BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dunia bisnis yang kompetitif menuntut pelaku bisnis untuk mengelola perusahaannya secara efektif dan efisien agar dapat memenangkan persaingan. Krisis ekonomi global yang terjadi pada September 2008, memiliki dampak ke seluruh sektor ekonomi di dunia. Hampir semua sektor ekonomi mengalami kelesuan dan hanya sedikit yang dapat bertahan. Krisis ekonomi global tersebut membuat daya beli masyarakat menurun, sehingga profitabilitas perusahaan cenderung menurun. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target rekayasa, melalui tindakan oportunis manajemen (agent) untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor (principal). Tindakan oportunis tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Salah satu cara yang dilakukan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan adalah manajemen laba, yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan pada saat tertentu. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka, mencapai tujuannya. Laba adalah hasil dari suatu periode yang telah dicapai oleh perusahaan, laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di 1
dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan, untuk melakukan penaksiran earning power perusahaan dimasa yang akan datang. Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktiva/besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma total aktiva. Manajemen perusahaan selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya oportunistik manajemen akan mengakibatkan laba yang dilaporkan semu, sehingga akan menyebabkan nilai perusahaan berkurang dimasa yang akan datang. Menurut Halim (2005) salah satu aspek perusahaan yang dinilai investor adalah kinerja perusahaan. Ukuran kinerja perusahaan yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah kinerja keuangan, diukur melalui laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil pencapaian suatu perusahaan. Salah satu cara yang dapat digunakan mengukur kinerja keuangan adalah dengan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Equity (ROE) yang merupakan perbandingan antara pendapatan bersih dengan modal. Rasio ini digunakan untuk mengukur 2
kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Dalam penelitian ini kinerja keuangan perusahaan diproyeksi dengan Return on Equity, dikarenakan pemilik saham lebih tertarik pada ROE, sebab ROE menentukan berapa besar peningkatan nilai saham mereka. Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang di perusahaan yaitu debt to equity ratio. Debt to equity ratio menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam membiayai utang yang dimiliki perusahaan. Peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bagi perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh besarnya modal sendiri yang dapat digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar penggunaan utang maka akan semakin besar kewajibannya. Pembayaran kewajiban tersebut lebih diprioritaskan dari pada profitabilitas. Penggunaan utang dalam sumber pendanaan mempunyai manfaat, seperti dapat mengurangi jumlah pembayaran pajak karena beban bunga tetap yang ditimbulkan dari utang berbeda dengan pembayaran deviden yang tidak dapat mengurangi pembayaran pajak (Sibuea, 2012). Namun, penggunaan utang juga mempunyai kerugian karena timbulnya ancaman akan biaya keagenan dan kebangkrutan. Maka jika DER semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas akan semakin rendah sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan profitabilitas. Penelitian Setiati dan Kusuma (2004) serta Marbeya dan Suaryana (2006) menyatakan bahwa DER berpengaruh terhadap profitabilitas. 3
Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan, salah satunya dapat diukur dari nilai logaritma total aktiva (asset) perusahaan (Riyanto, 2007;112). Semakin besar firm size akan mengakibatkan biaya yang lebih besar, sehingga dapat mengurangi profitabilitas. Perusahaan besar cenderung memiliki skala dan keleluasan ekonomis yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan (Priharyanto, 2009). Ukuran perusahaan sebagai logaritma dari total aktiva, perusahaan yang besar cenderung berinvestasi ke proyek yang mempunyai varian rendah dan risiko yang rendah, untuk menghindari laba yang berlebihan (Setiati dan Kusuma, 2004). Perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, mereka juga merumuskan perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil, karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana yang kemudian dapat meningkatkan profitabilitas. Sehingga semakin tinggi risiko suatu perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap tingginya risiko dan sebaliknya semakin rendah rasio perusahaan, semakin rendah tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap rendahnya risiko (Prihantoro, 2009). Penelitian Setiati dan Kusuma (2004) serta Marbeya dan Suaryana (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. 4
Adanya perbedaan hasil penelitian tentang hubungan DER, Ukuran Perusahaan dengan profitabilitas menunjukkan adanya fenomena ketidak konsistenan hasil penelitian. Kondisi ini membuat variabel ukuran perusahaan dan DER dengan profitabilitas menjadi semakin menarik untuk diteliti, dengan memasukkan satu variabel pemoderasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan variabel pemoderasi yaitu variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Pemoderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Alasan dipilihnya pertumbuhan laba sebagai pemoderasi adalah karena perusahaan yang bertumbuh adalah perusahaan yang memiliki pertumbuhan margin, laba dan penjualan yang tinggi. Pertumbuhan laba pada perusahaan bertumbuh lebih besar dibandingkan pada perusahaan tidak bertumbuh, karena kesempatan investasi pada periode berikutnya semakin besar. Setiati dan Kusuma (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan laba pada perusahaan bertumbuh lebih besar dibandingkan pada perusahaan tidak bertumbuh, karena kesempatan investasi pada periode berikutnya semakin besar. Sehingga pertumbuhan laba dapat digunakan sebagai penguat hubungan antara ukuran perusahaan, DER dengan profitabilitas. Penelitian Marbeya dan Suaryana (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan laba dapat memperkuat hubungan DER dengan profitabilitas. Sedangkan penelitian Setiati dan Kusuma (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan laba tidak dapat memperkuat hubungan DER dengan profitabilitas. Kemudian penelitian Marbeya dan Suaryana (2006) juga menyatakan bahwa pertumbuhan laba tidak 5
dapat memperkuat hubungan ukuran perusahaan dengan profitabilitas. Sedangkan penelitian Rasmini menyatakan bahwa pertumbuhan laba dapat memperkuat hubungan ukuran perusahaan dengan profitabilitas. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Marbeya dan Suaryana (2009) yang meneliti tentang pengaruh pertumbuhan laba terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan tingkat profitabilitasnya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio terhadap Profitabilitas dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah tersebut sebagai berikut : 1. Apakah ukuran perusahaan, Debt To Equity Ratio, berpengaruh terhadap Return on Equity secara parsial dan simultan? 2. Apakah ukuran perusahaan, Debt To Equity Ratio yang dimoderasi pertumbuhan laba berpengaruh terhadap Return on Equity secara parsial dan simultan? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 6
1. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap Return on equity (ROE). 2. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan yang dimoderasi pertumbuhan laba terhadap Return on equity (ROE). 3. Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return on equity (ROE). 4. Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio yang dimoderasi pertumbuhan laba terhadap Return on equity (ROE). 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak manajemen perusahaan manufaktur dalam penetapan kebijakan. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang pengaruh ukuran perusahaan, Debt to Equity Ratio terhadap return on equity (ROE). 3. Bagi Pihak Lain Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya melakukan penelitian mengenai topik-topik yang berkaitan, baik bersifat melanjutkan maupun melengkapi. 7