BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 53/PJ/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 53/PJ/2015 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)

BAB V PENUTUP. Bagian ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran-saran. Kesimpulan menjelaskan bagaimana

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang)

BAB 1 PENDAHULUAN. perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Meskipun kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB V PENUTUP. terhadap Kualitas Audit, maka penulis dalam bab ini akan memberikan saran. Adapun kesimpulan yang dapat penulisan berikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan dan pembangunan di negara kita ini, tentu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Diatur dalam pasal 1 angka 25 UU KUP Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak 2005 dan 2006 (Rp miliar)

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Penelitian ini mengajukan 5 (lima) hipotesis, yaitu : pemeriksaan kinerja. pemeriksaan kinerja

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sebagaimana telah diungkapkan pada BAB I bahwa penelitian ini bertujuan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I merupakan instansi vertikal

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-43/PJ/2015 TENTANG

LAPORAN INDUK SPMKP DAN SP2D DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH KANTOR PELAYANAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB II GAMBARAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI

SE - 67/PJ/2009 PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-40/PJ/2009 TENTANG TATA CARA P

BAB 5 PENUTUP. ditunjukan dengan nilai ketiga variabel yaitu; Kompetensi nilai mean 4.00,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG

A. CONTOH FORMAT PANGGILAN DALAM RANGKA PERTEMUAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2011:1). Untuk itu pemerintah melalui

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.03/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan intern, yang merupakan salah satu fungsi dari manejemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan merupakan suatu informasi akuntansi yang paling

BAB 3 METODE PENELITIAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN NOMOR SE-18/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENUNJUKAN PETUGAS PENILAI PAJAK

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak di Indonesia saat ini menganut sistem Self

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ.04/2007 TENTANG KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KHUSUS DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB V. Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. terhadap kinerja auditor di BPKP dan BPK-RI perwakilan wilayah Sumatera

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis pengaruh persepsi tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang

PETUNJUK PENGISIAN USUL PEMERIKSAAN KHUSUS. (Lampiran 1)

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

BAB 3 OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Kembangan. Sejak tanggal 29 maret 1994 berdasarkan Keputusan Menteri

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

BABl PENDAHULUAN. Penelitian ini mengangkat isu peningkatan remunerast, pelatihan,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak, dan empowering people (pengingkatan partisipasi masyarakat) pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber penerimaan terbesar negara saat ini salah satunya berasal dari pajak.

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

BAB I PENDAHULUAN. dimana dengan penerimaan pajak ini negara dapat membiayai semua kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi perusahaan dengan para pemangku kepentingan yang berisi informasi hasil

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. kode etik yang relevan (De Angelo, 1981). akuntabilitas dan tranparasi kinerja sektor publik. Berdasarkan Transparency

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 02/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. Banyak wajib pajak yang berpikiran bahwa pajak memberatkan masyarakat

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

BAB V PENUTUP. tahun 2013, menguji seberapa untuk mengetahui pertumbuhan jumlah wajib. pajak, pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2), perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENERAPAN e-spt TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Rata-rata pemeriksa pajak memiliki kompetensi dan etika yang tinggi yang ditunjukkan oleh nilai mean 4,11 dan 4,39. Kualitas pemeriksaan pajak juga menunjukkan kategori tinggi dengan nilai mean 4,25 untuk kualitas proses pemeriksaan pajak dan 3,99 untuk kualitas hasil pemeriksaan pajak. Rata-rata pemeriksa pajak mengalami tekanan waktu pada level tinggi yang ditunjukkan dengan nilai mean 4,17. Hal ini memberikan indikasi awal mengenai pengaruh kompetensi dan etika yang tinggi terhadap kualitas pemeriksaan pajak yang tinggi serta kemungkinan pengaruh tekanan waktu yang tinggi terhadap hubungan-hubungan tersebut. 2. Hipotesis yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas pemeriksaan pajak, baik dari sisi proses maupun hasil pemeriksaan pajak, terdukung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kompetensi pemeriksa pajak, maka akan semakin tinggi pula kualitas pemeriksaan pajak yang dihasilkan, baik dari sisi proses maupun hasil pemeriksaan. Kompetensi menggunakan 3 (tiga) proksi, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Kualitas proses pemeriksaan pajak ditunjukkan dengan ketaatan pada standar pemeriksaan pajak. Kualitas hasil pemeriksaan pajak lebih ditekankan pada hasil pemeriksaan yang didukung 120

121 dengan bukti yang kuat dan kompeten serta beberapa indikator kinerja utama kegiatan pemeriksaan. Indikator ini antara lain kontribusi bagi penerimaan negara, pengurangan nilai pengembalian pajak (restitusi) yang harus dibayarkan oleh negara kepada Wajib Pajak, dan kemampuan untuk mempertahankan hasil pemeriksaan di dalam proses keberatan dan banding. 3. Hipotesis yang menyatakan bahwa kompetensi yang dimoderasi oleh tekanan waktu menurunkan kualitas pemeriksaan pajak, baik dari sisi proses maupun hasil pemeriksaan, tidak terdukung. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pemeriksa pajak menghadapi tekanan waktu, namun dengan kompetensi yang dimiliki, hal tersebut tidak akan mengurangi kualitas pemeriksaan yang dihasilkan, baik dari sisi proses maupun hasil. Pemeriksa akan tetap taat pada standar pemeriksaan pajak dan menekankan pada hasil pemeriksaan yang didukung dengan bukti yang kuat dan kompeten, serta beberapa indikator kinerja utama kegiatan pemeriksaan. Tekanan waktu ini ditunjukkan dengan batas waktu penyelesaian penugasan pemeriksaan dan beban pekerjaan yang banyak. 4. Hipotesis yang menyatakan bahwa etika berpengaruh positif terhadap kualitas pemeriksaan pajak, baik dari sisi proses maupun hasil pemeriksaan pajak, terdukung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat etika pemeriksa pajak, maka akan semakin baik kualitas pemeriksaan yang dihasilkan, baik dari sisi proses maupun hasil pemeriksaan. Dimensi etika dalam hubungannya dengan lingkup tugas pemeriksa pajak antara lain meliputi integritas, independensi, obyektivitas, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.

122 Hal tersebut diambil dari kode etik pegawai DJP dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 1/PMK.3/2007 dan dijabarkan lebih lanjut dalam Surat Edaran Dirjen Pajak nomor SE-33/PJ/2007, serta standar umum pemeriksaan pajak. Kode etik menjadi pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan, yang mengikat pemeriksa pajak dalam melaksanakan pemeriksaan pajak. 5. Hipotesis yang menyatakan bahwa etika yang dimoderasi oleh tekanan waktu menurunkan kualitas pemeriksaan pajak, baik dari sisi proses maupun hasil pemeriksaan, tidak terdukung. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pemeriksa pajak menghadapi tekanan waktu, namun dengan etika yang dimiliki, hal tersebut tidak akan mengurangi kualitas pemeriksaan yang dihasilkan, baik dari sisi proses maupun hasil. Pemeriksa akan tetap menjaga dan melaksanakan etika sebagai pegawai DJP secara umum maupun sebagai pemeriksa pajak secara khusus ketika melaksanakan pemeriksaan pajak. 6. Temuan penelitian kualitatif melalui wawancara dapat mendukung dan menjelaskan hasil penelitian kuantitatif mengenai pengaruh kompetensi dan etika terhadap kualitas pemeriksaan pajak. Demikian juga untuk temuan penelitian kualitatif atas pengaruh interaksi antara kompetensi dan etika dengan tekanan waktu terhadap kualitas pemeriksaan pajak juga dapat mendukung dan menjelaskan hasil penelitian kuantitatif, meskipun terdapat beberapa pandangan berbeda dari beberapa responden yang diwawancara. Perbedaan pandangan ini merupakan pengayaan dalam cara pandang responden terhadap hubungan antar variabel-variabel tersebut.

123 5.2 Implikasi Hasil pengujian hipotesis penelitian dalam penelitian ini menimbulkan beberapa implikasi praktis maupun teoritis. 5.2.1 Implikasi Praktis Penelitian ini berimplikasi pada pemeriksa pajak sebagai ujung tombak dalam pemeriksaan pajak dan DJP sebagai pembuat kebijakan di bidang pemeriksaan pajak. Adanya pengaruh kompetensi dan etika terhadap kualitas pemeriksaan pajak yang dilaksanakan oleh pemeriksa pajak menunjukkan bahwa pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang dimiliki oleh pemeriksa pajak perlu juga ditunjang oleh etika dalam pelaksanaan pemeriksaan sebagai dua faktor yang tidak dapat dipisahkan dari diri pemeriksa. Dua faktor tersebut merupakan kebutuhan personil pemeriksa pajak dan sekaligus merupakan kebutuhan organisasi DJP dalam arti yang lebih luas. Lebih jauh peneliti menganjurkan agar DJP sebagai penentu kebijakan di bidang pemeriksaan perlu terus menjaga dan meningkatkan kompetensi pemeriksa pajak melalui pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan profesi. Upaya ini perlu juga diiringi dengan kebijakan terkait perumusan etika yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan. Pengawasan terkait dengan pelaksanaan kode etik pegawai juga perlu ditingkatkan. Sinkronisasi kebijakan terkait kompetensi dan etika pemeriksa pajak ini diyakini akan mampu meningkatkan kualitas pemeriksaan pajak, baik dari sisi proses maupun hasilnya.

124 Terkait dengan tekanan waktu, meskipun pemeriksa pajak dihadapkan pada aturan mengenai jangka waktu penyelesaian penugasan pemeriksaan, ternyata hal tersebut tidak mempengaruhi pemeriksa pajak dalam menghasilkan kualitas pemeriksaan pajak yang tinggi. Dari hasil wawancara dengan pemeriksa pajak diketahui bahwa untuk pemeriksaan lebih bayar, pemeriksa lebih berpatokan pada jatuh tempo penyelesaian pemeriksaan restitusi sesuai UU KUP, yaitu satu tahun. Untuk jangka waktu penyelesaian penugasan pemeriksaan sesuai dengan PMK nomor 199 tahun 2007 jo PMK nomor 82 tahun 2011 tidak terlalu mengikat kepada para pemeriksa pajak. Melihat kondisi ini, sebaiknya DJP menjadikan ukuran penyelesaian penugasan pemeriksaan sesuai dengan PMK tersebut sebagai unsur penilaian kinerja pemeriksa, dalam arti bahwa pemeriksa yang dapat memenuhi jangka waktu penyelesaian penugasan pemeriksaan sesuai dengan PMK tersebut hendaknya diberikan nilai tambah dalam pengukuran kinerja. 5.2.2 Implikasi Teoritis Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, hasil pengujian menunjukkan pengaruh kompetensi dan etika terhadap kualitas proses dan kualitas hasil pemeriksaan pajak. Selain itu, pengujian juga menunjukkan bahwa interaksi dua variabel bebas ini (kompetensi dan etika) dengan tekanan waktu tidak menurunkan kualitas proses dan kualitas hasil pemeriksaan pajak. Secara teoritis, hal ini mendorong arah riset selanjutnya untuk lebih spesifik meneliti variabelvariabel lain yang dapat mempengaruhi kualitas pemeriksaan pajak.

125 5.3 Keterbatasan Evaluasi atas hasil penelitian ini mempertimbangkan keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Responden yang dijadikan sampel terbatas pada jumlah maupun lingkup area tertentu. Peneliti hanya memilih pemeriksa pada KPP di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus sebagai responden penelitian. Oleh karena itu, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh pemeriksa pajak yang bertugas di Direktorat Jenderal Pajak. 2. Variabel bebas berupa kompetensi tidak dipecah ke dalam sub variabel yang lebih kecil seperti pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman, sehingga aspek kompetensi secara lebih detail tidak dapat dilihat pengaruhnya terhadap kualitas pemeriksaan pajak. Demikian juga untuk variabel bebas berupa etika tidak dipecah ke dalam sub variabel yang lebih kecil seperti integritas, independensi, obyektivitas, dan reponsibilitas, sehingga masing-masing aspek etika secara lebih detail tidak dapat dilihat pengaruhnya terhadap kualitas pemeriksaan pajak. 3. Pengujian yang dilakukan terhadap variabel terikat hanya dapat menguji pengaruh variabel bebas dan pemoderasi terhadap dimensi kualitas pemeriksaan pajak berupa kualitas proses dan kualitas hasil pemeriksaan sebagai variabel tersendiri. Pengaruh terhadap kualitas pemeriksaan pajak secara menyeluruh tidak terlihat.

126 4. Penelitian ini kurang mengeksplorasi variabel bebas lain yang mungkin berpengaruh terhadap kualitas pemeriksaan pajak, misalnya akuntabilitas, risiko audit, dan budaya organisasi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti. 5. Sesuai dengan rencana dan strategi pemeriksaan tahun 2012, selain diarahkan pada tujuan untuk memberikan kontribusi terhadap pencapaian penerimaan negara, pemeriksaan juga diharapkan memiliki efek penggentar (deterrent effect) dimana Wajib Pajak yang diperiksa akan menjadi lebih patuh di masa mendatang setelah dilakukan pemeriksaan. Dalam penelitian ini, peneliti belum melakukan analisis secara mendalam terkait dengan aspek kepatuhan Wajib Pajak tersebut. 5.4 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Peneliti selanjutnya sebaiknya memperluas wilayah dan objek penelitian, sehingga hasilnya dapat digeneralisasi untuk pemeriksaan pajak di seluruh instansi vertikal DJP. 2. Jika menggunakan PLS, pengujian dalam penelitian selanjutnya disarankan menggunakan analisis second order, sehingga pengaruh masing-masing aspek variabel bebas yang digunakan dapat terlihat secara lebil detail. 3. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat meneliti variabel-variabel lain yang mempengaruhi kualitas pemeriksaan pajak yang belum termasuk dalam model penelitian ini.

127 4. Penggunaan data sekunder berupa data kuantitatif sebaiknya diperbanyak dalam penelitian berikutnya untuk lebih menunjukkan secara lebih detail kualitas pemeriksaan pajak, seperti data kepatuhan Wajib Pajak setelah dilakukan pemeriksaan dan data jumlah produk pemeriksaan (SKP/STP) yang dapat dipertahankan dalam proses keberatan dan banding. 5. Jika menggunakan metode kualitatif sebaiknya jumlah responden yang diwawancara dapat mewakili pemeriksa untuk tiap-tiap kantor yang ada karena ada kemungkinan beban kerja pemeriksaannya berbeda.