JAKARTA 11 DESEMBER ANGGARAN 2012 DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN DASAR MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA (IPeKB INDONESIA) Pasal 1 BAB I ATRIBUT

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008. Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR PERSATUAN DRUM BAND INDONESIA MUKADIMAH

Halaman PEMBUKAAN

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 006/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

ANGGARAN DASAR IKATAN PEMUDA TIONGHOA INDONESIA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga:

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

M U K A D I M A H DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II A S A S Pasal 2 AP2TKILN Berasaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945

ISMKMI Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia Indonesian Public Health Student Executive Board Association

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MUKADIMAH BAB I NAMA, TEMPAT, WAKTU DAN SIFAT. Pasal 1 NAMA

PERHIMPUNAN MAHASISWA INDONESIA DI RUSIA

AD dan ART. Ditulis oleh AMPI Kukar Selasa, 28 May :42 - P E M B U K A A N

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

Anggaran Dasar (AD) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH

KEPALA DESA WONOSARI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA (ASTTI)

ANGGARAN DASAR BADAN KOORDINASI PAGUYUBAN KULON PROGO

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY

POSDAYA BERSERI DUSUN I

ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL PERHIMPUNAN AHLI EPIDEMIOLOGI INDONESIA NOMOR: 06/MUNAS/PAEI/2013

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN PENELITI BIOLOGI INDONESIA (HPPBI)

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

RANCANGAN ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMUNITAS LINGKAR BACA INDONESIA (KLBI)

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI INDONESIA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA, DAN WAKTU. Pasal 1 NAMA

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 007/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II (IKAPENDA) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR DHARMA WANITA PERSATUAN

ANGGARAN DASAR ORARI H A S I L M U N A S U S

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SUKARAJA KABUPATEN CIAMIS PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA CIPTA BINA MANDIRI

DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM BELA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERUBAHAN ENIMMAX COMMUNITY ANGGARAN DASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENGURUS PUSART IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERSI INDONESIA

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA. BAB I KATENTUAN UMUM Pasal 1

HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA

MUSYAWARAH BESAR IKATAN ALUMNI BUMISERAM ( IKAB )MAKASSAR

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI)

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA (PHRI)

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR ASOSIASI REAL ESTATE BROKER INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA. Disempurnakan Pada Munas XV Februari 2010

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) MUKADIMAH. BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU Pasal 1 NAMA

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang

Musyawarah Nasional III Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (MUNAS HIMNI ) Gunungsitoli - Kepulauan Nias Juli Page 1 of 21

ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

Anggaran Rumah Tangga (ART) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM

PERHIMPUNAN PEREMPUAN LINTAS PROFESI INDONESIA (PPLIPI)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA MUKADDIMAH

ANGGARAN DASAR Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

Transkripsi:

2012 JAKARTA 11 DESEMBER ANGGARAN 2012 DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA (IPeKB) INDONESIA ASUS [Type the company name] [Pick the date]

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan karunia-nya Rapat Kerja Nasional DPP Ikatan Penyuluh KB telah berlangsung dengan lancar. Keberhasilan suatu organisasi dalam menjaga keberlangsungannya akan dikaitkan dengan seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai. Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu organisasi yaitu pengukuran efektivitas. Musyawarah Nasional Ikatan Penyuluh KB Indonesia telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. Sesuai dengan Anggaran Dasar IPeKB pasal 16 dan amanat peserta Munas, Dewan Pengurus Pusat (DPP) IPeKB berkewajiban untuk menterjemahkan amanat tersebut. Salah satu cara untuk menterjemahkan amanat tersebut adalah dengan menggunakan forum Rapar Kerja Nasional (Rakernas). Agar proses ini bersinergi dengan program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) khususnya di tingkat lapangan, agar keberlangsungan organisasi ini dapat berjalan dan bersinergi dengan baik. Akhirnya semoga sumbangsih saran dari teman teman Penyuluh Keluarga Berencana dan para Dewan Pengurus Pusat IPeKB Indonesia dalam menuntaskan amanah Musyawarah

Nasional (Munas) II tahun 2012 dapat membawa perubahan yang signifikan untuk kemajuan IPeKB Indonesia. Jakarta, 11 Desember 2012

ANGGARAN DASAR IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA (IPeKB INDONESIA) MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya masyarakat adil dan makmur melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera adalah bagian dari tujuan negara, sebagai cita-cita luhur bangsa indonesia. Oleh karena itu masalah kependudukan, harus dikendalikan oleh seluruh komponen bangsa, yang memiliki kepedulian dan atau keberpihakan pada perjuangan untuk mewujudkan cita-cita dimaksud. Bahwa Perjuangan meraih cita-cita perwujudan Keluarga Kecil, bahagia sejahtera melalui pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional, dalam perkembangannya mengalami fluktuasi yang sangat berarti, sebagai akibat dari perubahan lingkungan strategis global yang berimplikasi terhadap tuntutan perubahan arah kebijakan program, dimana pelaksanaan yang semula menggunakan pendekatan demografis, harus menjadi lebih difokuskan kepada pemenuhan hak-hak asasi manusia dan hak-hak reproduksi keluarga. Pada sisi yang lain, perubahan lingkungan strategis nasional yang ditandai dengan pergeseran sistem pemerintahan sentralistik menuju ke desentralistik sesuai UU

No. 22 tahun 1999, sebagaimana dirubah dengan UU No. 32 tahun 2004 yang lebih dikenal dengan otonomi daerah, secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap kesinambungan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dampak secara nyata dari pelaksanaan otonomi daerah tersebut dalam pelaksanaan Program KB Nasional, salah satunya adalah berkurangnya tenaga pelaksana program di lini lapangan, khususnya Petugas Lapangan Keluarga Berencana Nasional (PKB dan PLKB), maupun pengelola dan atau pengendali program di tingkat Kecamatan yang mengalami pengurangan jumlah yang sangat signifikan dibanding kebutuhan, yang disebabkan adanya mutasi dan atau pengalihan fungsi. Menyadari sepenuhnya kondisi seperti yang di uraikan di atas, maka untuk mempertahankan eksistensi keberadaan dan untuk memperkuat kedudukan peran dan fungsi Penyuluh KB, atas berkat Rachmat Allah, Tuhan Yang Maha Esa, disertai rasa tanggung jawab yang tinggi, dengan ini petugas pengelola, penyuluh KB dan kelompok masyarakat maupun individu yang memiliki keinginan yang sama, menyatakan sikap untuk membentuk suatu wadah organisasi profesi dibawah binaan BKKBN dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :

BAB I NAMA DAN KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia disingkat IPeKB Indonesia. 2. IPeKB Indonesia berkedudukan di Ibukota Negara, Provinsi dan Kabupaten/Kota. BAB II AZAS Pasal 2 IPeKB Indonesia berazaskan Pancasila dan UUD 1945. BAB III STATUS DAN SIFAT Pasal 3 IPeKB Indonesia memiliki status: 1. Tidak ada hubungan hirarki dengan organisasi/lembaga lain maupun perorangan ditingkat manapun. 2. Organisasi Profesi 3. Tidak berafiliasi pada partai politik, suku, agama dan golongan tertentu.

Pasal 4 IPeKB Indonesia memiliki sifat: : 1. Demokratis, independen dan sosial kemasyarakatan. 2. Memiliki keleluasaan untuk mengembangkan diri. 3. Berdasarkan kesamaan tujuan. IPeKB Indonesia bertujuan : BAB IV TUJUAN Pasal 5 1. Menyatukan Penyuluh Keluarga Berencana, Pengelola Keluarga Berencana dan individu yang mempunyai citacita yang sama. 2. Meningkatkan kompetensi profesi. 3. Memperjuangkan aspirasi,hak dan kesejahteraan anggota. 4. Meningkatkan kepedulian, peranserta masyarakat dan membangun kemitraan dalam mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. BAB V KEANGGOTAAN Pasal 6 1. Anggota IPeKB Indonesia adalah warga Negara Republik Indonesia.

2. Status keanggotaan IPeKB : a. Anggota Biasa. b. Anggota Luar Biasa c. Anggota Kehormatan. 3. Ketentuan anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART). BAB VI STRUKTUR KEPENGURUSAN Pasal 7 Struktur Kepengurusan IPeKB Indonesia terdiri dari: 1. Di Pusat disebut Dewan Pengurus Pusat (DPP) IPeKB Indonesia. 2. Di Provinsi disebut Dewan Pengurus Daerah (DPD) IPeKB Indonesia. 3. Di Kabupaten/Kota disebut Dewan Pengurus Cabang (DPC) IPeKB Indonesia. Pasal 8 Kepengurusan IPeKB Indonesia terdiri dari : 1. Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah dan Dewan Pengurus Cabang.

2. Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah dan Dewan Pengurus Cabang terdiri dari pengurus inti, Unsur Pengurus Inti, Departemen, Bidang, Seksi dan Unit lainnya. 3. Pengurus inti terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum. 4. Selain Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah dan Dewan Pengurus Cabang juga dilengkapi dengan Dewan Penasehat dan Dewan Pembina. 5. Pengurus inti dipilih oleh Musyawarah Nasional IPeKB Indonesia, Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang untuk jangka waktu 4 (empat) tahun. 6. Selain pengurus inti diangkat (diusulkan) oleh formatur terpilih bersama Pengurus inti. BAB VII TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGURUS Pasal 9 1. Dewan Pengurus Pusat memimpin kepengurusan dan bertanggungjawab atas pelaksanaan keputusan Musyawarah Nasional. 2. Dewan Pengurus Pusat berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan ayat 1 kepada Musyawarah Nasional berikutnya. 3. Dewan Pengurus Daerah memimpin kepengurusan dan bertanggungjawab atas pelaksanaan keputusan Musyawarah Daerah.

4. Dewan Pengurus Daerah berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan ayat 3 kepada Musyawarah Daerah berikutnya. 5. Dewan Pengurus Cabang memimpin kepengurusan dan bertanggungjawab atas pelaksanaan keputusan Musyawarah Cabang. 6. Dewan Pengurus Cabang berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan ayat 5 kepada Musyawarah Cabang berikutnya. BAB VIII MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 10 1. Musyawarah Nasional (MUNAS), Musyawarah Daerah (MUSDA) dan Musyawarah Cabang (MUSCAB) IPeKB Indonesia merupakan otoritas tertinggi untuk menetapkan Pengurus inti, kebijakan umum dan menilai serta mensyahkan pertanggungjawaban pengurus. 2. Musyawarah Nasional (MUNAS), Musyawarah Daerah (MUSDA) dan Musyawarah Cabang (MUSCAB) IPeKB Indonesia dilaksanakan 4 (empat) tahun sekali. Pasal 11 1. Musyawarah Nasional (MUNAS) IPeKB Indonesia dihadiri oleh Dewan Pengurus Pusat, utusan Dewan

Pengurus Daerah dan utusan Dewan Pengurus Cabang serta Anggota dan undangan lainnya. 2. Musyawarah Daerah (MUSDA) IPeKB Indonesia dihadiri oleh Dewan Pengurus Daerah dan utusan Dewan Pengurus Cabang serta anggota dan undangan lainnya. 3. Musyawarah Cabang (MUSCAB) IPeKB Indonesia di Kabupaten/Kota dihadiri oleh Dewan Pengurus Cabang, Anggota dan undangan lainnya. Pasal 12 1. Rapat Kerja adalah tindaklanjut dari hasil Musyawarah Nasional (MUNAS), Musyawarah Daerah (MUSDA) dan Musyawarah Cabang (MUSCAB) IPeKB Indonesia 2. Rapat Kerja dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun. Pasal 13 Macam-macam rapat antara lain: 1. Rapat Kerja Pengurus. 2. Rapat Kerja Koordinasi. 3. Rapat Kerja Pimpinan. 4. Rapat Kerja Konsultasi.

BAB IX KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 14 Keuangan IPeKB Indonesia bersumber dari : 1. Iuran anggota. 2. Sumbangan, bantuan, hibah dan sumber-sumber lain yang tidak mengikat. 3. Hasil Usaha yang dilakukan oleh Unit Khusus IPeKB. Pasal 15 Kekayaan IPeKB Indonesia adalah seluruh barang/inventaris baik bergerak maupun tidak bergerak yang menjadi aset organisasi. BAB X PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 16 1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional (MUNAS) atau Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB).

2. Musyawarah Nasional (MUNAS) atau Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) pada ayat (1) minimal harus dihadiri oleh 2/3 dari Dewan Pengurus Pusat, dan 2/3 utusan Dewan Pengurus Daerah. 3. Keputusan Perubahan Anggaran Dasar harus disetujui minimal oleh 1/2 +1 peserta yang hadir. Pasal 17 Organisasi IPeKB Indonesia dapat dibubarkan secara internal oleh : 1. Musyawarah Nasional (MUNAS) yang dilakukan khusus untuk itu, apabila diusulkan oleh 2/3 pengurus Pusat, 2/3 pengurus daerah dan 2/3 pengurus cabang. 2. Keputusan pembubaran ini sah apabila dihadiri oleh 2/3 utusan tersebut pada ayat 1 dan diputuskan oleh 1/2+1 dari yang hadir. 3. Keputusan pembubaran diberitahukan kepada pihakpihak yang terkait paling lambat 7 (tujuh) hari kemudian. 4. Segera setelah pembubaran IPeKB Indonesia maka mantan pengurus pada periode terakhir harus menyelesaikan urusan hutang-piutang dan kewajiban lainnya. 5. Kekayaan yang masih ada diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI ATRIBUT Pasal 18 IPeKB Indonesia mempunyai atribut khusus yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART). BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 1. Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan dan disahkan oleh Musyawarah Nasional (MUNAS) atau Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB). 2. Ketentuan yang belum tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) ini selanjutnya akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) dan Peraturan Organisasi (PO).

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA ( IPeKB INDONESIA ) BAB I ATRIBUT Pasal 1 1. Lambang organisasi IPeKB Indonesia adalah segi lima warna biru muda yang didalamnya terdapat gambar keluarga dengan dua anak dan 8 pilar berwarna biru tua yang menggambarkan 8 fungsi keluarga, ikatan pita berwarna kuning emas bertuliskan IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA, dan bertulis kependekannya: IPeKB INDONESIA serta berpondasi tiga tangga berwarna biru tua. 2. Bendera organisasi IPeKB Indonesia dasar berwarna biru muda bergambar lambang pada ayat satu, ukuran bendera menyesuaikan peraturan yang berlaku. 3. Lencana IPeKB Indonesia dalam ukuran kecil sesuai dengan lambang KB pada ayat satu. 4. Kop surat berisi lambang organisasi dipojok kiri, nama organisasi, alamat, nomor telepon, nomor fax, dan alamat email, dengan huruf resmi. 5. Stempel berbentuk lingkaran disesuaikan dengan lambang IPeKB Indonesia dengan tinta biru.

6. Mars dan Hymne yang merupakan ciri khas yang akan diatur oleh pengurus pusat. 7. Bentuk kartu anggota berlogo, tertulis identitas anggota yang disahkan dan ditandatangani oleh ketua umum dan sekretaris umum pengurus pusat, serta berlaku sepanjang yang bersangkutan masih menjadi anggota organisasi. BAB II KEANGGOTAAN Pasal 2 Syarat menjadi anggota biasa adalah 1. Petugas Lapangan Keluarga Berencana ( PLKB ) dan atau Penyuluh Keluarga Berencana ( PKB ). 2. Pengelola KB Kecamatan, yang selanjutnya disebut Koordinator Penyuluh KB, Kepala Unit Pelaksana Teknis, Pengawas PLKB atau sebutan lain yang sejenis. 3. Mantan PLKB / PKB yang masih aktif sebagai PNS dan memiliki komitmen terhadap program Kependudukan dan Keluarga Berencana ( KKB ). 4. Butir 1, 2 dan 3 secara otomatis menjadi anggota. 5. Memiliki kartu anggota yang telah ditetapkan.

Pasal 3 Syarat menjadi anggota luar biasa adalah 1. Pensiunan PLKB / PKB. 2. Tenaga Kontrak / honorer aktif sebagai PLKB 3. Perorangan yang peduli dan berperan serta dalam Program Kependudukan dan KB. 4. Pejabat / Staf pemerintah / swasta yang peduli dan berperan serta dalam program Kependudukan dan KB. 5. Mengajukan secara tertulis kepada Pengurus Cabang / Pengurus Daerah atau Pengurus Pusat. 6. Memiliki Kartu Anggota yang telah ditetapkan. Pasal 4 Syarat menjadi anggota kehormatan adalah 1. Tokoh Formal / Non Formal yang berpengaruh dalam Program Kependudukan dan Keluarga Berencana. 2. Mempunyai kepedulian dan peran serta dalam Program Kependudukan dan KB. 3. Diminta kesediaannya atas dasar musyawarah / rapat pengurus dan yang bersangkutan menyatakan kesediaannya. Pasal 5 Status keanggotaan seseorang sebagai anggota berhenti apabila meninggal dunia, atas permintaan

sendiri, dan dibatalkan oleh Dewan Pengurus Pusat atas usul DPD / DPC. Pasal 6 Status keanggotaan seseorang dapat dibatalkan apabila : Secara sah melanggar hukum dan dibuktikan dengan adanya keputusan hukum yang tetap. 1. Melakukan tindakan secara sistematis merusak citra dan nama baik organisasi. 2. Secara sah terbukti melanggar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 3. Diputuskan oleh rapat pengurus. BAB III KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA Pasal 7 Kewajiban anggota biasa adalah : 1. Aktif mengikuti setiap kegiatan organisasi. 2. Melaksanakan profesi dengan baik dan sungguhsungguh. 3. Menjaga wibawa organisasi.

Pasal 8 Kewajiban anggota luar biasa dan anggota kehormatan adalah, 1. Mendukung aktivitas dan program kerja organisasi. 2. Aktif memberikan dukungan untuk kemajuan organisasi. 3. Aktif melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan untuk kemajuan organisasi. Hak anggota biasa adalah : Pasal 9 1. Memilih dan dipilih menjadi pengurus. 2. Mendapatkan peningkatan pengembangan profesi. 3. Mendapatkan manfaat dari kegiatan usaha organisasi Pasal 10 Hak anggota luar biasa dan kehormatan adalah : 1. Memilih dan dipilih menjadi anggota dewan pembina. 2. Memberikan rujukan dan referensi kebijakan program kerja. 3. Mendapatkan manfaat dan kegiatan usaha organisasi.

BAB IV HUBUNGAN TATA KERJA Pasal 11 Hubungan organisasi meliputi : 1. Dewan Pengurus Pusat dapat berhubungan dengan Dewan Pengurus Cabang melalui Dewan Pengurus Daerah. 2. Dewan Pengurus Cabang dapat berhubungan dengan Dewan Pengurus Pusat melalui Dewan Pengurus Daerah. 3. Dewan Pengurus Pusat, Daerah dan Cabang dapat melakukan hubungan konsultasi dan koordinasi dengan Dewan Pembina masing-masing. 4. Hubungan antar Dewan Pengurus Daerah diketahui oleh Dewan Pengurus Pusat dan hubungan antar Dewan Pengurus Cabang diketahui oleh Dewan Pengurus Daerah. 5. Dewan Pengurus Pusat, Daerah dan Cabang dapat berhubungan dengan mitra / organisasi lain diatur berdasarkan peraturan pengurus. Pasal 12 Bagan struktur organisasi tertuang dalam lampiran Anggaran Rumah Tangga ( ART ).

BAB V KEPENGURUSAN Pasal 13 Syarat umum menjadi pengurus adalah 1. Anggota biasa diusulkan dan dipilih oleh Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang. 2. Bersedia dan bertanggung jawab menjadi pengurus. Tugas pengurus adalah : Pasal 14 1. Menjalankan program kerja yang telah ditetapkan oleh MUNAS, MUSDA dan MUSCAB. 2. Menggali potensi sumber daya yang sah untuk optimalisasi pencapaian program kerja. 3. Menyampaikan laporan secara berjenjang setiap 1 ( satu ) tahun sekali 4. Menyelenggarakan MUNAS, MUSDA dan MUSCAB. Pasal 15 Pengurus inti ( Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum ) berhalangan tetap / berhenti dari jabatannya, apabila :

1. Meninggal dunia. 2. Mengundurkan diri. 3. Beralih status keanggotaan, dari anggota biasa menjadi anggota luar biasa / kehormatan. 4. Keanggotaan dibatalkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6. 5. Merangkap jabatan sebagai pengurus inti ( Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum ), pada tingkatan organisasi yang sama. Pasal 16 1. Pengurus yang kemudian hari beralih status keanggotaan menjadi anggota luar biasa / kehormatan, tetap dapat menjalankan tugasnya sampai ada keputusan hasil rapat pengurus. 2. Apabila pengurus meninggal dunia, mengundurkan diri dan atau tidak dapat melaksanakan tugas maka jabatannya diisi oleh anggota biasa yang ditetapkan melalui rapat pengurus. 3. Apabila Ketua Umum berhalangan tetap karena meninggal dunia, mengundurkan diri dan tidak dapat melaksanakan tugas, maka jabatannya dilaksanakan sementara oleh Sekretaris Umum dan Bendahara Umum sampai telah ditentukan penggantinya pada Musyawarah Umum berikutnya. 4. Apabila Sekretaris Umum dan Bendahara Umum berhalangan tetap maka jabatannya dilaksanakan sementara oleh anggota / pengurus lainnya yang dipilih melalui Rapat Pengurus.

BAB VI STRUKTUR KEPENGURUSAN Pasal 17 Struktur Pengurus meliputi Dewan Pengurus dan Dewan Pembina. 1. Dewan Pengurus meliputi, Pengurus Inti, Pengurus Teras dan Pengurus Harian. 2. Pengurus Inti adalah pengurus yang dipilih oleh Musyawarah Umum meliputi Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum. 3. Pengurus Teras adalah bagian dari pengurus inti atau pimpinan pengurus yaitu Ketua I, Ketua II ( wakil ketua umum ), sekretaris I, sekretaris II ( wakil sekretaris umum ) dan bendahara I, bendahara II ( wakil bendahara ). 4. Pengurus Harian adalah bagian penting pengurus yang aktif melaksanakan kegiatan yang terhimpun dalam Departemen, bidang dan seksi serta unit pelaksana teknis. 5. Kelengkapan Dewan Pengurus Pusat ( DPP ) meliputi : a. Departemen Organisasi dan Kepengurusan : 1) Bidang Pembinaan Pengurus 2) Bidang Penguatan Organisasi 3) Bidang Monitoring dan Evaluasi b. Departemen Kompotensi dan kesejahteraan : 1) Bidang Pengembangan Kompotensi 2) Bidang Peningkatan Kesejahteraan

3) Bidang Peningkatan Prestasi c. Departemen Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat : 1) Bidang Kemitraan 2) Bidang Pengabdian Masyarakat 3) Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat d. Departemen Advokasi, Kependudukan dan Hukum: 1) Bidang Advokasi dan Penggerakan 2) Bidang Kependudukan 3) Bidang Bantuan Hukum e. Pengembangan Departemen: 1) Pos Pemberdayaan Keluarga ( Posdaya ) 2) Koperasi dan Pameran 3) Pendidikan dan Pelatihan 4) Media Cetak 5) Media Elektronik 6. Kelengkapan Dewan Pengurus Daerah ( DPD ) dan Dewan Pengurus Cabang ( DPC ) meliputi : a. Bidang Organisasi dan Kepengurusan : 1) Seksi Pembinaan Pengurus 2) Seksi Penguatan Organisasi 3) Bidang Monitoring dan Evaluasi b. Bidang Kompotensi dan kesejahteraan : 1) Seksi Pengembangan Kompotensi 2) Seksi Peningkatan Kesejahteraan 3) Seksi Peningkatan Prestasi c. Bidang Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat :

1) Seksi Kemitraan 2) Seksi Pengabdian Masyarakat 3) Seksi Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat d. Bidang Advokasi, Kependudukan dan Hukum: 1) Seksi Advokasi dan Penggerakan 2) Seksi Kependudukan 3) Seksi Bantuan Hukum e. Pengembangan Departemen: 1) Pos Pemberdayaan Keluarga ( Posdaya ) 2) Koperasi dan Pameran 3) Pendidikan dan Pelatihan 4) Media Cetak 5) Media Eloktronik 7. Pengurus Teras I membina urusan internal ( Departemen / Bidang a dan b ) dan Pengurus Teras II membina urusan eksternal ( Departemen / Bidang c dan d ). 8. Kelengkapan Struktur kepengurusan Daerah dan cabang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah setempat. BAB VII DEWAN PENASEHAT DAN DEWAN PEMBINA Pasal 18 1. Dewan Penasehat dan Dewan Pembina berada pada setiap tingkatan wilayah ( Pusat, Provinsi dan Kabupaten / Kota ).

2. Dewan Pembina terdiri dari a. Satu orang Ketua merangkap anggota. b. Wakil Ketua merangkap anggota. c. Anggota. 3. Dewan Pembina meliputi unsur pejabat dan unsur perorangan. 4. Unsur Pejabat yang ditetapkan sebagai anggota dewan pembina disesuaikan dengan struktur organisasi yang ada di Pusat, Daerah dan Cabang. 5. Unsur Perorangan yang ditetapkan sebagai anggota Dewan Pembina karena dedikasi dan integritasnya serta kepedulian yang tinggi terhadap program Kependudukan dan Keluarga Berencana ( KKB ). 6. Jumlah anggota dewan pembina dari unsur pejabat minimal 4 maksimal 9 orang, dan dari unsur perorangan minimal 5 maksimal 12 orang. 7. Anggota Dewan Pembina Daerah dan Cabang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Pasal 19 Syarat umum menjadi anggota Dewan Pembina adalah 1. Menunjukkan kepedulian dan peran serta dalam bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana ( KKB ). 2. Anggota Dewan Pembina diusulkan oleh peserta musyawarah dan ditetapkan oleh rapat pengurus. 3. Anggota Dewan Pembina dapat berhenti karena meninggal dunia, mengundurkan diri dan tak dapat aktif melaksanakan tugas.

4. Pergantian anggota Dewan Pembina ditetapkan melalui rapat pengurus. Pasal 20 Tugas Dewan Pembina adalah : 1. Memberi masukan kepada pengurus dalam mengelola organisasi. 2. Memberi dukungan kepada pengurus dalam menuju kemajuan organisasi. 3. Mediator kepada pemangku kepentingan dan kemitraan usaha organisasi. 4. Aktif berpartisipasi kegiatan organisasi. BAB VIII MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 21 1. Musyawarah terdiri dari Musyawarah Umum dan Musyawarah Luar Biasa. 2. Musyawarah umum dilakukan pada akhir masa jabatan kepengurusan, sekaligus memilih dan menetapkan pengurus yang baru. 3. Musyawarah Umum untuk Tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten / Kota selanjutnya disebut Musyawarah Nasional ( Munas ), Musyawarah Daerah ( Musda ) dan Musyawarah Cabang ( Muscab ).

4. Pelaksanaan Musyawarah Umum dilaksanakan oleh pengurus di setiap tingkatan. 5. Musyawarah Umum disetiap tingkatan sah dilaksanakan, apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 utusan peserta. 6. Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan apabila ada hal yang mendesak untuk diselesaikan menyangkut kepentingan organisasi dan dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 utusan peserta. 7. Hak suara dalam Musyawarah Nasional adalah utusan dari unsur Pengurus Pusat, unsur Pengurus Daerah dan unsur Pengurus Cabang. Pasal 22 1. Musyawarah Kerja IPeKB Indonesia disebut MUKER dilaksanakan minimal satu kali dalam dua tahun guna membahas evaluasi dan perencanaan program. 2. Musyawarah Kerja IPeKB dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari Kabupaten / Kota, Provinsi dan Pusat. Pasal 23 Macam-macam rapat antara lain : 1. Rapat Kerja Pengurus adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus. a. Rapat Kerja Pengurus Pusat dilaksanakan minimal 1 ( satu ) tahun sekali.

b. Rapat Kerja Pengurus Daerah dilaksanakan minimal 6 ( enam ) bulan sekali. c. Rapat Pengurus Cabang dilaksanakan minimal 3 ( tiga ) bulan sekali. 2. Rapat Koordinasi adalah rapat yang dihadiri oleh unsur Pimpinan Pengurus dan Dewan Pembina dilaksanakan minimal 1 ( satu ) tahun sekali. 3. Rapat Pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh unsur Ketua, Sekretaris dan Bendahara di cabang, daerah dan pusat. 4. Rapat Konsultasi adalah rapat yang diselenggarakan oleh Cabang / Daerah yang dihadiri oleh pengurus setingkat di atasnya. BAB IX PRODUK HUKUM Pasal 24 Produk Hukum Organisasi meliputi : 1. Surat Keputusan Pengurus merupakan dasar yang mengikat pengurus untuk melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban dan hak. 2. Surat Edaran Pengurus merupakan pemberitahuan dari pengurus yang mendasari anggota berpartisipasi aktif dalam aktivitas. 3. Surat Perintah Tugas merupakan penugasan dari pimpinan kepada pengurus / anggota untuk melaksanakan tugas organisasi.

4. Surat Peringatan merupakan teguran / peringatan yang ditujukan kepada seseorang / lembaga / anggota untuk diketahui bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindakan / sikap yang merugikan kepentingan organisasi. 5. Surat Pemberhentian dan atau Pembatalan Anggota merupakan tindakan pengurus setelah surat peringatan tidak mendapat respon yang cukup. Pasal 25 Penetapan Surat Keputusan Pengurus : 1. Susunan Dewan Pengurus Pusat ditetapkan dan disahkan oleh Tim Formatur Pusat, sebagai Majelis Sidang. 2. Dewan Pengurus Pusat dilantik dan dikukuhkan oleh Kepala BKKBN atau pejabat kementerian / kelembagaan negara. 3. Susunan Dewan Pengurus Daerah disahkan oleh Tim Formatur Daerah dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat. 4. Dewan Pengurus Daerah dilantik oleh Dewan Pengurus Pusat dan dikukuhkan oleh Pejabat Tingkat Provinsi. 5. Susunan Dewan Pengurus Cabang disahkan oleh Tim Formatur Cabang dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Daerah. 6. Dewan Pengurus Cabang dilantik oleh Dewan Pengurus Daerah dan dikukuhkan oleh Pejabat Kabupaten / Kota.

7. Apabila Dewan Pengurus Cabang sudah terbentuk, sementara Dewan Pengurus Daerah belum terbentuk atau tak dapat menjalankan tugas maka susunan pengurus ditetapkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat. Pasal 26 Sistem administrasi organisasi ditetapkan melalui rapat kerja pengurus. BAB X TATA TERTIB PEMILIHAN Pasal 27 1. Pemilihan Pengurus Inti ( Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara umum ) dilakukan melalui penetapan bakal calon dan pemilihan calon tetap. 2. Penetapan bakal calon Pengurus Inti dilakukan dengan cara setiap Utusan Daerah / Cabang mengajukan paling banyak 3 ( tiga ) nama bakal calon Ketua Umum, 3 ( tiga ) nama bakal calon Sekretaris umum dan 3 ( tiga ) nama bakal calon Bendahara Umum. 3. Bakal calon Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum yang mendapat suara tertinggi 1 sampai 3 ditetapkan sebagai calon tetap.

4. Calon tetap Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum dipilih oleh setiap peserta sidang dengan memiliki hak satu suara ( one man one vote ), dan setiap peninjau hanya memiliki hak bicara. 5. Setiap Pengurus Pusat memiliki 1 ( satu ) suara, Pengurus Daerah memiliki 2 ( dua ) suara dan Pengurus Cabang memiliki 1 ( satu ) suara. 6. Calon Ketua Umum, calon Sekretaris Umum dan calon Bendahara Umum yang mendapatkan suara terbanyak ditetapkan sebagai Ketua Umum terpilih, Sekretaris Umum terpilih dan Bendahara Umum terpilih. Pasal 28 1. Penyusunan kepengurusan dilakukan oleh Ketua Umum terpilih, Sekretaris Umum terpilih dan Bendahara Umum terpilih atas usulan Tim Formatur. 2. Tim Formatur terdiri dari Pengurus Inti terpilih dan beberapa Utusan Daerah. 3. Jumlah Anggota Formatur dari Utusan Daerah / Utusan Cabang dan cara pemilihannya ditetapkan oleh Majelis Sidang. 4. Tugas Tim Formatur adalah : a. Membentuk kelengkapan susunan pengurus b. Mengusulkan anggota Dewan Penasehat dan Dewan Pembina c. Menindaklanjuti agar kepengurusan mendapat surat keputusan / pengesahan dari Dewan Pengurus di atasnya dan Pelantikan serta pengukuhan oleh pejabat yang berwenang.

d. Pemilihan Pengurus memperhatikan kemampuan seseorang dan keterwakilan daerah geografis; BAB XI PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 29 1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional. 2. Musyawarah Nasional sah apabila dihadiri oleh 2/3 Pengurus Pusat, 2/3 dari jumlah provinsi dan atau 2/3 utusan daerah. 3. Keputusan musyawarah dianggap sah apabila disetujui oleh ½+1 anggota yang hadir. Pasal 30 Keputusan Musyawarah Nasional berlaku kepada organisasi yang sama pada setiap tingkatan baik yang telah terbentuk maupun yang akan dibentuk.