II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

PEDOMAN WAWANCARA. a. Pelaksanaan Tradisi Upacara Nadran. 2. Siapa yang melaksanakan upacara Nadran. 3. Tujuan pelaksanaan upacara Nadran

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat Lampung Saibatin Marga Pugung Tampak di Kecamatan Pesisir Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Kebudayaan TRADISI UPACARA NADRAN PADA MASYARAKAT NELAYAN CIREBON DI KELURAHAN KANGKUNG BANDAR LAMPUNG

Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

SINKRETISME JAWA DAN ISLAM DALAM TRADISI PETIK LAUT DALAM RANGKA MENUJU DESA WISATA DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB III PROSES PELAKSANAAN ROKAT PRAOH KESELLEM DI PULAU MANDANGIN. A. Pengertian dan Ritual Rokat Praoh Kasellem di Pulau Mandangin

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

JST 1 (1) (2012) JURNAL SENI TARI.

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

Provinsi Lampung memiliki dua masyarakat adat yaitu Lampung Saibatin (jurai saibatin) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam wilayah yang sangat luas, hukum adat tumbuh, dianut, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

UPACARA ADAT LEGU DOU GAM DJAI DI TIDORE. Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M.Hum*, H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI* Oleh: Sofyan S.A.

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan di laksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi di pengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan. Pada masyarakat Indonesia, terdapat berbagai macam tradisi yang masih di laksanakan dengan baik maupun yang sudah hilang seperti tradisi pembersihan desa, tradisi dalam perkawinan, tradisi tolak bala, tradisi lebaran dan masih banyak tradisi-tradisi yang tidak dapat di sebutkan secara menyeluruh. Tradisi-tradisi tersebut mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang memiliki tujuan yang baik untuk menciptakan masyarakat yang memiliki jati diri, berakhlak mulia, dan berperadaban. Tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang turun-temurun dari nenek moyang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1984:1088). Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Badudu, yang menyatakan bawa tradisi adalah adat kebiasaan yang di lakukan secara turun temurun dan masih di laksanakan pada masyarakat yang ada (J.S. Badudu, 2003 : 349). Nadran merupakan salah satu bentuk tradisi yang di lakukan secara turun

10 temurun pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kota Bandar Lampung sebagai upaya dalam bentuk bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan dan rezeki yang di berikan kepadanya. 2. Konsep Nadran Nadran merupakan upacara adat yang biasa di lakukan oleh masyarakat pesisir laut di Teluk Lampung, yang di laksanakan secara turun-temurun karena amanat dari nenek moyang. Nadran adalah sebuah tradisi tahunan yang rutin di laksanakan oleh warga masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung setiap dua minggu setelah hari raya lebaran. Tradisi nadran ini setiap tahun di adakan atau di gelar oleh masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kota Bandar Lampung, upacara nadran di lakukan dengan cara melemparkan kepala kerbau serta sesaji ketengah laut. Upacara nadran merupakan cerminan dari hubungan antara manusia dengan sang penciptaberupa ungkapan rasa syukur akan hasil tanggkapan ikan dan mengharapkan akan peningkatan hasil di tahun mendatang, serta di jauhkan dari bencana dan marabahaya dalam mencari nafkah di laut. Kata nadran sendiri berasal dari kata nadzar, yang mempunyai arti dalam agama Islam (pemenuhan janji) sedangkan nadzaran - nadran yang berarti syukuran, Syukuran warga masyarakat nelayan setempat perihal di adakannya tradisi nadran ini sendiri adalah atas rezeki melimpah yang telah di berikan Tuhan kepada mereka baik berupa keselamatan ketika berlayar di laut maupun hasil ikan yang melimpah sepanjang tahun yang lalu.

11 Nadran sebenarnya, merupakan tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan budaya Hindu yang di wariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun. Kata nadran sendiri, menurut sebagian masyarakat nelayan Cirebon, berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam agama Islam yaitu pemenuhan janji. Adapun inti upacara nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut agar di berikan limpahan hasil laut, dan merupakan ritual tolak bala (keselamatan) bagi mereka di kemudian hari. Sesajen yang di berikan, oleh warga masyarakat nelayan di sebut ancak, yang berupa anjungan berbentuk replika perahu atau meron yang berisikan kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan, makanan, dan lain sebagainya. Sebelum di lepaskan ke laut, ancak di arak terlebih dahulu mengelilingi tempattempat yang telah di tentukan sambil diiringi dengan berbagai suguhan seni tradisional, seperti tarling, genjring, bouroq, barongsai, telik sandi, jangkungan, ataupun seni kontemporer (drum band). Yang di maksud dengan Tradisi Upacara Nadran pada masyarakat nelayan Cirebon dalam penelitian ini adalah Sebuah upacara pesta laut, ruwat laut masyarakat nelayan sebagai bentuk perwujudan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki berlimpah yang telah menjadikan laut sebagai tempat mencari nafkah sehari-hari bagi mereka, dengan keleluasaan yang tanpa batas dan tidak henti-hentinya memberikan rejeki. Selain itu, dalam upacara nadran juga di lakukan permohonan agar di beri keselamatan dalam melaut, serta

12 tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang (Heriyani Agustina, 2009). 3. Konsep Upacara Upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait pada aturan-aturan menurut adat atau agama (Depdikbud, 1990: 994). Menurut Koentjaraningrat upacara timbul karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan berbagai perbuatan yang bertujuan mencarai hubungan dengan dunia gaib (Koentjaraningrat, 1990 : 291). Menurut Rahmat Subagio yang di kutip oleh Maharkesti, upacara adalah kelakuan simbolis manusia yang mengharapkan keselamatan dan merupakan rangkaian tindakan yang diatur oleh adat yang berlaku dan berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masa yang bersangkutan (R.A. Maharkesti, 1988 : 2). Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan upacara adalah suatu perubahan atau tindakan keagamaan yang dilakukan oleh manusia sebagai usaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan leluhurnya atau kegiatan gaib yang dianggab ada disekitar tempat tinggal mereka demi keselamatan dan kesejahteraan hidup bersama. 4. Konsep Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berintegrasi dalam lingkungannya. Kata masyarakat diambil dari Syarakat bahasa arab yang secara umum berarti saling berperan hingga pergaulan, sedangkan Society dalam bahasa Inggris memiliki arti sekumpulan kawan, teman sepergaulan. Masyarakat terdiri

13 dari individu-individu, lingkungan memberikan kepada individu tersebut potensi untuk berkembang dan tumbuh. Seperti apa yang dinyatakan oleh Haron bahwa. individu yang terpisah merupakan suatu abstraksi yang dikenal pada pengalaman (Haron Cooley, 1902). Masyarakat yang berarti pergaulan hidup manusia sehimpun orang yang hidup bersama dalam yang mengakibatkan terjadinya perlaku sosial masyarakat, dan selanjutnya akan mengarah pada pembentukan budaya di lingkungannya. Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan status sosial budaya masyarakat di lingkungannya melalui pola pendidikan, pekerjaan dan kebiasaan hidup sehari-hari, budaya tersebut sesuatu tempat dengan ikatan aturan tertentu, juga berarti orang, khalayak ramai. Di dalam masyarakat itu sendiri terdapat peranan-peranan dan kelompok-kelompok dalam menjalankan aktivitasnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor akan terbentuk dalam waktu yang lama. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama dan bercampur untuk waktu yang lama, yang masing-masing memiliki keinginan-keinginan, perasaan-perasaan yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan peraturanperaturan yang akan membentuk suatu kebudayaan (Sarjono Soekanto, 1990 : 27). Sedangkan menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang bersifat menetap dan yang terikat oleh satuan adat istiadat dan rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1990 : 148). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi nadran merupakan bagian dari kehidupan dan aktifitas masyarakat yang meliputi adat istiadat dan rasa kebersamaan yang tinggi.

14 5. Konsep Pelaksanaan Pelaksanaan menurut kamus besar bahasa Indonesia, bahwa pelaksanaan adalah suatu proses, cara, rancangan, keputusan dan lain-lain (Depdikbud, 1991 : 448). Sedangkan di dalam kamus lengkap bahasa Indonesia pengertian pelaksanaan adalah yang mengerjakan atau melakukan (rancangan dan sebagainya), ( Karta Saputra, 1992 : 162). B. Kerangka Pikir Adat istiadat merupakan bagian dari kehidupan manusia, dengan kata lain adat istiadat tidak dapat dipisah dari kehidupan manusia karena sebagian tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari, adat istiadat yang mereka jadikan pedoman dalam kehidupannya. Salah satunya adalah adat istiadat yang sudah biasa di lakukan atau di laksanakan oleh warga masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung adalah tradisi upacara nadran. Sebelum rangkaian upacara nadran di laksanakan sejumlah kegiatan perlombaan telah di lakukan seperti turnamen sepak bola anak nelayan, remaja nelayan, ibuibu nelayan, khitanan masal, pengobatan gratis, santunan untuk anak yatim piyatu, jalan sehat, istiqosah, pagelaran wayang, pawai kapal hias kelompok nelayan, taritarian serta kesenian tarling, semua kegiatan ini di gelar untuk menyemarakan acara nadran tersebut. Acara ini cukup besar dan melibatkan berbagai pihak, sehingga upacara ini sangat bermakna bukan hanya sebagai symbol kepercayaan bagi masyarakat nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.

15 Pelaksanaan tradisi upacara nadran sendiri mula-mula di awali dengan pemotongan Kepala Kerbau dan nasi tumpeng, serta di adakannya pagelaran taritarian dan hiburan rakyat tradisional seperti reog, jaipong, genjring, tari lampung, pencak silat dan lain-lain. Semua masyarakat nelayan Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras yang hadir hari itu tumplek blek (tumpah ruwah), menikmati pesta tahunan bagi masyarakat, hingga pesta ini menjadi begitu meriah. Kemeriahan pun tampak di dalam ruangan khusus di mana ibu-ibu dan bapakbapak nelayan yang di anggap kompeten menyiapkan meron yang akan di larung keesokan harinya. Meron sendiri merupakan miniatur kapal yang di dalamnya diisi dengan berbagaimacam sesaji yaitu kepala kerbau, kulit kerbau, dan berbagai macam sesaji yang nantinya akan diangkut kedalam perahu sungguhan untuk kemudian di larung ke tengah-tengah lautan sekitar (± 50 meter dari pantai). Ketika meron yang telah dimuat di dalam perahu berlayar, para penduduk masyarakat nelayan dengan perahunya masing-masing akan mengawal perahu yang membawa meron atau replika perahu ini untuk kemudian di larung. Ketika meron di larung para penumpang kapal yang ikut mengawal tadi akan berbondong-bondong terjun ke laut demi memperebutkan segala sesaji dari meron yang di larung tadi. Berbagai sesaji yang mereka dapat dari meron atau replika perahu yang sebelumnya di larung telah di bacakan mantra-mantra yang berbaur dengan asap dupa oleh tokoh adat, karena di yakini warga masyarakat nelayan bisa di jadikan jimat yang berkhasiat untuk menolak bala sekaligus mendatangkan rezeki

16 berlimpah ketika di bawa berlayar mencari ikan. Setelah meron di larung, sang tokoh adat pun yang tadi bertugas sebagai pembaca mantra akan mengambil air laut yang nantinya akan di pakai dalam upacara ruwatan pada malam berikutnya. Ruwatan sendiri adalah berupa upacara meminta keselamatan yang di tandai dengan di gelarnya pertunjukan wayang kulit dengan lakon tertentu. Air yang siang tadi diambil ketika upacara larung meron oleh sang tokoh adat dan telah di campur dengan air-air lainnya setelah upacara ruwatan usai akan di bagikan kepada warga sebagai ajimat agar senantiasa di beri keselamatan. Begitu upacara larung usai maka usai pulalah acara tradisi nadran ini dan para warga masyarakat nelayan pun pulang ke rumah masing-masing untuk kembali berkutat dengan rutinitas sehari-hari mereka yang tak lepas dari jaring dan perahu. Nadran dapat juga di artikan sebagai sebuah tradisi upacara pesta laut bagi masyarakat nelayan sebagai perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan-nya lewat hasil laut yang selama ini didapat. Selain itu, dalam upacara nadran sedekah laut juga dilakukan permohonan agar di beri keselamatan dalam melaut, serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang (Heriyani Agustina, 2009).

17 C. Paradigma UPACARA NADRAN Menyiapkan Meron Meron dibawa ke laut Mengadakan Upacara Ruwatan Upacara pesta laut masyarakat nelayan sebagai perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Keterangan : : Garis Pelaksanaan : Garis Tujuan

18 REFERENSI KamusBesar Bahasa Indonesia. 1984. Balai Pustaka : Jakarta. Halaman 1088. Atifin Zaenal. 2007. Tradisi Nadran Nelayan, http.www. indosiar.com. diakses pada 18 Desember 2011. J.S. Badudu. 2003. Kamus Kata-kata Serapan Asing : Jakarta Kompas. Halaman 349. Heriyani Agustina. 2009. Nilai-nilai Filosofi Tradisi Nadran Masyarakat Nelayan Cirebon, Realisasinya bagi Pengembangan Budaya Kelautan, Kepel Press, Yogyakarta. Haron Cooley. 1902. Sebuah Apreiasi Individu Dalam Masyarakat. Jakarta : PT Grasindo. Halaman 23. http://rudyct.tripod.com/sem1-023.htm. diakses pada tanggal 15 Maret 2010. Koentjaraningrat. 1990. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. Gramedia. Halaman 148. Sarjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Yogyakarta ; PT. Rajawali Perss. Halaman 27. Subagyo, 1997. Metode Penelitian.Jakarta: Gramedia. Proyek Sasana Budaya. 1977. Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta