BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang bebas yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama atau berhubungan (Jendra, 2009 :4). Selain itu, bahasa dikatakan sebagai lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2008: 24). Semua manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa adalah sebagai gejala dan kekayaan sosial yang tak pernah berhenti melaju sejalan dengan perkembangan pemakainya (Alwasilah, 1993:33). Bahasa-bahasa yang tersebar di seluruh dunia telah dikelompokkan secara genealogis, istilah untuk pengelompokan ini adalah rumpun bahasa, misalnya rumpun bahasa Indo-Eropa, rumpun Afrika, Rumpun Sino-Turki, Rumpun Austria dan lain-lain. Rumpun Austria adalah salah satu rumpun yang wilayah penuturnya sangat luas. Cakupan wilayah penuturnya hinggga kawasan Indopasifik. Oleh karena itu, rumpun Austria dapat diklasifikasikan lagi atas bahasa Astro-Asia, bahasa Austronesia, bahasa Melanesia, bahasa Polinesia dan lain-lain (Parera,1987:122-124). Bahasa Jawa Kuno termasuk rumpun bahasa yang dikenal sebagai bahasabahasa Nusantara dan yang merupakan suatu sub-bagian dari kelompok linguistis 1
Austronesia. (Zoetmulder, 1985: 8). Bahasa Jawa Kuno sebagai salah satu warga bahasa Austronesia merupakan bahasa yang mempunyai kesusastraan yang sangat tua, ini terbukti dengan adanya karya-karya sastra tertua yang memakai bahasa Jawa Kuno. Berbeda dengan bahasa-bahasa lain pada umumnya yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat penuturnya, bahasa Jawa Kuno tidak lagi digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat, sehingga disebut juga sebagai bahasa mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ranuh dalam penelitiannya yang berjudul Śakuntala (t.th: 3) yaitu Bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Kawi ialah suatu bahasa mati, artinya bahasa yang tidak dipakai lagi dalam kehidupan sehari-hari, seperti bahasa Sanskerta, Latin, Yunani Kuno dan lain-lain. Walaupun demikian, bahasa Jawa Kuno masih tetap ada dan dilestarikan keberadaannya di Bali. Bahasa Jawa Kuno tidak hanya ditemukan dalam bentuk karya sastra, akan tetapi bahasa Jawa Kuno di Bali juga masih memiliki peran yang sangat penting dalam bidang agama dan kebudayaan Bali. Bahasa Jawa Kuno dalam bidang agama, khususnya agama Hindu masih digunakan ketika masyarakat Bali mengadakan upacara agama, salah satu contohnya adalah ritual paselang yang diadakan di pura Besakih. Dalam ritual ini menggunakan naskah yang unik dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, yang disebut (pa)jejiwan (Fox, 2010 : 259). Dalam bidang kebudayaan, bahasa Jawa Kuno masih dilestarikan melalui beberapa pementasan seni, salah satunya adalah wayang kulit tradisional Bali. Bahasa Jawa Kuno sama seperti bahasa-bahasa lainnya yang memiliki beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Pertama, bahasa adalah sebuah 2
sistem dan kedua, bahasa bersifat unik. Ciri atau sifat yang pertama yaitu bahasa adalah sebuah sistem. Dalam kaitan dengan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya berhubungan secara fungsional (Chaer, 2007 : 34). Bahasa Jawa Kuno juga merupakan sebuah sistem sehingga memiliki unsur-unsur atau komponenkomponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa Jawa Kuno bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis berarti bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak atau secara sembarangan. Sistemis berarti bahasa Jawa Kuno bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan. Subsistem tersebut antara lain subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem semantik. Tataran morfologi sering digabung dengan tataran sintaksis menjadi, yang disebut, tataran gramatika atau tata bahasa (Chaer, 2007 : 36). Sesuai dengan Rusyana dan Samsuri (1976 : 4) yang menyatakan bahwa tata bahasa meliputi ilmu tata bentuk kata (morfologi) dan ilmu tata kalimat (sintaksis). Salah satu yang dibahas dalam tataran gramatika adalah kategori kelas kata atau klasifikasi kata. Kata-kata memiliki karakter, ciri, atau sifat yang berbeda, sehingga dalam linguistik biasa dilakukan klasifikasi, penggolongan, atau kategorisasi kata-kata (Chaer, 2008: 64). Numeralia termasuk ke dalam salah satu kategori kelas kata. Numeralia juga disebut dengan kata bilangan. Numeralia ialah kata yang menyatakan jumlah 3
suatu benda, jumlah kumpulan, atau menunjukkan urutan tempat suatu benda dalam deretan nama-nama benda yang lain (Yasin, 1987:234). Numeralia bahasa yang satu dengan bahasa yang lain memiliki sistem yang berbeda-beda, hal ini berkaitan dengan sifat atau ciri bahasa yang kedua yaitu bahasa bersifat unik. Bahasa dikatakan bersifat unik artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Keunikan numeralia bahasa Jawa Kuno yaitu adanya numeralia bahasa Sansekerta yang juga dipakai secara utuh kedalam bahasa Jawa Kuno. Hal ini menyebabkan adanya dua jenis numeralia tentu yaitu numeralia bahasa Jawa Kuno dan numeralia yang berasal dari bahasa Sansekerta. Keunikan yang lain yaitu dari segi pembentukannya, ketika numeralia dasar bergabung dengan kata penggolong seperti puluh puluh, atus ratus, iwu ribu, yuta atau ayuta juta maka akan muncul bunyi ng atau ang. Proses pembentukan tersebut mirip dengan proses pembentukan numeralia dalam bahasa Bali. Namun dugaan tersebut bersifat sementara dan masih perlu diteliti lebih lanjut. Di samping itu, bahasa Jawa Kuno juga memiliki sistem tersendiri yang menarik untuk dikaji baik dari segi bentuk, ciri maupun tipe. Ciri numeralia bahasa Jawa Kuno perlu diteliti lebih lanjut karena dari beberapa pembahasan mengenai numeralia bahasa Jawa Kuno, belum ada penjelasan yang menyangkut ciri-ciri numeralia bahasa Jawa Kuno sehingga peneliti tertarik untuk meneliti ciri-ciri numeralia bahasa Jawa Kuno. 4
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, perlu diadakan penelitian yang khusus membicarakan numeralia bahasa Jawa Kuno baik dari segi bentuk, ciri, maupun tipenya untuk mendapatkan deskripsi yang lebih terperinci. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Numeralia bahasa Jawa Kuno. Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut 1) Bagaimanakah bentuk dan ciri numeralia bahasa Jawa Kuno? 2) Bagaimanakah tipe numeralia bahasa Jawa Kuno? 1.3 Tujuan Suatu penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Menurut Mahsun (2005 : 41) tujuan merupakan uraian secara spesifik mengenai sesuatu yang ingin dicapai oleh peneliti. Penelitian Numeralia bahasa Jawa Kuno mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Penjabaran mengenai tujuan tersebut akan dipaparkan sebagai berikut: 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian mengenai numeralia bahasa Jawa Kuno memiliki tujuan umum yaitu menambah khasanah hasil-hasil penelitian terutama di bidang linguistik. Selain itu bertujuan untuk ikut melestarikan bahasa Jawa Kuno yang sering disebut bahasa mati akan tetapi masih memiliki fungsi di dalam masyarakat. 5
1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian mengenai Numeralia Bahasa Jawa Kuno adalah untuk memahami dengan lebih mendalam mengenai numeralia bahasa Jawa Kuno, selain itu sesuai dengan ruang lingkup masalah yang telah diuraikan di atas. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk dan ciri numeralia bahasa Jawa Kuno. 2. Menggolongkan dan menjelaskan tipe-tipe numeralia bahasa Jawa Kuno. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian Numeralia Bahasa Jawa Kuno memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi pengetahuan di bidang linguistik, khususnya linguistik dengan bahasa Jawa Kuno sebagai objeknya. Secara praktis, penelitian mengenai Numeralia Bahasa Jawa Kuno ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan bagi para penikmat sastra Jawa Kuno sehingga dapat memberikan suatu deskripsi dan memberikan wawasan mengenai salah satu kategori kelas kata dalam bahasa Jawa Kuno yaitu numeralia. 1.5 Jangkauan Jangkauan dibuat untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terlalu melebar. Pembatasan ruang lingkup bertujuan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyimpangan pembicaraan yang tidak sesuai dengan 6
tujuan penelitian ini. Dalam penelitian ini yang akan dikaji adalah Numeralia Bahasa Jawa Kuno. Adapun yang dibicarakan dalam penelitian ini adalah bentuk, ciri dan tipe numeralia bahasa Jawa Kuno. Numeralia yang berasal dari bahasa Sanskerta secara kuantitas tidak akan banyak dibahas dalam penelitian ini. Pembahasan bentuk numeralia bahasa Jawa Kuno yaitu berdasarkan ada tidaknya proses morfologi yang terjadi pada numeralia bahasa Jawa Kuno. Selanjutnya ciri numeralia bahasa Jawa Kuno yang akan dibahas adalah ciri morfemis dan ciri sintaksis. Yang terakhir adalah pembahasan mengenai tipe numeralia yang terdiri dari numeralia tentu dan numelia tak tentu. 7