TLDDP ( Tempat Lain Dalam Daerah Pabean )

dokumen-dokumen yang mirip
2) Dalam hal permohonan disetujui, Kepala Kantor Pelayanan Utama, atau Kepala Kantor Pabean yang mengawasi Kawasan Berikat menerbitkan surat

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md) Program Diploma III Manajemen Administrasi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -17 /BC/2012 TENTANG

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori atas Penyelesaian BM & PDRI pada Pekerjaan Subkontrak dari Kawasan Berikat ke TLDDP pada KPPBC TMC Kudus.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1996 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1996 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FASILITAS KB DAN KITE:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1996 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 101/PMK.04/2005 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN MENTERI

FASILITAS KB DAN KITE:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PMK.04/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT FASILITAS KEPABEANAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-08/BC/2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

BAHAN AJAR TEKNIS KEPABEANAN PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI KEPABEANAN DAN CUKAI. Drs. AHMAD DIMYATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 50/BC/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. impor merupakan suatu fenomena yang setiap saat selalu terjadi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR - 57 /BC/2011 TENTANG

Fasilitas Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Free Trade Zone)

Universitas Sumatera Utara

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.04/2010 TENTANG

SOSIALISASI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/KMK.04/2013 TENTANG TOKO BEBAS BEA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 25 /BC/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

1 of 6 18/12/ :44

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2011 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KAWASAN BERIKAT

KAWASAN BERIKAT PULAU BATAM KAWASAN BERIKAT LAINNYA TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT PULAU BATAM, BINTAN DAN KARIMUN)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyelesaian Terhadap Barang

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KMK.05/2000 TENTANG TOKO BEBAS BEA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BMN YANG SELAIN DARI APBN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 2 /BC/2012 TENTANG

A. PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENARIKAN JAMINAN CUSTOM BOND 1. PENGAJUAN JAMINAN CUSTOM BOND

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 62/PMK.04/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

P - 22/BC/2009 PEMBERITAHUAN PABEAN IMPOR

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

P - 23/BC/2009 PEMBERITAHUAN PABEAN DALAM RANGKA PEMASUKAN BARANG DARI TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABE

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 04 /BC/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.04/2011 TENTANG GUDANG BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 615/PMK.04/2004 TENTANG TATALAKSANA IMPOR SEMENTARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 580 / KMK.04 / 2003 TENTANG


TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PUSAT LOGISTIK BERIKAT (PLB)

TATACARA PENGELUARAN DAN PEMASUKAN KEMBALI BARANG DAN/ATAU BAHAN KE DAN DARI PELAKSANA PEKERJAAN SUB KONTRAK

, No.2069 Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4755); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Ta

Nomor : Tanggal...

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan L

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

KOP PERUSAHAAN. Nomor & tanggal surat Hal : Permohonan sebagai MITA. Kepada : Yth. Kepala KPU... Di...

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah :

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 585 /KMK.05/1996

PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 584/KMK.04/2003

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan untuk mendapatkan pasar dunia semakin ketat. Oleh karena itu pemerintah berusaha untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Salah satu caranya dengan pemberian kemudahan di bidang kepabeanan dan cukai oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) adalah instansi di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang bekerja berdasarkan dua undang undang, yaitu Undang-Undang Kepabeanan dan Undang-Undang Cukai. Dalam rangka usaha menciptakan iklim investasi yang kondusif maka DJBC memberikan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai. Khususnya di bidang kepabeanan, DJBC memberikan insentif di bidang kepabeanan yang diatur dalam Undang-Undang Kepabeanan. Undang-Undang Kepabenanan ini mengatur tentang pemberian insentif atau kemudahan di bidang pabean salah satunya berupa fasilitas Tempat Penimbunan Berikat. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER -17 /BC/2012 Pasal 1 menyebutkan bahwa : Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk. Tempat Penimbunan Berikat memiliki beberapa bentuk, antara lain: Gudang Berikat; Kawasan Berikat; Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat, Toko Bebas Bea, Tempat Lelang Berikat atau Kawasan Daur Ulang Berikat. Salah satu jenis Tempat Penimbunan Berikat yang telah disebutkan di atas adalah Kawasan Berikat. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER -17 /BC/2012 Pasal 1 Menyebutkan Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dan/atau barang yang berasal dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP).

2 TLDDP ( Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ) Menurut bapak Andri Sayoga selaku Pimpinan kantor Pelayanan Kepabeanan dan Cukai : Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ( TLDDP ) adalah Daerah Pabean selain Kawasan Bebas, Tempat Penimbunan Berikat dan Kawasan Ekonomi Khusus. Dalam arti lain Daerah Pabean di wilayah Indonesia yang tidak ditunjuk sebagai Kawasan Bebas, dan TPB. Jenis ini merupakan pemberitahuan pengeluaran barang. Pengeluaran barang dari KB ke TLDDP akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% dari nilai barang. Bagi Perusahaan yang telah mendapatkan fasilitas Kawasan Berikat, Perusahaan fasilitas Kawasan Berikat (PDKB) sangat sering melakukan kegiatan subkontrak akibat banyaknya pesanan / order yang masuk ke perusahaan. Fasilitas yang didapat oleh Perusahaan di Kawasan Berikat adalah adanya penangguhan pungutan dalam rangka impor (Bea Masuk, PPN, PPh dan PPNBM) terhadap barang impor sampai dengan adanya pengeluaran kembali ke Luar daerah Pabean, PDKB lainnya dan TLDDP Menurut Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor - 35 /BC/2013 Pasal 76 Subkontrak adalah kerjasama satu perusahaan dengan perusahaan lain atau kegiatan penyerahan sebagian order ke perusahan lain dalam perjanjian kontrak dikarenakan adanya kendala teknis seperti masih terbatasnya kapasitas produksi perusahaan yang memberikan subkontrak sedangkan permintaan melebihi kapasitas produksi perusahaan yang bersangkutan. Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan subkontrak pekerjaan selama periode permintaan tinggidengan adanya Subkontrak Membolehkan adanya fleksibilitas dan memuluskan output Perusahaan.Perusahaan di Kawasan Berikat berhak menerima subkontrak dari perusahaan manapun baik dari Perusahaan di Kawasan Berikat lain maupun perusahaan di dalam ataupun luar Daerah Pabean. Akan tetapi prosedur dan perlakuan dari kedua tempat ini berbeda satu sama lain. Perbedaan paling mendasar dari keduanya adalah penyerahan jaminan oleh PDKB yang melakukan subkontrak jika kontrak yang diberikan perusahaan dengan tujuan ke tempat lain di dalam Daerah Pabean (TLDDP) atau

3 perusahaan yang tidak mendapat fasilitas kawasan berikat. Hal ini terjadi karena terhadap barang yang akan disubkontrakkan ke TLDDP yang tidak mendapat fasilitas Kawasan Berikat masih terutang Bea Masuk, PPN, PPh dan pungutan lainnya. Jika pengeluarannya bukan ke PDKB lain, maka terhadap Bea Masuk, PPN, PPh dan Pungutan lainnya yang belum dibayar wajib dilunasi. Untuk pengurusan dokumen perijinan subkontrak PDKB ke TLDDP ke Kantor Pabean tidak dipungut biaya apapun, jika PDKB merasa ada pelanggaran prosedur, PDKB dapat mengajukan pengaduan ke saluran pengaduan yang telah disediakan di seluruh Kantor Pabean di seluruh Indonesia atau melalui website beacukai.go.id. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor - 35 /BC/2013 Agar Permohonan perijinan subkontrak PDKB ke TLDDP dapat segera diselesaikan maka persyaratan berikut ini harus terpenuhi: 1. Surat Permohonan persetujuan subkontrak kurang dari 60 (enam puluh) hari ke TLDDP (Tempat Lain Dalam Daerah Pabean) 2. Surat Perjanjian Kontrak Kerja yang telah ditandatangani kedua belah pihak di atas materai. Kedua perusahaan yang mengadakan perjanjian pekerjaan subkontrak tersebut. a. Uraian pekerjaan yang dilakukan b. jangka waktu pekerjaan subkontrak; dan c. data konversi pemakaian barang dan/atau bahan, meliputi: 1. Data jumlah barang dan/atau bahan yang akan disubkontrakkan; 2. Data jumlah barang dan/atau bahan yang akan ditambahkan oleh penerima subkontrak; 3. Data jumlah barang hasil pekerjaan subkontrak; dan 4. Data jumlah barang/bahan sisa dan/atau potongan 3. Surat Penetapan sebagai PDKB (Pengusaha Dalam Kawasan Berikat) dari menteri keuangan yang masih berlaku. Surat Pernyataan sanggup membayar jaminan, ditandatangani di atas materai.

4 4. Surat Ijin Usaha Perusahaan TLDDP dari Instansi terkait yang masih berlaku Atau fotokopi izin Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB atau fotokopi izin badan usaha di tempat lain dalam daerah pabean yang akan menerima pekerjaan subkontrak. 5. Perhitungan Besarnya Bea Masuk, PPN (Pajak Perhitungan Nasional), PPh (Pajak Penghasilan), PPNBM (Pajak Perhitungan Barang Mewah) yang harus dibayar sebagai dasar perhitungan Jaminan. Sesuai barang, merk, jumlah, dan jenis barang dengan ketentuan pajak yang telah ditetapkan. 6. Konversi Bahan baku terhadap barang jadi. Konversi adalah bahan baku yang perhitungannya harus sesuai dengan beratnya dari hasil produksi dari perhitungan berat tersebut. Misal berat barang adalah satu ton akan menjadi 500 buah setelah diproduksi. 7. Flow Chart/Alur Produksi perusahaan. Perusahaan harus memberikan bagan atau gambar dengan alur produksi yang sesuai ketentuan sesuai Perusahaan. Permohonan Subkontrak dari PDKB ke TLDDP pada umumnya hanya berlaku untuk kontrak yang masa berlakunya kurang dari 60 hari, Apabila melebihi 60 hari pihak Kantor bea cukai akan melakukan penindakan, jika masa kontraknya melebihi 60 hari maka surat permohonan harus disertai alasan jelas seperti contoh perpanjangan peminjaman mesin karena masih diperlukan untuk pengerjaan suau barang, atau bisa karena bencana alam. Dalam kasus Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta sendiri sampai sekarang belum pernah ada kasus dalam subkontrak melebihi jangka waktu 60hari. Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta terdiri dari beberapa seksi salah satunya yang mengurus tentang subkontrak adalah seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai. Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta membutuhkan pengelolaan yang baik dalam kegiatan subkontrak untuk

5 memperlancar kegiatan perusahaan dengan tepat dan sesuai dengan peraturan. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut maka perlu diperhatikan dengan sangat hati-hati karena semua menyangkut kepentingan bersama di dalamnya. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengamati lebih dalam tentang Prosedur subkontrak, maka penulis menyusun judul tugas akhir mengenai PROSEDUR SUBKONTRAK DARI KAWASAN BERIKAT (KB) KE KAWASAN BERIKAT (KB) LAINNYA ATAU TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN (TLDDP) PADA KANTOR PENGAWAS DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana prosedur subkontrak dari Kawasan Berikat (KB) Ke Kawasan Berikat (KB) lainya atau Tempat Lain Dalam Daerah Pabean pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta?. C. Tujuan Pengamatan Didalam suatu pengamatan pasti terdapat sasaran atau tujuan yang dapat dicapai dengan melakukan pengamatan itu sendiri, karena tujuan merupakan suatu target untuk mencapai hasil tertentu. Tujuan itu dapat berupa pemecahan permasalahan maupun untuk kebutuhan perseorangan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka tujuan pengamatan ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Operasional Untuk Mengetahui Bagaimana Prosedur Subkontrak dari Kawasan Berikat ke Kawasan Berikat lainnya atau Tempat Lain Dalam Daerah Pabean di Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.

6 2. Tujuan Fungsional Pengamatan yang dilakukan ini dapat berguna bagi pihak yang ada di dalam lingkungan organisasi Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta Sebagai tambahan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan penulis dalam Prosedur Subkontrak. 3. Tujuan Individual Untuk memperoleh data-data yang diperlukan penulis untuk memenuhi syarat dalam memperoleh sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Pengamatan Pengamatan ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Operasional a. Diharapkan hasil tulisan ini dapat memberikan masukan positif untuk kinerja perusahaan dan evaluasi bagi perusahaan yang bersangkutan. b. Bagi Mahasiswa yang melaksanakan magang diharapkan dapat membantu dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta 2. Manfaat Fungsional a. Sebagai media pembelajaran dan Referensi dalam bidang Administrasi Ekspor impor dan Perdagangan Internasional b. Sebagai referensi untuk pembaca lain yang akan melakukan pengamatan dalam menyusun Tugas Akhir terkait masalah yang sama c. Dapat Menjalin Kerjasama yang baik dengan Instansi Perusahaan yang bersangkutan. 3. Manfaat Individual a. Dari hasil pengamatan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan merupakan sumbangan pemikiran serta ilmu dan tambahan

7 pengetahuan baik bagi penulis sendiri ataupun para pembaca mengenai Prosedur Subkontrak oleh Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. b. Untuk membandingkan antara ilmu yang diperoleh secara teori dan kenyataan dalam praktek di perusahaan tempat magang. c. Mendapat pengalaman kerja, menilai kemampuan diri,meningkatkan kreatifitas, kedisiplinan dan profesionalisme penulis untuk bekal persiapan dalam menghadapi kerja yang sesungguhnya.