BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertindak sebagai prinsipal. Agency theory pertama kali dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Kasus yang menimpa Enron dan WorldCom menjadi salah satu contoh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ketatnya persaingan dan perkembangan ekonomi secara global yang

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dihadapi. Penerapan sistem risk management merupakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah memakmurkan pemilik perusahaan atau

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan Standards Australia of the world s risk management standard, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi. Perusahaan selalu dihadapkan dengan kenyataan high risk bring about

I. PENDAHULUAN. Manajemen risiko telah menjadi bagian dalam pertimbangan untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu, laba juga. dilakukan adalah manajemen laba.

BAB I PENDAHULUAN. shareholders (pemegang saham dan pemangku kepentingan) perlu

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil diraih organisasi dalam setahun. Isi dari laporan tahunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Treadway Commission (COSO) mendefinisikan Enterprise Risk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan pengelolaan risiko. Sebuah bisnis yang berkembang harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang baik akan menjadi informasi dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan lembaga keuangan yang berdampak sistemik serta disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh peluang pasar yang ada. Selain bersaing dengan perusahaan lokal

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. pemakai informasi lainnya, maka risk management disclosure haruslah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Sehingga laporan keuangan harus memiliki

Bab I PENDAHULUAN UKDW. Piagam Audit atau Audit Charter, dimana Piagam Audit tersebut wajib dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan diantaranya adalah kreditor dan investor. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci : ERM, Corporate Governance structure, konsentrasi kepemilikan.

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disalurkan kembali kemasyarakat untuk menjalankan proses perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dipercepatnya program AEC (Asean Economic Community) yang awal

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB V PENUTUP. 1. Exchange rate, GCG (kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB I PENDAHULUAN. Apakah tata kelola perusahaan (good corporate governance) masih

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian politik di Eropa dan kebijakan moneter USA, semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. untuk diubah-ubah. Menurut penelitian Anggana dan Prastiwi (2013) contoh kasus

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara umum, bank yang sehat adalah bank yang menjalankan fungsifungsinya

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan pasti dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Salah satu risiko tersebut dapat berupa keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Namun kepercayaan Bank Indonesia terhadap perbankan di Indonesia tidak selalu dipatuhi sehingga muncul beberapa kasus manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh bank seperti contoh kasus yang terjadi pada PT Lippo Bank Tbk dan kasus PT Bank Century. Akibat dari adanya fenomena tersebut menimbulkan banyaknya permintaan publik kepada perusahaan untuk memperluas praktik pengungkapan dalam laporan tahunan agar tidak terjadi kekurangan informasi, salah satunya adalah pengungkapan risiko. Permintaan publik tersebut sejalan dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum serta Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 1

2 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Manajemen Risiko adalah bagian yang mutlak harus terdapat dalam perbankan di Indonesia dalam peningkatan risk awareness. Penerapan manajemen risiko dalam perbankan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang harus ditanggung oleh bank. Dalam penelitiannya, Sari (2013) menggambarkan bahwa Enterprise Risk Management merupakan salah satu metode terbaik dalam proses tata kelola perusahaan sehingga menjadi perhatian bagi praktisi dunia bisnis. Di Indonesia perkembangan Enterprise Risk Management (ERM) sudah mulai meningkat, terutama setelah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tentang Penerapan Good Corporeate Governance bagi Bank Umum dengan pembentukan Komite Pemantau Risiko. Pembentukan Komite Pemantau Risiko merupakan salah satu prasyarat yang harus dilengkapi oleh Bank Umum. Komite Pemantau Risiko harus dibentuk paling lambat pada akhir 2007. Bank Indonesia akan memberi sanksi apabila ada bank yang belum membentuk komite pemantau risiko (Sanjaya dan Linawati, 2015). Enterprise Risk Management (ERM) adalah proses pengelolaan risiko yang meliputi identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat menjadi ancaman kelangsungan hidup dan aktivitas perusahaan. Enterprise Risk Management (ERM) dirancang untuk meningkatkan kemampuan dewan dan manajemen senior untuk mengawasi keseluruhan risiko portofolio yang ada di perusahaan (Beasley et.al, dalam Meizaroh, 2011). Terdapat banyak risiko yang dihadapi oleh perusahaan yaitu risiko keuangan, seperti risiko

3 kredit dan risiko likuiditas dan risiko non-keuangan, seperti risiko pasar, risiko kepatuhan, risiko strategis, risiko hukum, risiko operasional dan risiko reputasi. Enterprise Risk Management (ERM) berawal ketika Securities & Exchange Commission (SEC) Amerika mengajukan usulan agar perusahaan melakukan pengungkapan informasi yang lebih lengkap terkait dengan praktik pengawasan manajemen risiko. ERM merupakan suatu strategi yang digunakan untuk menangani dan mengelola semua risiko perusahaan. Sari (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ERM mampu mengelola risiko dengan terintegrasi, proaktif, berkesinambungan, penambahan nilai, dan proses pengendali dalam kegiatan manajemen. Penerapan ERM yang formal dan terstruktur merupakan suatu keharusan bagi perusahaan. Jika ERM dilaksanakan secara efektif, maka akan memberikan kekuatan bagi pelaksanaan Good Corporate Governance (Beasley et al., 2005 dalam Meizaroh, 2011). Komisaris independen dalam Peraturan Bank Indonesia yaitu anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya. Perusahaan yang mempunyai proporsi yang tinggi akan memperhatikan risiko perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai proporsi komisaris independen yang rendah. (O Sullivan, 1997). Oleh karena itu, peran komisaris independen yang merupakan pihak dari luar

4 perusahaan cenderung akan memberi kebijakan dalam pengungkapan risiko agar perusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Reputasi auditor merupakan hal yang terpenting agar stakeholder mempercayai kinerja perusahaan. Reputasi auditor merupakan hasil penilaian dari masyarakat dimana mempunyai kualitas audit yang terpercaya. Masyarakat menilai bahwa KAP yang mempunyai reputasi yang baik adalah KAP yang masuk dalam kategori big four. Karena big four memberikan panduan mengenai praktik GCG, membantu internal dalam mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko sehingga dapat meningkatkan kualitas penilaian dan pengawasan risiko perusahaan (Jatiningrum dan Fauzi, 2013). Perusahaan yang menggunakan jasa audit big four akan mendapatkan tekanan yang lebih besar untuk menerapkan dan mengungkapkan ERM. Pada sektor perbankan, Risk Management Committee (RMC) disebut juga dengan Komite Pemantau Risiko. Salah satu prasyarat yang harus bank umum lengkapi yaitu berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tentang Penerapan Good Corporate Governance bagi bank umum adalah membentuk Komite Pemanta Risiko. Posisi komite pemantau risiko berada di bawah dewan komisaris yang berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam melakukan tugas pengawasan terutama di bidang manajemen risiko. Konsentrasi kepemilikan merupakan besarnya persentase kepemilikan saham pada suatu perusahaan. Pemegang saham dalam perusahaan dapat berupa individu, keluarga, perusahaan, bank, investor dan institusi (Gunarsih, 2002). Menurut Nuryaman (2008) struktur kepemilikan saham

5 menggambarkan besarnya kekuasaan dan pengaruh di antara pemegang saham lainnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan yang memiliki kepemilikan yang terkonsentrasi, maka pemilik saham dapat melakukan pengawasan terhadap aktivitas manajemen. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar-kecilnya perusahaan. Suwito dan Herawaty (2005) menjelaskan pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu: perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan besar cenderung akan melakukan pengungkapan karena merupakan bentuk tanggung jawab terhadapat stakeholder. Leverage adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang (Setyarini, 2011). Leverage juga menunjukkan seberapa mampu perusahaan membayar kewajibannya berupa hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Risiko keuangan perusahaan digambarkan dengan tingkat leverage perusahaan. Prediksi dari teori keagenan yaitu perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi akan mengungkapkan banyak informasi, karena dengan struktur modal yang tinggi akan meningkatkan biaya keagenan (Jensen and Meckling, 1976) Beberapa faktor mengenai pengungkapan ERM telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya adalah Meizaroh dan Lucyanda (2011) dengan variabel komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan RMC, reputasi auditor, dan konsentrasi kepemilikan menunjukkan hasil bahwa

6 komisaris independen dan ukuran dewan komisaris tidak pengaruh terhadap pengungkapan ERM, sedangkan keberadaan RMC, reputasi auditor, dan konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan ERM. Kemudian dalam penelitian Layyinatusy (2013) dengan variabel ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, reputasi auditor, Chief Risk Officer dan Leverage menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, reputasi auditor dan Chief Risk Officer berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management, sedangkan variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Kumalasari (2014) juga melakukan penelitian dengan variabel leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan reputasi auditor menunjukkan hasil bahwa leverage dan profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap luas pengungkapan manajemen risiko, sedangkan ukuran perusahaan dan reputasi auditor tidak berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan manajemen risiko. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hasil penelitiannya tidak konsisten dengan peneliti yang lain, oleh karena itu peneliti ingin menguji kembali dalam penelitian ini pada sektor keuangan khususnya perbankan. Pemilihan sektor perbankan sebagai obyek penelitian ini dilakukan karena belum banyak penelitian tentang pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM) dalam sektor ini. Selain itu, pemilihan sektor ini juga dikarenakan

7 semakin meningkatnya risiko yang harus ditanggung oleh bank serta adanya peraturan Bank Indonesia mengenai manajemen risiko. Peneliti ingin mereplikasi penelitian yang telah dilakukan oleh Sari (2013) dengan perbedaan menambahkan variabel independen, yaitu leverage, mengganti periode pengamatan, yaitu pada periode 2013-2015, dan mengganti objek penelitian, yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan latar belakang maka penelitian ini menjadi penting untuk diteliti dengan judul Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM) (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2015) B. BATASAN MASALAH Batasan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM) adalah komisaris independen, reputasi auditor, Risk Management Committee (RMC), konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan dan leverage. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management?

8 2. Apakah reputasi auditor berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management? 3. Apakah Risk Management Committee berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management? 4. Apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management? 5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management? 6. Apakah leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menguji bukti empiris apakah komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. 2. Menguji bukti empiris apakah reputasi auditor berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. 3. Menguji bukti empiris apakah Risk Management Committee berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. 4. Menguji bukti empiris apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. 5. Menguji bukti empiris apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management.

9 6. Menguji bukti empiris apakah leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Adapun manfaat dari penelitian bagi akademis yaitu : a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan ilmu di dalam pengembangan ilmu akuntansi. b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi penulis dan pembaca untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pengungkapan Enterprise Risk Management pada perusahan perbankan di Indonesia. 2. Adapun manfaat dari penelitian bagi praktis yaitu : a. Bagi pemakai laporan keuangan, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada investor, kreditor serta pengguna laporan keuangan lainnya dalam berinvestasi maupun bentuk kegiatan lainnya pada perusahaan yang memiliki pelaporan pengungkapan manajemen risiko. b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pemahaman mengenai pengungkapan manajemen risiko dan dapat memperbaiki praktek manajemen risiko di dalam perusahaan.