MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK ATHETOID HEMIPLEGI DEXTRA DI PNTC KARANGANYAR

dokumen-dokumen yang mirip
Disusun oleh: AYUNINGTYAS SITADESI SETIAWAN J

LAPORAN STATUS KLINIK

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI

Disusunoleh : WIWIT JATMIKO J

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

FARDHANA ADI SUSILO J

PELAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI ATAKSIA DI PEDIATRIC NEURODEVELOPMENTAL THERAPY CENTRE (PNTC) KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Guna Menyelesaikan Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: RADEN RORO AYU BUDI PITARI J

Karina Eka Ratnasari, Nur Susanti Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DENGAN KONDISI CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS MENGGUNAKAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN PENDEKATAN NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

LAMPIRAN DATA STATISTIKA. Statistics. Nilai GMFM Sesudah. Nilai GMFM selisih

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PENGARUH AROMATERAPI DALAM RUANG SNOEZELEN TERHADAP KONTROL SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh Allah subhanahuwata aladalam Al-Qur an sesuai. firmannya pada surat Al-Mu min ayat 67 sebagai berikut:

PENATALAKSANAAN NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGIA DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISI CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PARAPARESE DI RSUD KARANGANYAR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY DI RS. Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN NEURO SENSO DAN TERAPI LATIHAN PADA DELAY DEVELOPMENT DI GRIYA FISIO BUNDA NOVY YOGYAKARTA

DIPLEGI. Diajukan. Jurusan Fisioterapi. Oleh : DYAH PUTRIANI J FAKULTAS

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan

PELAKSANAAN NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY DIPLEGI TYPE SPASTIK DI PNTC KARANGANYAR PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU PANTI 2 YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI DOWN SYNDROME DI YPAC SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DROP HAND DEXTRA DI RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA BAYI 15 BULAN DENGAN DIAGNOSA DEVELOPMENTAL DELAY DI BPRSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION (PNF) PADA KONDISI STROKE NON HAEMORAGIK PADA STADIUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DROP HAND DEXTRA e.c LESI SARAF RADIALIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PARAPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Menyelesaikan Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT ( NDT) DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY MONOPLEGI UPPER EXTREMITY SINISTRA DI YPAC SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DELAY DEVELOPMENT DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS LOW BACK PAIN MYOGENIC E.C. LUMBAR STRAIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TENDINITIS PATELLARIS DEKSTRA DI RST DR SOEDJONO MAGELANG

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PENATALAKSANAAN NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU CABANG YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY DIPLEGI SUSPECT AUTISM ET CAUSA HYDROCEPHALUS DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT (YPAC) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LESI PLEXUS BRACHIALIS DEXTRA. di RSAL RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR 1/3 PROXIMAL RADIUS ULNA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI UNTUK PENDERITA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI ANAK DOWN SYNDROME DENGAN NEURO DEVELOPMENT TREATMENT DI YPAC SURAKARTA

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST STROKE HEMIPARESE NON HEMORAGIK DEXTRA DI RST DR SOEDJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI ANAK DOWN SYNDROME DENGAN NEURO DEVELOPMENT TREATMENT DI YPAC SURAKARTA

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY MONOPLEGI UPPER EXTREMITY SINISTRA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

Florentina Natalia Pareira J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPERASI PEMASANGAN PLATE AND SCREW FRAKTUR COLLUM HUMERUS DEXTRA DI RS.PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN MOTOR RELEARNING PROGRAME PADA PASIEN PASCA STROKE NON HAEMORRAGE SINISTRA STADIUM RECOVERY RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST CRANIOTOMY INTRACRANIAL HEMORRHAGE DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DELAY DEVELOPMENT DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN UNTUK ANAK DEVELOPMENTAL DELAY DI GRIYA FISIO BUNDA NOVY YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengoptimalan tumbuh kembang bayi, motor control, motor learning, dan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI ISCHIALGIA SINISTRA et causa HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP) DI RUMKITAL DR.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RS. ANGKATAN LAUT dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSUD KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS VETEBRA THORACAL 7 LUMBAL 1 DI RSAL DR.RAMELAN

BAB I PENDAHULUAN. progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat. maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

Transkripsi:

MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK ATHETOID HEMIPLEGI DEXTRA DI PNTC KARANGANYAR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma III Pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : LAILY TRI UTAMI J100140040 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

HALAMAN PERSETUJUAN MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK ATHETOID HEMIPLEGI DEXTRA DI PNTC KARANGANYAR PUBLIKASI ILMIAH Oleh: LAILY TRI UTAMI J100140040 Telah diperiksa dan disetujui oleh: Dosen Pembimbing, Agus Widodo, S.Fis, M.Fis. NIK. 1018 i

HALAMAN PENGESAHAN MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK ATHETOID HEMIPLEGI DEXTRA DI PNTC KARANGANYAR Oleh: LAILY TRI UTAMI Jl00140040 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Kamis, 6 Juli20l7 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji Nama Penguji Penguji I : Agus Widodo, S.Fis, M.Fis (Ketua Dewan Penguji) Penguji II : Umi Budi Rahayu, S.Fis, M.Kes (Anggota I Dewan Penguji) Penguji III : Wijianto, SSI.FT., M.Or (Anggota II Dewan Penguji) F9- MU ah, SKM., M.Kes) NIDN.06t7tt730t ii 111

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya. Surakarta, 6 Juli 2017 Penulis LAILY TRI UTAMI J100140040 iii

MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK ATHETOID HEMIPLEGI DEXTRA DI PNTC KARANGANYAR ABSTRAK Latar Belakang: Cerebral Palsy Spastik Athetoid Hemiplegi Dextra merupakan gangguan postur dan gerak yang tidak terkontrol, dengan gangguan di otak yang bersifat non progesif ketika dalam kandungan maupun kanak-kanak, ditandai dengan fluktuatifnya tonus otot dan terjadi kaku pada sebagian anggota gerak kanan yaitu anggota gerak atas maupun bawah. Pada kasus ini modalitas fisioterapi yang digunakan yaitu metode NDT (Bobath). Tujuan: untuk mengetahui manfaat metode NDT pada Cerebral Palsy Spastik Athetoid Hemiplegi Dextra terhadap penurunan tingkat spastisitas dan kemampuan fungsional berjalan. Hasil: setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil (1) tingkat spastisitas tetap dengan skala Asworth, pada tubuh sisi kanan region elbow dan knee T1 sampai T5 diperoleh hasil tetap dengan nilai 1. (2) pemeriksaan kemampuan fungsional dengan GMFM dari T1 sampai T5 diperoleh hasil tetap dengan nilai 94,32%. Kesimpulan: pelaksanaan terapi dengan metode Neuro Development Treatment pada Cerebral Palsy Spastik Athetoid Hemiplegi Dextra terhadap penurunan tingkat spastisitas dan kemampuan fungsional berjalan belum mengalami perubahan. Kata kunci: Neuro Development Treatment (NDT), Skala Asworth, Gross Motor Function Measure (GMFM) ABSTRACT Background: Cerebral Palsy Spastik Athetoid Hemiplegi Dextra is a disorder of posture and motion that is not controlled, with disorders in the brain that is non progesif when in the womb or childhood, is characterized by fluctuations in muscle tone and rigidity in some members of the right motion of the limb top and bottom. In this case the physiotherapy modalities used were the NDT (Bobath) method. Objective: to determine the benefits of the NDT method on Cerebral Palsy Spastik Athetoid Hemiplegi Dextra to decrease the level of spasticity and functional ability to walk. 1

Result: after 6 times of treatment, the results obtained (1) the level of spasticity still remain with Asworth scale, on the right side body of the elbow region and knee T1 to T5 obtained a fixed result with value 1. (2) functional ability examination with GMFM from T1 to T5 obtained a fixed result with a value of 94.32%. Conclusion: the implementation of therapy with the method of Neuro Development Treatment on Cerebral Palsy Spastik Athetoid Hemiplegi Dextra to decrease the level of spasticity and functional ability to walk has not changed. Keywords: Neuro Development Treatment (NDT), Asworth Scale, Gross Motor Function Measure (GMFM). 1. PENDAHULUAN Kesehatan masyarakat merupakan persoalan bersama yang harus menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan masyarakat. Salah satu bagian dari kesehatan masyarakat adalah kesehatan anak. Kesehatan anak berhubungan dengan tumbuh kembang dan ketrampilan dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. Anak merupakan aset penting dari sebuah negara, maka dari itu masa tumbuh kembang anak perlu dijaga karena masa anak-anak sangan risiko terhadap suatu penyakit. Salah satu kasus yang sering terjadi pada anak-anak yaitu cerebral palsy (CP). Cerebral palsy didefinisikan sebagai defisit motorik pusat non progesif yang dihasilkan dari kerusakan otak pada periode prenatal, perinatal, atau postnatal yang mempengaruhi sistem motorik, dan sebagai hasilnya anak memiliki koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk, dan pola abnormal (Miller, 2006). Salah satu contoh penyebab CP pada post natal adalah trauma kepala, meningitis, dan encephalitis (Waspada, 2010). Menurut Utomo (2013), insiden CP sebanyak 2 kasus per 1000 kelahiran hidup, dimana 5 dari 1000 anak memperlihatkan defisit motorik yang sesuai dengan CP. Kasus yang termasuk ringan 50% dan 10% termasuk kasus berat. Kasus ringan yaitu penderita mampu mengurus diri sendiri, sedangkan kasus berat yaitu penderita membutuhan pelayanan khusus. Anak yang mempunyai intelegensi (IQ) rata-rata normal 25%, sementara 30% kasus menunjukkan IQ dibawah 70. Kejang 35% dan 50% menunjukkan gangguan 2

bicara. Laki-laki lebih banyak daripada perempuan (1,4 : 1,0), dengan rata-rata 70% ada pada tipe spastik, 15% tipe athetoid, 5% ataksia, dan sisanya campuran. Cidera sistem saraf pusat ditandai dengan tonus otot dan koordinasi abnormal pada anak yang menyebabkan gangguan pergerakan dan postur (Axton dan Futage, 2014). Kerusakan jaringan otak selain menyebabkan gangguan fungsi motorik juga disertai masalah penglihatan, pendengaran, sensoris, kesulitan persepsi, gangguan fungsi oral motor sehingga terjadi kesulitan makan/ mengunyah, menelan, berbicara (Mangunatmaja, 2011). 2. METODE PENELITIAN Penatalaksanaan Fisioterapi pada An. G dengan kondisi Cerebral Palsy Spastik Athetoid Hemiplegi Dextra dilakukan sebanyak 5 kali terapi yaitu pada tanggal 2, 6, 7, 8, 9 Februari 2017 jam 10.00-11.00 WIB. Teknologi intervensi fisioterapi yang digunakan adalah metode Neuro Development Treatment (NDT). Teknik terapi latihan meliputi: 2.1 Stretching Stretching dilakuan secara pasif oleh terapis, anak duduk tegak dan rileks. Stretching dilakukan pada otot uppertrapezius dengan cara terapis berada dibelakang anak, satu tangan terapis fiksasi pada bahu anak dan tangan satunya memegang kepala anak, kemudian terapis menggerakkan kepala anak untuk merunduk, tahan selama 8x hitungan ulangi 3x. Myofacial release pada otot paravertebrae, posisi anak tidur tengkurap diatas matas lalu terapis melakukan palpasi pada bagian vertebrae anak kemudian melakukan myofacial release pada otot yang spasme. 2.2 Inhibisi 2.2.1 Inhibisi fleksor elbow Posisi anak tidur terlentang diatas matras, terapis disebelah caudal lengan anak lalu terapis memegang pada palmar dan jari-jari tangan kanan, kemudian menggerakkan ke arah ekstensi elbow. 3

2.2.2 Inhibisi Fleksor knee Posisi anak tidur terlentang diatas matras, terapis berada di bawah sisi kaki kanan anak. Terapis memegang pada knee kanan pasien, kemudian menggerakkan sendi knee ke arah ekstensi. 2.2.3 Inhibisi ekstensor trunk Posisi anak duduk long sitting, posisi terapis berada di belakang anak. Koreksi postur anak untuk tetap tegak, pegangan terapis pada bahu, kemudian ekstensikan thrunk dan retraksikan bahu. 2.3 Fasilitasi 2.3.1 Latihan merayap (melatih neck control) Posisi pasien tidur miring diatas matras, pasien diaba-aba untuk mengangkat kepala dan menengok ke belakang, terapis memastikan agar pandangan anak ke belakang. Pengulangan 20x 2.3.2 Latihan pelvic tilt (melatih core stability) Posisi pasien terlentang, dengan tangan disamping tubuh. Tungkai fleksi knee 45 0, terapis member aba-aba untuk mengankat pantat lalu pasien juga diberi aba-aba untuk mengangkat kepala. Tahan hingga hitungan ke 10. Lakukan pengulangan 20x. 2.3.3 Latihan duduk berdiri (melatih keseimbangan dan menstabilkan base of support) Posisi pasien duduk di kursi kecil/ guling, terapis berada di belakang pasien. Terapis memfiksasi kaki pasien yang disejajarkan dengan lebar bahu pasien. Pasien diberi aba-aba untuk melakukan gerakan duduk berdiri. 2.3.4 Latihan Kneeling (melatih keseimbangan dan memperbaiki postur) Posisi awal pasien duduk timpuh (kedua tungkai dibebani tubuh) kemudian pasien diberi aba-aba untuk mengangkat badannya ke atas dan menumpu badannya dengan lutut. 4

2.3.5 Latihan Berjalan (naik turun tangga untuk melatih pola jalan) Terapis mendampingi pasien saat naik turun tangga dengan mendahulukan kaki kanan sebagai langkah pertama. Ketika posisi naik tangga maka terapis memperhatikan Key Point of Cntrol (KPC) pasien yaitu pada pelvic. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Setelah dilakukan 5x terapi (T1=2, T2=6, T3=7, T4=8, T5=9 Februari 2017) pada anak laki-laki bernama An.G usia 6 tahun dengan diagnosa cerebral palsy spastik athetoid hemiplegi dextra dengan problematika adanya spastisitas di anggota gerak atas dan bawah bagian tubuh sebelah kanan, adanya spasme otot uppertrapezius dan paravertebrae, serta adanya gangguan kemampuan fungsional dengan metode Neuro Development Treatment (NDT), dan dilakukan evaluasi dengan menggunakan skala Asworth untuk mengukur spastisitas dan GMFM untuk mengukur kemampuan fungsional pada anak, maka didapatkan hasil: 3.1.1 Pengukuran spastisitas dengan menggunakan skala Asworth Tabel 1 Hasil evaluasi spastisitas dengan skala Asworth T5 T4 T3 T2 T1 Grup Otot T1 T2 T3 T4 T5 Kanan Kiri 0 0 0 0 0 Fleksor Shoulder 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ekstensor Shoulder 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 Fleksor Elbow 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 Ekstensor Elbow 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Fleksor Wrist 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ekstensor Wrist 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Fleksor Hip 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ekstensor Hip 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 Fleksor Knee 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 Ekstensor Knee 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Fleksor Ankle 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ekstensor ankle 0 0 0 0 0 Berdasarkan hasil pengukuran spastisitas dengan menggunakan skala Asworth yang dibuktikan melalui tabel 5

pertemuan T1 hingga T5 diperoleh hasil yang tetap, tidak adanya peningkatan maupun penurunan spastisitas, tampak adanya spastisitas dengan nilai 1 (adanya peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terasanya tahanan minimal pada akhir ROM pada saat sendi digerakkan fleksi maupun ekstensi) pada fleksor elbow dan fleksor knee dextra.. 3.1.2 Pengukuran Kemampuan Fungsional Pengukuran kemampuan fungsional anak dengan menggunakan Gross Motor Functional Measurement (GMFM). Tabel 2 Hasil evaluasi kemampuan fungsional dengan GMFM DIMENSI T1 T2 T3 T4 T5 A 100% 100% 100% 100% 100% B 100% 100% 100% 100% 100% C 100% 100% 100% 100% 100% D 89,7% 89,7% 89,7% 89,7% 89,7% E 81,9% 81,9% 81,9% 81,9% 81,9% TOTAL 94,32% 94,32% 94,32% 94,32% 94,32% Berdasarkan hasil pengukuran kemampuan fungsional dengan menggunakan GMFM yang dibuktikan melalui tabel diperoleh hasil yang tetap dari T1 hingga T5 yaitu dimensi A(terlentang dan tengkurap) 100%, dimensi B(duduk) 100%, dimensi C(merangkak dan berdiri dengan berlutut) 100%, dimensi D(berdiri) 89,7%, dimensi E(berjalan, berlari, melompat) 81,9%, total dari keempat dimensi yaitu 471,6% dibagi lima dimensi (ABCDE) diperoleh hasil 94,32%. 3.2 Pembahasan 3.2.1 Berdasarkan hasil assesment didapatkan problematika pada An.G yaitu terdapat spastisitas pada anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah sebelah kanan yaitu pada elbow dan knee dextra, pada trunk anak cenderung fleksi, adanya spasme pada otot upper trapezius dan paravertebra, hipotonus pada otot perut serta 6

keterbatasan fungsional yaitu anak belum mempunyai keseimbangan saat berjalan karena penumpuan berar badan condong ke kiri. Berdasarkan hasil pemeriksaan serta diagnosa, terapi yang tepat diberikan pada kasus ini yaitu dengan NDT atau Bobath, selain NDT juga diberikan stretching dan mobilisasi trunk agar diperoleh hasil yang maksimal. 3.2.2 Teknik NDT yang digunakan yaitu inhibisi untuk menghambat, menurunkan tonus otot yang berlebihan menggunakan teknik Refleks Inhibitory Patern (RIP), yaitu menghambat pola gerak abnormal menjadi sikap tubuh yang normal dengan merubah tonus dan pola gerakannya. Fasilitasi bertujuan untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal. Tekniknya disebut Key Point of Control (KPC) yang bertujuan untuk memperbaiki tonus postural yang normal, memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal, memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja dan diperlukan dalam aktivitas sehari-hari (Waspada, 2010). 3.2.3 Berdasarkan hasil pemeriksaan, derajat spastisitas dan kemampuan fungsional yang diukur dengan skala Asworth dan GMFM tidak mengalami peningkatan, maupun penurunan dari T awal hingga T akhir, ini disebabkan karena keterbatasan waktu dalam memberikan terapi. Terapi hanya diberikan sebanyak 5 kali pertemuan dalam kurun waktu 30 hari, dalam satu kali terapi hanya 60 menit, terapis tidak dapat memantau anak setiap harimya terutama ketika dirumah sehingga belum didapatkan hasil yang diharapkan, selain itu faktor psikologis anak yang baik, emosi anak terkontrol, anak mempunyai semangat untuk sembuh, selama anak kooperatif hal tersebut dapat memberikan dampak yang positif, tetapi pada an G terkadang saat terapi anak kurang fokus dan 7

sehingga hal tersebut dapat menggangu proses terapi, karena latihan-latihan yang diberikan pada an G tidak akan diserap oleh anak karena anak tidak fokus. Hasil terapi pada Cerebral Palsy tidak dapat dilihat perubahannya dalam waktu yang singkat karena kerusakan yang terjadi berkaitan dengan otak. 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Penatalaksanaan terapi yang diberikan pada pasien selama 5x pasien atas nama An.G usia 6 tahun dengan diagnosa cerebral palsy spastik athetoid hemiplegi dextra menggunakan metode Neuro Development Treatment (NDT) didapatkan hasil sebagai berikut: 4.1.1 Spastisitas pada anggota gerak kanan dengan skala Asworth dari pemeriksaan awal T1 hingga akhir T5 diperoleh hasil tetap dengan nilai 1. 4.1.2 Pemeriksaan kemampuan fungsional dengan GMFM dari pemeriksaan awal T1 hingga akhir T5 belum mengalami peningkatan. 4.2 Saran Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam terapi, dibutuhkan motivasi tinggi dari dalam diri pasien sendiri serta kerja sama dari berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut diantaranya okupasi terapi, terapi wicara, psikologi, ostotik prostetik, ahli gizi dan yang paling penting adalah support dari keluarga secara langsung dalam tiap sesi latihan dan pemberian home program yang sesuai dengan kondisi pasien. DAFTAR PUSTAKA Axton, S dan Futage, T. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatric edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Mangunatmadja, I. 2011. Kumpulan Tips Pediatri: Palsy Serebral. Badan Penerbit IDAI. 8

Miller, F dan Bachrch, S.J. 2006. Cerebral Palsy a Complete Guide for Caregiving second edition. Amerika: The Johns Hopkins University Press. Utomo. 2013. Cerebral palsy tipe Spastik Diplegi pada Anak Usia Dua Tahun. Medulla Unila. Vol 1, no 4, Oktober 2013: 26 Waspada, Edi. 2010. FT Pediatri II. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 9