BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV UJI LABORATORIUM

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Persiapan : - Studi literatur - Survey ke Ready Mix CV. Jati Kencana Beton

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

dengan menggunakan metode ACI ( American Concrete Institute ) sebagai dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

untuk mencapai workabilitas dan nilai slump rencana terhadap kuat tekan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

Prosedur penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Pelaksanaan Penelitian Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI SUHU TERHADAP KUAT TEKAN BETON

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat

BAB III METODE PENELITIAN

pemecahan masalah. Agar penelitian tersebut berjalan lancar, runtut, dan terarah,

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB IV METODE PENELITIAN A.

BAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON DENGAN DESAIN KOMPOSISI AGREGAT LOKAL BATU PECAH MARTAPURA DAN KORAL AWANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

Penentuan faktor air semen ini menggunakan metode Inggris

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara ilmiah yang dimaksud adalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

1.2. TUJUAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi III (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 2) Variabel terikat yaitu jenis material yang sama (semen, pasir, kerikil), mutu beton yang direncanakan f c 22,5 MPa. Benda uji berupa silinder dengan diameter 15 cm, tinggi 30 cm, dan jumlah 18 buah tiap variasi (masing-masing 8 untuk uji kuat tekan pada usia beton 14 dan 28 hari, dan 2 untuk uji kuat tarik). 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian berasal dari Laboratorium Bahan dan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang. 3.2.2 Bahan Bahan yang menjadi objek penelitian ini adalah agregat kasar dengan ukuran 1/1, 1/2, 2/3 dari stone crusher didaerah tugu, Semarang. Bahan lain yang digunakan adalah semen, agregat halus (pasir), dan air. 3.3 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisa dan pembahasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir tahap penelitian. 25

MULAI PERMASALAHAN IDE STUDI & TINJAUAN LITERATUR PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN PASIR SPLIT SEMEN UJI & ANALISIS PASIR UJI & ANALISIS SPLIT UJI & ANALISIS SEMEN MIX DESIGN TAHAP PERSIAPAN PEMBUATAN BETON, UJI WORKABILITAS & AIR CONTENT PERAWATAN BETON UJI KARAKTERISTIK BETON : 1. ANALISIS BERAT 2. KUAT TEKAN, TARIK, POLA RETAK TAHAP PELAKSANAAN ANALISIS HASIL UJI BETON : 1. ANALISA KEKUATAN (KUAT TEKAN, TARIK, BERAT, BERAT JENIS, WORKABILITAS PENGAMATAN POLA RETAK). 2. ANALISA EKONOMI (ANALISIS BIAYA). KESIMPULAN & SARAN TAHAP ANALISIS & PEMBAHASAN SELESAI Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Penelitian 26

3.3.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini, seluruh bahan dan peralatan yang digunakan dipersiapkan terlebih dahulu agar percobaan dapat berjalan dengan lancar, termasuk penyediaan agregat kasar dengan tiga variasi ukuran, dan studi literatur yang dijadikan acuan dan dasar dalam melakukan percobaan.. Pada tahap persiapan dilakukan langkah langkah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan agregat halus (Pasir), meliputi : Uji dan analisis sesuai SK SNI yaitu analisa saringan, kadar air asli, kadar air Saturated Surface Dry (SSD), kadar lumpur, berat isi asli dan SSD, berat jenis asli dan SSD. 2. Pemeriksaan agregat kasar, meliputi : Uji dan analisis sesuai SK SNI yaitu analisa saringan, kadar air asli, kadar air Saturated Surface Dry (SSD), kadar lumpur, berat isi asli dan SSD, berat jenis asli dan SSD. 3. Pemeriksaan semen portland, meliputi : Uji dan analisis sesuai SK SNI yaitu analisis berat jenis semen, konsistensi normal, dan pengikatan awal. 4. Mix design dengan metode DOE setelah semua data yang diperlukan pada pemeriksaan bahan campuran diperoleh. 3.3.2 Tahap Pelaksanaan 3.3.2.1 Pembuatan benda uji dan pengujian workabilitas dan air content. Benda uji berbentuk silinder sebanyak 18 buah setiap variasi. Pembuatan adukan beton dilakukan sesuai SK SNI T 28 1991 03 dan harus memperhatikan hal hal sebagai berikut : a. Menakar seluruh campuran yang dibutuhkan, baik semen, pasir, kerikil dan air sesuai dengan mix design. b. Menyiapkan alat sesuai kebutuhan. c. Untuk cetakan benda uji silinder, perlu diperhatikan kekencangan baut-bautnya dan harus diolesi dengan pelumas terlebih dahulu. d. Pembuatan adukan harus memperhatikan waktu, karena suhu panas di siang hari dapat mempengaruhi hasil adukan. e. Perawatan ( curing ), Perawatan benda uji dilakukan dengan cara perendaman. Perawatan beton ini bertujuan untuk menjamin proses hidrasi semen dapat 27

berlangsung dengan sempurna, sehingga retak-retak pada permukaan beton dapat dihindari serta mutu beton yang diinginkan dapat tercapai. Langkah langkah pembuatan adukan beton : 1. Persiapan Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalan tahapan persiapan ini, yaitu membersihkan semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton, membersihkan cetakan silinder yang akan diisi dengan beton agar bebas dari kotorankotoran yang mengganggu, dan mengoleskan minyak pelumas pada permukaan dalam silinder agar cetakan mudah dibuka. Gambar 3.2. Persiapan material Cetakan silinder setelah dibersihkan dan diberi oli Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan adukan beton antara lain : a. Timbangan b. Stopwatch c. Molen dan mesinnya d. Cetok 5 buah e. Meteran f. Besi penumbuk g. Kerucut Abrams h. 18 buah cetakan silinder beton i. 1 buah gerobak pengangkut j. Loyang pengaduk 3 buah k. Papan triplek berukuran 40 cm x 40 cm l. 1 set alat uji air content 2. Pembuatan adukan beton Langkah-langkah pembuatan adukan beton yaitu: 28

a. Memasukkan bahan bahan yang telah ditakar kedalam molen dengan urutan sebagai berikut: Memasukkan semen, pasir, agregat kasar secara bergantian. Memutar molen hingga adukan terlihat homogen. Memasukkan air sedikit demi sedikit ke dalam molen. b. Memutar molen selama 10 menit agar campuran merata. Untuk memastikan sudah merata, molen dibolak balik dengan kemiringan tertentu, namun jangan sampai menumpahkan isi molen. Jika adukan beton terlihat menggumpal dipermukaan molen, sesekali dapat diaduk dengan sekop agar material yang menggumpal bisa ikut tercampur merata. c. Menuangkan campuran diatas loyang untuk pengujian nilai slump. d. Menuangkan sisa campuran ke dalam loyang untuk dicetak. Gambar 3.3. Penuangan material Pencampuran material beton Gambar 3.4. Penuangan adukan ke dalam loyang 3. Pengujian Workability Pemeriksaan workability dalam Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan kerucut Abrams. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut : 29

a. Campuran beton tersebut sesegera mungkin dimasukkan kedalam kerucut secara bertahap, sebanyak 3 lapisan dengan ketinggian yang sama. Setiap lapis dipadatkan dengan cara ditusuk dengan menjatuhkan secara bebas tongkat baja berdiameter 16 mm, panjang 60 cm. Dilakukan sebanyak 25 kali untuk tiap lapis. b. Meratakan adukan pada bidang atas kerucut Abrams dan didiamkan selama 30 detik. c. Mengangkat kerucut Abrams secara perlahan dengan arah vertikal keatas, diusahakan jangan sampai terjadi singgungan terhadap campuran beton. d. Pengukuran slump dilakukan dengan memposisikan kerucut Abrams di sebelah adukan. Kemudian dilakukan pengukuran ketinggian penurunan, yang dihitung terhadap bagian atas kerucut Abrams. e. Pengukuran nilai slump merupakan nilai rata rata tiga pengukuran yaitu d1, d2, d3 dirumuskan sebagai berikut : d rata-rata = (d1 + d2 + d3) /3 keterangan : d rata-rata = nilai slump rata-rata d1 = pengukuran slump titik pertama d2 = pengukuran slump titik kedua d3 = pengukuran slump titik ketiga Gambar 3.5. Pengisisan campuran beton ke dalam kerucut Abrams 30

Gambar 3.6. Pengukuran slump 4. Pengujian Air Content Langkah-langkah pengujian Air Content adalah sebagai berikut : a. Memasukkan campuran beton ke dalam alat uji Air Content dalam 2 tahap pengisian dan dipadatkan dengan ditusuk-tusuk dengan tongkat baja 25 kali. b. Permukaan Campuran beton diratakan hingga rata dengan tepi dan tidak tercecer agar alat dapat tertutup sempurna. c. Membuka klep untuk memasukkan air. Kemudian air dimasukkan hingga bacaan nol pada tabung sparatus. Klep ditutup kembali. d. Pasang pompa pada lubang pengisian udara. Kemudian pompakan udara kedalam alat uji hingga pada alat pengukur tekanan udara terbaca 1 atm. e. Menunggu selama 30 detik, kemudian membaca penurunan pada sparatus. (c) Gambar 3.7. Pemasukan beton Perataan permukaan (c) Pengisian air 31

Gambar 3.8. Pemompaan udara Pembacaan penurunan air pada sparatus 5. Pembuatan Benda Uji Silinder Untuk setiap variasi dibuat 18 buah benda uji, sedangkan pembandingnya dibuat 9 buah benda uji. Adapun cara pembuatan benda uji silinder adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan cetakan silinder yang telah diolesi dengan oli. b. Memasukkan campuran beton tadi kedalam cetakan silinder dalam 3 kali pengisian. Masing-masing lapis ditumbuk sebanyak 25 kali dengan alat penumbuk. c. Meratakan bagian samping dengan cetok agar rata dan padat. d. Setelah penuh, meratakan dan memadatkan bagian atas cetakan dengan cetok. Gambar 3.9. Pengisian campuran beton ke cetakan Penumbukan dan perataan dengan cetok 32

Gambar 3.10. Campuran beton setelah diratakan permukaannya 5. Perawatan beton / Curing Perawatan benda uji dilakukan dengan cara perendaman. Perawatan beton ini bertujuan untuk : a. Menjamin proses hidrasi semen dapat berlangsung dengan sempurna, sehingga retak-retak pada permukaan beton dapat dihindari. b. Mutu beton yang diinginkan dapat tercapai. c. Menghindarkan beton dari kehilangan air semen yang banyak pada saat-saat setting time concrete. d. Menghindarkan perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar. Adapun cara perendamannya adalah sebagai berikut : a. Setelah 24 jam, cetakan silinder beton dibuka. b. Kemudian silinder beton dimasukan ke dalam bak perendaman. c. Perendaman dilakukan sampai umur beton tertentu (14 dan 28 hari).. 3.3.2.2 Pengujian dan pengamatan sampel beton 1. Pengujian Berat Jenis Pengujian berat jenis beton dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan pengukuran berat dan volume dan dengan air raksa. Hal ini dilakukan dengan tujuan membandingkan hasil pengukuran dari metode metode tersebut sehingga dapat diketahui metode yang paling akurat dan efisien. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Dengan pengukuran berat dan volume a. Menimbang sampel beton. b. Mengukur diameter dan tinggi sampel beton. 33

c. Menghitung volume sampel beton. Adapun perhitungannya dirumuskan sebagai berikut : w γ = v Keterangan : γ : berat jenis ( gr / cm3 ) w : berat sampel beton ( gram ) v : volume sampel beton ( cm3 ) Untuk pengujian berat jenis beton dengan menggunakan pengukuran berat ini perlu dilakukan pengecekan terhadap dimensi cetakan silinder beton. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah dimensi cetakan silinder mengalami perubahan setelah digunakan dalam waktu yang cukup lama yang mungkin terjadi akibat material-material yang menempel pada dinding cetakan. Jika terjadi perubahan dimensi, diameter tidak tepat 15 cm dan tinggi tidak tepat 30 cm, maka volume juga akan sedikit berubah sehingga perhitungan berat jenis juga akan sedikit berubah. Gambar 3.11. Pengukuran dimensi cetakan silindar 2. Dengan air raksa a. Menimbang berat sampel beton untuk uji berat jenis (w 1 ). b. Memasukkan sampel beton kedalam air raksa sampai permukaan air raksa terlihat rata. c. Menimbang air raksa yang tumpah akibat sampel beton yang dimasukkan (w 2 ). d. Menghitung berat jenis benda uji dengan rumus : 34

w γ = 1 w2 13,6 Keterangan : γ w 1 w 2 : berat jenis (gr / cm3) : berat sampel beton (gram) : berat air raksa (gram) 13.6 : berat jenis air raksa (c) Gambar 3.12. (c) Pengukuran berat jenis beton dengan air raksa 2. Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian kuat tekan beton yang dilakukan pada umur beton 14 dan 28 hari dengan benda uji sebanyak 8 sampel tiap variasi tiap umur beton. Langkahlangkahnya sebagai berikut : a. Silinder beton diangkat dari rendaman 1 hari sebelum pengujian, kemudian diangin-anginkan hingga kering permukaan. b. Setelah dikeringkan selama 1 hari, kemudian sampel beton ditimbang dan dicatat beratnya. c. Melakukan caping pada bagian permukaan atas dari silinder yang akan diuji kuat tekannya agar permukaannya rata, sehingga hasil kuat tekan lebih akurat. 35

d. Pengujian kuat tekan dengan menggunakan mesin uji tekan beton. e. Meletakkan sampel beton ke dalam alat penguji, lalu menghidupkan mesin dan secara perlahan alat menekan sampel beton hingga tercpai kuat tekan maksimumnya (dibaca dari jarum indikator compression apparatus). f. Mencatat hasil kuat tekan beton untuk tiap sampelnya. g. Menghitung kuat tekan benda uji dengan rumus : Kuat tekan beton f c = A P (N / mm 2 = MPa) Keterangan : P = beban maksimum (N) A = luas benda uji (mm 2 ) P Compression Tension Failure Cenderung terlempar keluar Gambar 3.13. Pengujian Kuat Tekan Beton. Akibat gaya normal tekan tersebut, beton akan mengalami retakan dengan pola yang mendekati sejajar dengan arah gaya. Namun pada kenyataannya, pola retakan bisa miring membentuk sudut tertentu terhadap garis tegak lurus arah gaya. Hal ini disebabkan karena kecilnya kemampuan geser yang dimiliki. 36

Gambar 3.14. Uji Kuat Tekan Beton variasi 1 umur 14 hari variasi 1 umur 28 hari Gambar 3.15. Uji Kuat Tekan Beton variasi 2 umur 14 hari variasi 2 umur 28 hari Gambar 3.16. Uji Kuat Tekan Beton variasi 3 umur 14 hari variasi 3 umur 28 hari 37

Gambar 3.17. Uji Kuat Tekan Beton pembanding umur 14 hari pembanding umur 28 hari 3. Pengujian Kuat Tarik Beton Pengujian kuat tarik beton yang dilakukan pada umur beton 28 hari dengan benda uji sebanyak 2 sampel tiap variasi. Langkah-langkah pengujian kuat tarik beton adalah : a. Silinder beton diangkat dari rendaman 1 hari sebelum pengujian, kemudian diangin-anginkan atau dilap hingga kering permukaan. b. Menimbang dan mencatat berat sampel beton. c. Pengujian kuat tarik dengan menggunakan mesin uji tarik belah beton. d. Menyiapkan alat uji tarik belah beton, kemudian memasangkan sampel beton dengan setepat mungkin agar didapat hasil yang akurat. e. Menghidupkan mesin dan secara perlahan alat menekan sampel beton hingga sampel beton terbelah. f. Mencatat hasil kuat tarik beton untuk tiap sampelnya. Gambar 3.18. Uji Kuat Tarik Beton Umur 28 Hari variasi 1 variasi 2 38

Gambar 3.19. Uji Kuat Tarik Beton Umur 28 Hari variasi 3 pembanding Adapun rumusan perhitungan kuat tarik adalah sebagai berikut (Chu-Kia Wang dkk, 1986) : Pu A d L B Pu Gambar 3.20. Perhitungan kuat tarik ft = 2Pu πld Keterangan : ft : kuat tarik (MPa) L : tinggi benda uji (mm) d : diameter benda uji (mm) Pu : gaya (N) π : 3,14 4. Pengamatan Pola Retak Setelah dilakukan uji kuat tekan, pola retak yang terjadi pada benda uji diamati. Dalam variasi yang sama, jika pola retak yang dihasilkan sama berarti campuran betonnya homogen. Pola retak dari benda uji yang telah diuji diamati dan diklasifikasikan bentuk pola retaknya. 39

3.3.3 Tahap Analisa Hasil Uji Beton. 1. Analisa kekuatan Data yang diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan, kuat tarik, berat, berat jenis, dan workabilitas beton selanjutnya diolah menggunakan analisis statistik dengan program SPSS.14 atau Microsoft Excel. 2. Analisa Ekonomi Dilakukan perhitungan nilai ekonomis dari tiap variasi sampel agar tiap variasi dapat dibandingkan nilai ekonomisnya dengan sampel beton yang menggunakan batu pecah ukuran 1/2. 3.3.4 Kesimpulan dan Saran. Tahap selanjutnya setelah analisa hasil uji beton adalah pembahasan dan penarikan kesimpulan serta saran yang dapat diberikan. 40