalan kaki yang menyebrang sembarangan, parkir yang didirikan di mana saja, angkot yang berhenti sembarangan, buruknya pintu akses keluar masuk parker, dan sebagainya. Kemacetan tersebut dapat di atasi dengan cara memperbaiki sistem keluar masuk parkir, didirikannya halte untuk angkot dan zebracross yang lebar dan menarik bagi pejalan kaki, Gambar 1: Peta Bandung secara umum Sumber : Google maps Jalan purnawarman berada di kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat dengan kode pos 40116. Jalan Purnawarman adalah salah satu jalan protokol dikota Bandung. Jalan ini menghubungkan Jalan R.E. Martadinata, Jalan Taman Sari dan Jalan Wastu kencana. Posisi jalan bersebelahan dengan Jalan Ir. Haji Djuanda dan dapat diakses dengan mudah dengan angkutan umum. Jalan ini semakin padat dengan

BAB III IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Namun pejabat berwenang yang seharusnya lebih mengetahui hal tersebut justru mengajarkan untuk parkir di tempat itu. Gambar 2 : Lahan Parkir Liar di zebra cross dan persimpangan jalan 3.1. Lahan Parkir Keputusan Menteri No. 66 Tahun 1993 menyatakan bahwa penetapan dan pengadaan fasilitas parkir salah satunya berdasarkan keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan dari Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD). Dalam Keputusan Menteri tersebut juga disebutkan bahwa fasilitas parkir di luar badan jalan adalah fasilitas parkir kendaraan yang dibuat khusus yang dapat berupa taman parkir dan/atau gedung parkir. Sedangkan Fasilitas Parkir untuk umum adalah fasilitas parkir di luar badan jalan berupa gedung parkir atau taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang berdiri sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum. Koridor Jalan Purnawarman memiliki beberapa arena parkir yang di kelola oleh beberapa instansi terkait seperti Gramedia, BEC, Ganesha Operation dan lain-lain yang menampung dengan baik kendaraan dengan tarif parkir yang diberikan sehingga kendaraan tersebut mendapat jasa keamanannya juga (Gambar 1). 3.1.1. Permasalahan Hasil Observasi, 2012 2. Parkir di bawah rambu dilarang parkir Secara umum di dalam pasal 43 UU LLAJ No 22 tahun 2009 dikatakan bahwa Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan Rambu lalu lintas, dan/atau Marka jalan.

Gambar 4 : Parkir Liar di Bahu Jalan dan Trotoar Hasil Observasi, 2012 4. Penuhnya parkiran yang sudah ada Tapi tidak dipungkiri kelalaian pemarkir kendaraan tidak lepas dari kurangnya perhatian pihak berwenang dan masih kurangnya lahan parkir yang ada terlebih kendaraan roda dua karena ketika penulis datang banyak parkiran motor telah penuh sehingga mereka akhirnya parkir di bahu jalan bahkan trotoar. Gambar 5 : Potensi Lahan Parkir yang s 3.1.2 Potensi Kawasan Jalan Purnawarman merupakan jalan yang padat setiap harinya terutama karena adanya BEC,Gramedia dan adanya peraturan one-way side pada jalan ini. Kawasan ini telah memiliki beberapa lahan parkir yang disediakan oleh gedung perbelanjaan antara Hasil Observasi, 2012

3.2. Kebersihan Lingkungan Padatnya aktivitas di kawasan Jalan Purnawarman berpengaruh ke segala aspek, salah satunya aspek kebersihan. Terjaga tidaknya kebersihan suatu tempat di tandai dengan adanya sampah. Dari hasil observasi sepanjang Jalan Purnawarman tak luput dari sampah. Sampahsampah hasil aktivitas manusia itu banyak berserakan di jalanan dan mengganggu pemandangan kota. Jika dibiarkan sampah-sampah tersebut dapat menyebabkan kenyamanan terganggu dan juga mengakibtakan penyakit. Karena Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya. 3.2.1. Permasalahan penjual makanan dapat menimbulkan sifat konsumtif yang berpotensi menghasilkan sampah. 4. Saluran Air yang kotor Saluran air juga menjadi sasaran tempat pembuangan sampah. Jika sampah di saluran air terus menumpuk dapat mengakibatkan penyumbatan pada sistem drainase dan dapat memicu terjadinya banjir. Selain saluran air, petak tanah untuk pohon juga dipenuhi oleh sampahsampah plastik. (Gambar 8) 5. Kepedulian masyarakat yang kurang Banyaknya sampah yang menumpuk tak lepas dari kepedulian dan kebiasaan masyarakat lah yang kurang ditambah lagi krangnya sanksi tegas. Gambar 6 : Sampah yang meluap Berdasarkan data observasi secara visual, beberapa permasalahan yang hadir antara lain : 1. Jumlah tempat sampah di daerah Jalan Purnawarman hanya terdapat di empat lokasi. Dalam suatu lokasi seharusnya terdapat dua tempat sampah yaitu untuk sampah organik dan sampah anorganik. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemilahan sampah. Tetapi pada kenyataannya di dekat BEC hanya terdapat satu buah tempat sampah hampir rusak yang terikat Hasil Observasi, 2012 Gambar 7 : Sampah di Selokan

3.3. Pedagang Kaki Lima Pedagang Kaki Lima ini timbul dari adanya suatu kondisi pembangunan perekonomian dan pendidikan yang tidak merata diseluruh NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). PKL ini juga timbul dari akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan dalam berproduksi. Pemerintah dalam hal ini sebenarnya memiliki tanggung jawab didalam melaksanakan pembangunan bidang pendidikan, bidang perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan. Ketentuan ini diatur dalam peraturan perundangundangan yang tertinggi yaitu UUD 45. Diantaranya adalah : Pasal 27 ayat (2) UUD 45, Pasal 31 UUD 45, Pasal 33 UUD 45 dan Pasal 34 UUD 45. Kita ketahui bahwa BEC yang terletak di Jalan Purnawarman adalah Pusat Elektronik di Kota bandung. Ini merupakan magnet bagi para pengunjung untuk datang dan tentunya melewati Jalan Purnawarman. Pedagang Kaki lima kerap menggunakan trotoar atau bahu jalan sehingga tidak ada batas antara pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor. Pejalan kaki yang seharusnya berjalan di trotoar terpaksa berjalan di bahu jalan. Dan ini menyebabkan kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan. Gambar 10 : Tidak adanya batas Antara Pejalan Kaki dan Pengendara Motor Karena Adanya PKL 3.3.1. Permasalahan Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan di Jalan Purnawarman Bandung, pedagang kaki lima menjadi salah satu permasalahan kota diantaranya yaitu: 1. Alih fungsi trotoar PKL cenderung ditempatkan di lahan yang tidak direncanakan seperti trotoar. Akibatnya trotoar beralih fungsi dari yang semula untuk jalur pedestrian menjadi lapak dagangan para PKL. Gambar 9 : Alih fungsi Trotoar menjadi Lapak 3. Pencemaran saluran air Hasil observasi, 2012 Sebagian dari PKL menggunakan sungai dan saluran air terdekat

3.4.1. Permasalahan 3.4. Ruang Terbuka Hijau Banyaknya pendatang menyebabkan keterbatasan lahan untuk akses publik khususnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan yang dekat dengan pusat perekonomian. Salah satunya adalah kawasan Jalan Purnawarman. Penempatan bangunan yang kurang staregis juga ketersedian lahan yang kurang memadai menyebabkan banyak permasalahan terutama permasalahan tentang ketersediaan RTH bagi masyarakat sebagai sarana untuk berinteraksi di kawasan yang nyaman. Gambar 11 : Komponen RTH yang tdak sesuai pengalokasiannya Menurut data yang dilansir Greenlife Society setidaknya 90 pusat perbelanjaan di kota Bandung masih berhutang 85 ribu meter persegi ruang hijau.selain itu Dari data Badan Pengendalian Lingkungan Hidup 2007, ruang terbuka hijau di Kota Bandung kini tersisa 8,76 %, dari 30% RTH yang seharusnya di miliki oleh sebuah kota. Dari kedua fakta tersebut menunjukan bahwa kota Bandung berada pada posisi kritis Menurut Undang Undang no.27 tentang Penataan ruang, ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Salah satu fungsinya yakni sebagai pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara, dan sebagai sarana estetika kota. Namun hal ini di kurang di terapkan,salah satunya di kawasan jalan Purnawarman. Hasil observasi, 2012 Gambar 12 : PKL tinggal diantara pohon

Gambar 14 : Sampah mengganggu kebersihan RTH 3.4.2. Potensi Kawasan Jalan Purnawarman memiliki potensi dalam pengembangan RTH dikarenakan jika kita melihat kawasan ini dari google maps kita akan bisa melihat kawasan ini hijau oleh pepohonan. Jika dikelola dengan baik kawasan ini akan menjadi sebuah pusat perbelanjaan yang nyaman dan hijau. Selain itu juga sebagai penopang Ruang Terbuka Hijau di Bandung. Hasil Observasi, 2012 Gambar 15 : RTH digunakan sebagai MCK oleh tuna wisma

3.5. Sirkulasi Lalu Lintas Sirkulasi lalu lintas merupakan aspek penting yang menunjukkan apakah suatu kawasan berhasil direncanakan atau tidak. Tempat yang kami pilih adalah Kawasan di sekitar Bandung Electronic Center (BEC) dan Gramedia, di daerah ini terdapat di salah satu bagian dari Jalan Purnawarman. Kami memilih kawasan ini karena di daerah tersebut banyak terdapat permasalah perkotaan, salah satunya buruknya sirkulasi lalu lintas. Sirkulasi lalu lintas merupakan aspek penting yang menunjukkan apakah suatu kawasan berhasil direncanakan atau tidak. Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Ada tiga komponen lalu lintas yaitu manusia, kendaraan, dan jalan. Sirkulasi lalu lintas yang baik haruslah dapat memberikan kelancaran dan keamanan bagi pihak yang terkait, yaitu manusia sebagai pengendara dan manusia sebagai pejalan kaki. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sirkulasi yang buruk menyebabkan kemacetan, kemacetan sendiri didefinisikan sebagai sebagai akibat dari kesemerawutan antara sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Permasalahan kemacetan tersebut antara lain: 1. Ruas jalan yang tidak terlalu lebar yaitu sekitar lima meter. 2. Sistem keluar masuk parkir yang buruk. Gedung BEC tidak memiliki tata masa bangunan yang baik. Bangunan tersebut terlalu dekat dengan jalan. Apabila pengunjung sedang padat, menyebabkan kendaraan yang hendak masuk ke basemen parkir. Perlu mengantri hingga ruas jalan utama. Hal itu menyebabkan terjadi penumpukan kendaraan dan ujung-ujungnya kembali lagi pada kemacetan. Gambar 16 : Membelok saat hendak parkir menjadi salah satu penyebab kemacetan di BEC Hasil observasi, 2012 3. Parkir liar di bahu jalan dan trotoar

Buruknya sistem transportasi di Kota Bandung menyebabkan hal di atas terjadi. Para supir angkot dengan seenaknya berhenti di tengah jalan, tidak mengidahkan pengemudi lain. 6. Rambu lalu lintas tidak dipatuhi Sebenarnya di sepanjang jalan purnawarman kawasan BEC telah terdapat rambu Dilarang Parkir. Tetapi hal itu tidak diindahkan oleh pengemudi yang justru memakirkannya di tempat yang dilarang. Hal tersebut dapat menghambat sirkulasi lalu lintas. 3.5.2. Potensi Jalan di Purnawarman adalah salah satu jalan padat dengan jalur satu arah. Jalan ini memiliki potensi bisnis yang menguntungkan. Namun karena adanya beberapa kendala maka ada hal yang kurang pada daerah Purbawarman ini. Dengan perevitalisasian trotoar maka antara hak pejalan kaki dan kendaraan menjadi jelas.

3.6. Trotoar dan Pejalan Kaki Gambar 19 : Tempat sampah yang berada di trotoar Berjalan kaki adalah salah satu solusi utama yang dapat diterapkan untuk mengurangi permasalahan di jalan Purnawarman. Dengan banyaknya pejalan kaki akan mengurangi jumlah pengguna kendaraan pribadi sehingga mampu mengurangi volume kendaraan. Namun, fasilitas bagi pejalan kaki di jalan purnawarman kurang memadai. Fasilitas pejalan kaki sendiri mencakup jalur pejalan kaki, lapak tunggu, lampu penerangan, rambu, pagar pembatas, marka jalan dan pelindung. Salah satu jalur utama bagi pejalan kaki adalah trotoar. trotoar memiliki fungsi utama untuk memberikan pelayanan pada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanandan kenyamanan pejalan kaki tersebut. Trotoar juga berfungsi memperlancar lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh lalu lintas pejalan kaki. Undang-undang (UU) no 22 tahun 2009 pasal 131 ayat 1telah menyatakan, pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas lain. Dengan jelas dapat diartikan bahwa secara hukum trotoar trotoar di Indonesia adalah milik pejalan kaki. Hasil observasi, 2012 5. Media iklan dan vandalisme, Gambar 200 : Media Iklan yang memenuhi badan trotoar 3.6.1. Permasalahan Setelah melakukan observasi permasalahan yang terdapat pada

BAB IV GAGASAN PENYELESAIAN Sumber : Google Gambar 22 : Parkir Basement Kota besar seperti Bandung memang sulit di lepaskan dari permasalahan kota yang semakin di perparah dengan prilaku pengguna kota nya yang kurang bisa menghargai peraturan dan kelestarian lingkungan. Tak heran, bila salah satu kawasan di kota Bandung seperti di sepanjang jalan Purnawarman tepatnya di sekitar kawasan BEC dan Gramedia yang merupakan pusat perbelanjaaan, memiliki permasalahan yang begitu kompleks seperti yang telah diungkapkan sebelumnya,. Berikut ini adalah gagasan penyelesaian dari setiap sudut pandang permasalahan, 4.1 Lahan Parkir Masalah terbesar mengenai prasarana lahan parkir adalah kurangnya lahan parkir yang nyaman dan aman. Dengan potensi yang ada pada kawasan Jalan Purnawarman yaitu tersedia beberapa lahan parkir umum walaupun dengan tingkat luasan yang tidak terlalu besar dapat dibuat sebuah solusi. Solusi tersebut adalah pembuatan sistem gedung parkir atau parkir basement. Yang baru menerapkan sistem ini adalah BEC. Mungkin dengan sistem serupa dapat diterapkan pada parkiran yang lain dengan jangkauan objek yang lebih luas yaitu masyarakat umum pengunjung kawasan Jalan Purnawarman. Sumber : Google Parkir basement atau gedung parkir mempunyai keunggulan dapat menampung banyak kendaraan hanya dengan luas tanah yang minin dan hal ini cocok dengan keadaan Jalan Purnawarman. 4.2 Kebersihan Lingkungan Kurangnya tempat sampah menjadi masalah terbesar mengapa banyak orang membuang sampahnya sembarangan di kawasan Jalan Purnawarman. Sehingga solusi paling tepat secara preventif adalah pembuatan tempat sampah yang lebih banyak di setiap 5-10 meter. Lebih

4.4 Ruang Terbuka Hijau Masalah terbesar yang dihadapi oleh RTH adalah kurangnya tempat yang layak bagi RTH dan perawatan RTH itu sendiri. RTH pada sebuah trotoar tidak salah, namun yang salah itu adalah para PKL yang mempersempit ruas trotoarnya. Dengan begitu penyelesaian paling awal adalah mengalokasikan PKL yang tidak tertib. Kedua adalah merawat RTH itu sendiri sedemikian rupa sehingga RTH di Bandung selain menjadi penyejuk juga menjadi taman yang indah dan menambah nilai tambah bagi wisatawan. 4.5 Sirkulasi Lalu-Lintas Solusi untuk sirkulasi lalu lintas, antara lain : - Perbaiki sistem keluar masuk parkir Apabila jalur masuk parkir diperbaiki dengan memperlebar pintu masuk, maka penumpukan kendaraan akan dapat teratasi. - Perluas dan pernyaman zebracross bagi penyebrang jalan Pemerintah dapat memberikan jalur penyebrangan zebracross yang lebar dan menarik midalnya dengan motif tertentu, serta akan lebih baik jika di beri rambu penyebrangan. Hal tersebut agar pejalan kaki lebih tertarik melewati zebracross tersebut karena terdapat nilai estetikanya. - Halte pemberhentian angkot Agar penumpang lebih teratur dalam memberhentikan angkot, maka 4.6 Trotoar dan Pejalan Kaki Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kepeduliannya dan bekerja sama untuk mengembalikan fungsi utama trotoar sebagai salah satu bagian dari fasilitas pejalan kaki. Hal ini perlu dilakukan agar kedua pihak saling membantu bukannya melempar tanggung jawab. Pemerintah memperhatikan hak-hak pejalan kaki dalam pengelolaan jalan, karena yang selama ini yang terlihat adalah pemerintah lebih memperhatikan pengguna kendaraan daripada pejalan kaki. Hal ini terlihat dari banyaknya pembangunan yang mendukung pengguna kendaraan dari pada pejalan kaki. Pemerintah juga dapat berperan dengan mengurangi jumlah arus kendaraan yang melintas perancangan trotoar yang baik dan perelokasian para pedagang dan pengemis agar tidak memenuhi trotoar. Masyarakat sebagai pengguna jalan dapat berperan dalam menjaga perawatan trotoar, contohnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan vandalisme dan menggunakan fasilitas yang tersedia sesuai dengan tujuannya. Hal ini sebenarnya harus dilakukan sebagai kesadaran karena fasilitas pejalan kaki termasuk dalam fasilitas umum yang dibangun dengan menggunakan uang masyarakat. Dengan terjaganya fasilitas pejalan kaki, pemerintah tidak perlu mengeluarkan dana khusus untuk perbaikan fasilitas tersebut, selain itu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kawasan Bandung Elektronik Center (BEC) dan Gramedia yang ada di jalan Purnawarman merupakan salah satu kawasan padat pengunjung di Kota Bandung karena di kawasan tersebut terdapat banyak tempat-tempat komersial seperti BEC, Gramedia, Factory Outlet, Universitas, Bimbingan belajar dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan berbagai permasalah perkotaan dan lingkungan terjadi. Misalnya kemacetan, kesemerawutan, sampah, dan sebagainya. Banyaknya kendaraan yang melewati kawasan BEC menyebabkan penumpukan kendaraan. Penumpukan kendaraan tersebut tidak sebanding dengan besarnya jalan hingga akhirnya menyebabkan kemacetan. Namun, kemacetan tidak semata-mata disebabkan oleh besarnya jalan, banyak aspek lain yang memperparah sirkulasi lalu lintas di jalan purnawarman seperti salah satunya adalah buruknya fasilitas pejalan kaki. Trotoar mengalami berbagai pengalihan fungsi. Baik itu sebagai tempat berjualan, signage, dan sebagainya. Trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pejalan kaki justru digunakan untuk lahan PKL menjual dagangannya akbatnya pejalan kaki yang hendak lewat justru turun ke ruas jalan hingga menghambat jalannya kendaraan. PKL yang berjualan di trotoar bukan hanya menghalangi pejalan kaki tapi juga berserakan di sepanjang trotoar juga di bawah pepohonan dan kemudian menciptakan suasana kumuh. Permasalahan selanjutnya yaitu RTH. Di kawasan tersebut terdapat bebererapa RTH berupa pepohonan di pinggir jalan. Namun RTH itu tidak terawat dan justru menimbulkan banyak masalah bagi RTH itu sendiri maupun pengunjung. Banyaknya pohon besar di trotoar yang sempit dan kondisi RTH yang tidak terawat menimbulkan ketidaknyamanan publik. Parkir juga menjadi masalah di kawasan ini. Padatnya pengunjung berdampak pada kebutuhan lahan untuk parkir kenadaraaan. Sebenarnya lahan parkir telah disediakan oleh para pengelola gedung seperti yang ada di besement Bandung Electronik Center, lahan parkir yang ada di Gramedia maupun bangunan-bangunan lain. Namun lahan fasilitas parkir di kawasan BEC masih belum baik. Pintu masuk parkir terlalu kecil hanya cukup untuk satu ukuran mini bus sehingga apabila pengunjung sedang banyak terjadi antrian kendaraan hingga ke ruas jalan hingga kemacetan pun terjadi. Selain itu beberapa pihak justru menggunakan bahu jalan, trotoar dan penyeberangan jalan untuk memarkir kendaraan dengan alasan lebih dekat, dan praktis. Keadaan ini menyebabkan kemacetan karena ruas jalan pejalan kaki maupun kendaraan bermotor dipakai untuk parkir. Namun dari keseluruhan permasalahan yang ada terdapat potensi dari kawasan Jalan Purnawarman untuk dapat lebih baik. Antara ketersediaan lahan yang kurang dimanfaatkan dengan baik dan bijak.

DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Peta Bandung secara umum... Gambar 2 : Lahan Parkir Liar di zebra cross dan persimpangan jalan... Gambar 3 : Parkir Sembarangan di bawah rambu Dilarang Parkir... Gambar 4 : Parkir Liar di Bahu Jalan dan Trotoar... Gambar 5 : Potensi Lahan Parkir yang sudah ada... Gambar 6 : Sampah yang meluap... Gambar 7 : Sampah di Selokan... Gambar 8 : Banyak sampah dibuang sembarangan seperti di petak tanah... Gambar 9 : Alih fungsi Trotoar menjadi Lapak... Gambar 10 : Tidak adanya batas Antara Pejalan Kaki dan Pengendara Motor Karena Adanya PKL... Gambar 11 : Komponen RTH yang tdak sesuai pengalokasiannya... Gambar 12 : PKL tinggal diantara pohon... Gambar 13 : Pejalan Kaki memilih berjalan di bahu jalan... Gambar 14 : Sampah mengganggu kebersihan RTH... Gambar 15 : RTH digunakan sebagai MCK oleh tuna wisma... Gambar 16 : Membelok saat hendak parkir menjadi salah satu penyebab kemacetan di BEC... Gambar 17 : Penyebab Kemacetan yaitu angkot, parkir sembarangan dan pejalan kaki... Gambar 18 : Pejalan kaki menyeberang sembarangan... Gambar 19 : Tempat sampah yang berada di trotoar... Gambar 20 : Media Iklan yang memenuhi badan trotoar... Gambar 21 : Sistem gedung parkir... Gambar 22 : Parkir Basement... Gambar 25 : Koperasi PKL... Gambar 23 : Pemberian dua jenis tempat sampah... Gambar 24 : Pendayagunaan Petugas kebersihan... Gambar 26 : Tempat wisata kuliner di Surakarta yang berisi PKL...

DAFTAR PUSTAKA Buku : Danarto Rudi, Analisis Pemanfaatan Gedung Parkir Di Pusat Perbelanjaan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya di Kotamadya Bandung, Tugas Akhir J IEPF. 2010. Gerakan 3R Pembentukan Masyarakat Peduli Daur Ulang. Bandung: Indonesian Education Promoting Foundation. Tibbalds,Francis. 2001. Making People Friendly Town. London: Spon Press Wibisono, Penentuan Alternatif Penyediaan Ruang Parkir Luar Jalan di Kawasan Braga, Tugas Akhir Jurusan Teknik Planologi, ITB, 1999 Web : Kodar Solihat, 2011. Angkot Ngetem Sumber Kmecetan. http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses 1 Maret 2012 Retno Damayanti, 2008. Alih Fungsi Trotoar http://retnodamayanthi.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 1 Maret 2012 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahas Indonesia. http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php. Diakses pada tanggal 5 M http://ayikngalah.wordpress.com/fakultas/trotoar/ http://simpangmahar.blogspot.com/2010/02/ruang-terbuka-hijau-rth.html#ixzz1okeoryry http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/standar6110.pdf http://www.djpp.depkumham.go.id/inc/buka.php?czozmtoizd0ymdawkzkmzj11dtiyltiwmdlidc5odg0manm9msi7 http://bintangpapua.com/opini/11161-pedagang-kaki-lima-dan-permasalahannya-di-perkotaa http://id.wikipedia.org/wiki/pedagang_kaki_lima http://www.smecda.com/deputi7/file_infokop/edisi%2029/pedagang_kaki_lima.pdf http://id.wikipedia.org/wiki/parkir_di_pinggir_jalan http://id.wikipedia.org/wiki/parkir