I. PENDAHULUAN. juga meningkat, berdasarkan data dari BPS (2017), dari tahun terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di

ANALISIS LABA DAN SKALA USAHA PADA KANDANG CLOSED HOUSE PERUSAHAAN AYAM PETELUR DITEG FARM DI KECAMATAN KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya gizi

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

JURNAL PERBANDINGAN HASIL PRODUKSI TELUR DENGAN PENGGUNAAN KANDANG OPEN HOUSE DAN CLOSE HOUSE SEMI OTOMATIS DI PRAYOGO FARM KECAMATAN KANDAT KEDIRI

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Indonesia dengan populasi mencapai lebih dari 110 juta ekor (Data Direktorat

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata Kunci: Analisis pendapatan, Produksi telur, Mesin pakan otomatis

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 02 April--23 April 2014, di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT SKRIPSI WIDYA PITA LOKA E

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

PROGRAM PENCAHAYAAN (Lighting) TIM BROILER MANAGEMENT 2017

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang tepat dari para pelaku ekonomi. konsumen adalah sebagai pemasok faktor faktor produksi kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha peternakan ayam petelur berperan penting dalam menyediakan kebutuhan telur masyarakat sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan protein hewani. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, permintaan terhadap telur juga meningkat, berdasarkan data dari BPS (2017), dari tahun 2007-2015 terjadi peningkatan konsumsi telur dari 0,122 kg/kapita menjadi 1,940 kg/kapita. Peningkatan permintaan tersebut haruslah didukung dengan peningkatan produksi telur. Menurut data BPS (2016) produksi telur di Sumatra Barat selama 6 tahun terakhir (2009-2015) telah terjadi peningkatan dari 55.538 ton - 65.046 ton. Produksi telur ditentukan oleh usaha peternakan ayam petelur. Menurut Ardiansyah, dkk (2012) k eberhasilan usaha peternakan tidak terlepas dari tiga faktor penting, yaitu bibit, makanan dan manajemen. Ketiga faktor produksi ini saling terkait satu sama lain, semua faktor produksi harus diperhatikan dengan baik dan apabila ada salah satu faktor produksi saja yang kurang bagus pelaksanaannya, maka walaupun faktor produksi lain telah dilakukan dengan baik, tetap tidak dapat memberikan hasil yang bagus. Sumatera Barat merupakan daerah beriklim tropis yang umumnya memiliki suhu udara antara 20-23 o C, kondisi ini terkadang dapat menjadi tantangan bagi usaha peternakan ayam petelur, dimana suhu yang ideal untuk kehidupan ayam adalah 13-21 o C (Abbas, 2004). Agar dapat menyiasati kondisi tersebut, peternak dituntut untuk lebih memperhatikan faktor manajemen, dimana salah satu bagian dari faktor manajemen adalah sistem pemeliharaan. Upaya yang dapat dilakukan 1

dalam meningkatkan sistem pemeliharaan adalah dengan menggunakan sistem pemeliharaan kandang tertutup (closed house). Kandang closed house adalah kandang yang dindingnya dibuat dengan sistem tertutup dengan rapat sehingga sinar matahari, ventilasi dan kelembaban kandang diatur dengan mesin yang memerlukan konstruksi kandang tertentu. Kandang closed house memiliki beberapa keunggulan diantarannya, produksi telur pada kandang yang pemberian pakannya dengan menggunakan mesin pakan otomatis ( hopper), berpengaruh terhadap produktivitas telur (Primaditya, dkk., 2015). Hal ini mengakibatkan meningkatnya biaya produksi baik dari segi modal awal maupun biaya listrik yang jauh lebih tinggi daripada kandang open house karena penggunaan mesin, kipas, serta hopper yang memerlukan listrik berdaya tinggi. Perkembangan usaha ayam petelur di Sumatera Barat cukup pesat, karena ayam petelur merupakan salah satu komoditas yang memiliki peluang yang cukup besar. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2016 ), jumlah populasi ayam petelur di Sumatera Barat terus meningkat dari tahun 2009 sampai tahun 2016 yaitu dari 7.203.319 ekor menjadi 8.469.005 ekor. Kabupaten Pasaman Barat memiliki potensi yang sangat luar biasa dalam pengembangan ternak ayam ras petelur, karena didukung dengan ketersediaan bahan baku pakannya. Pasaman Barat merupakan salah satu daerah sentra penghasil jagung dan kelapa sawit. Berdasarkan data, jumlah ayam petelur didaerah ini telah mencapai 189.748 (Bapedalda Sumbar, 2014). Salah satu usaha peternakan ayam komersil dengan menggunakan sistem pemeliharaan kandang closed house di Sumatera Barat terdapat di Kabupaten 2

Pasaman Barat yang bernama Diteg Farm, dimana usaha ini merupakan bagian dari Gunung Nago Farm Group. Diteg Farm berlokasi di Kecamatan kinali, Kabupaten Pasaman Barat, dipimpin dan didirikan oleh Bapak Zamzami. Strain yang digunakan pada peternakan ini adalah strain Isa Brown yang merupakan ayam petelur tipe medium. Bahan pakan utama yang dipakai adalah jagung, dedak, serta bungkil dan bahan pakan lainnya yang dalam penyediaannya Diteg Farm masih berkoordinasi dengan Gunung Nago Farm. Sebagai Farm yang berskala industri, Diteg farm sudah memiliki catatan atau recording yang cukup baik, meliputi catatan kesehatan, produksi, kematian, serta penjualan. Diteg farm memiliki skala usaha 246.000 ekor dengan 2 sistem perkandangan yaitu 13 unit kandang open house dengan skala pemeliharaan 14.000 ekor ayam dan 2 unit kandang closed house dengan skala pemeliharaan 32.000 ekor ayam, akan tetapi untuk saat ini hanya 1 unit kandang closed house saja yang beroperasi dikarenakan 1 unit kandang closed house sedang dalam proses renovasi, dimana kedua jenis kandang tersebut menggunakan sistem battery. Penggunaan kandang closed house membutuhkan biaya produksi yang lebih besar karena kandang closed house membutuhkan konstruksi dan mesin tertentu untuk mengatur kelembaban. Menurut Sujana (2011) kandang closed house memiliki keunggulan dibandingkan kandang open house karena dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi tenaga kerja dengan terciptanya iklim mikro yang terkendali. Hal ini tentu dapat meningkatkan produksi, namun di sisi lain dengan penggunaan kandang closed house dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga perlu dikaji apakah peningkatan produksi telur dapat menutupi 3

peningkatan biaya produksi (biaya tetap) atau dengan kata lain apakah penggunaan kandang closed house dapat meningkatkan laba usaha peternakan Diteg farm. Untuk kontiniuitas keberlangsungan usaha, pemilik Diteg Farm harus mengetahui berapa skala minimal ternak ayam petelur yang harus dipelihara agar usaha ini bisa memperoleh keuntungan. Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk meneliti berapa biaya, dan laba yang diperoleh dengan sistem kandang closed house pada usaha peternakan Diteg Farm dalam satu bulan produksi, serta pada skala pemeliharaan berapa ekor ayamkah dengan kandang closed house ini berproduksi agar tidak mengalami kerugian dan memperoleh keuntungan, melalui penelitian dengan judul Analisis Laba dan Skala Usaha Pada Kandang closed house Perusahaan Ayam Petelur Diteg Farm Di Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat 1.2 Perumusan Masalah 1. Berapa besar biaya yang dikeluarkan dan penerimaan serta laba dari penjualan telur pada Diteg Farm dengan sistem kandang closed house dalam satu bulan produksi. 2. Berapa skala pemeliharaan ayam minimal dan Margin of Safety (MoS) di kandang closed house pada Diteg Farm. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan serta laba dari penjualan telur pada Diteg Farm dengan sistem kandang closed house dalam satu bulan produksi. 4

2. Untuk mengetahui berapa skala pemeliharaan ayam minimal dan Margin of Safety (MoS) di kandang closed house pada Diteg Farm. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi jalannya perusahaan, atau mengembangkan usaha. 2. Bagi Peneliti, sebagai pedoman, sumber informasi dan referensi untuk penelitian dengan topik biaya, laba, efisiensi serta skala usaha. 5