I. PENDAHULUAN. Salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia berada pada posisi yang strategis antara dua benua dan

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul

HANS PUTRA KELANA F

I. PENDAHULUAN. Mutu sudah menjadi isu penting dalam menciptakan keunggulan perusahaan di

EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL. Oleh: TIMOR MAHENDRA N C

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri makanan dan minuman di Indonesia pada saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut dapat bersaing dalam era perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, manager produksi harus mempunyai

The Hazard Analysis and Critical Control Point System

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas)

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya persaingan di era globalisasi saat ini, maka

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

Negara Indonesia dengan areal pertanian yang luas dan subur merupakan. tempat yang ideal bagi industri pertanian. Pertanian mempakan sektor yang amat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini globalisasi telah menjangkau berbagai aspek kehidupan.

I. PENDAHULUAN. perkembangan dunia bisnis semakin pesat yang didukung oleh kemajuan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi dan

EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Genap 2104/2015. EMA503 - Manajemen Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sedang berlangsung dan yang akan datang, Indonesia diperkirakan akan. agar mampu memenangkan persaingan dan memperoleh profit atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara, Uni Eropa (UE) di Eropa dan NAFTA di Amerika Utara

BAB I PENDAHULUAN. natural gas/lng) terbesar di dunia. Berdasarkan artikel pada Harian Kompas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini globalisasi telah menjangkau berbagai aspek kehidupan sehingga secara

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Ganjil 2016/2017. EMA503 - Manajemen Kualitas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka harapkan dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan tuna

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dituntut untuk memberikan kualitas yang terbaik dalam produk maupun jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN meluasnya globalisasi produksi, distribusi dan pasar. Revolusi teknologi clan informasi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena PR mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu instansi tersebut.

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. minyak goreng, margarine, shortening, food emulsifier, coffee whitener, filled

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perdagangan bebas saat ini, batasan-batasan perdagangan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Situasi persaingan ekonomi global saat ini sudah sedemikian tajam dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat bersaing dalam dunia

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk-produk pangan untuk tetap dapat hidup dan. menyehatkan, aman untuk dikonsumsi dan praktis untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Asean sebagai basis produksi pasar dunia. Dilanjutkan dengan WTO ( World Trade Organization ) yaitu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

Pembahasan Materi #8

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, pemberlakuan

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi bisnis serta pertumbuhan ekonomi dunia adalah makin meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kesadaran manusia &an kualitas produk pangan dan dampaknya bagi kesehatan. Pada gilirannya, kesadaran ini melahirkan tuntutan terhadap jaminan keamanan dan mutu atas makanan yang &an dikonsumsi. Bertitik tolak dari tuntutan tersebut maka negara-negara pengimpor produk makanan terutama produk pangan yang termasuk dalam produk cepat busuk (perishable product) cenderung memperketat peraturan mengenai sistem pengawasan manajemen mutu. Beberapa sistem telah dikembangkan untuk melindungi konsumen seperti QMP (Quality Management Program) atau sekarang lebih populer disebut 'HACCP-Plus' yang dikembangkan oleh Canada, HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) yang dikembangkan oleh Amerika Serikat (USA), Own-Health Check Sistem yang dikembangkan oleh Uni Eropa (UE) dan peraturan-peraturan Codex Alimentarius yang diterbitkan oleh FA0 (Food dan Agricultural organization) dan WHO (World Health: Organization) dari PBBKJN (Perserikatan Bangsa-Bangsamnited Nations). Selain itu juga ISO-9000 yang dikembangkan oleh Internasional Standard Organization yang menerbitkan standar manajemen mutu berdasarkan pendekatan terhadap elemen manajemen untuk dapat memberikan jaminan mutu kepada pelanggan dari produk atau jasa yang diproduksi. Secara umum sistem-

sistem tersebut mempunyai filosofi yang sama yaitu bahwa hanya dari bahan baku yang bermutu baik apabila ditangani, diolah dan didistribusikan dengan cara-cara yang baik dan benar maka akan dihasilkan produk akhir yang aman dan bermutu baik pula, sehingga teori-teori tersebut menekankan pada pengawasan yang menjamin mutu sejak bahan baku hingga produk akhir (Mortimore dan Carol, 1998). Sejalan dengan tuntutan yang ketat dari negara-negara pengimpor ini, maka Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor berusaha mencapai kesesuaianl ekivalensi (equivalency) sistem manajemen mutu produk pangan yang diterapkan di Indonesia dengan sistem yang diterapkan oleh negara-negara pengimpor, sehingga diharapkan produk-produk pangan yang berasal dari Indonesia dapat diterima di negara-negara pengimpor tersebut. Ekivalensi sistem manajemen mutu ini juga diperlukan dalam rangka menghadapi tantangan perdagangan bebas yang ditandai dengan terbentuknya AFTA, APEC, NAFTA, PTE serta GATT yang akan melibatkan perekonomian Indonesia pada perdagangan yang lebih kompetitif dalam era globalisasi ini. Pengembangan dan penerapan sistem manajemen mutu khususnya yang berdasarkan konsepsi HACCP tidak lepas dengan aspek kelayakan dasar (pre- requisite), karena aspek ini merupakan persyaratan disar untuk dapat mengembangkan dan menerapkan program HACCP. Sebelum suatu unit pengolahan itu dikatakan mampu mengembangkan dan menerapkan program HACCP secara efektif, bila kelayakan dasar (pre-requisite) dari unit pengolahan tersebut telah memenuhi persyaratan dalam teknik sanitasi dan higiene maupun dalam tata cara berproduksinya.

Salah satu produsen makanan di Indonesia yang mulai merencanakan menerapkan sistem manajemen mutu ini adalah PT. Cadbury Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari Cadbury Schweppes. Hal utama yang mendorong Cadbury mulai menerapkan sistem manajemem mutu pangan karena teknologi dan globalisasi bisnis telah menciptakan lingkungan persaingan bm di Abad 21 ini. Teknologi dan globalisasi telah berinteraksi untuk menciptakan revolusi yang berkelanjutan. Secara khusus, pengembangan dan penggunaan teknologi baru telah meningkatkan globalisasi. Cadbury Schweppes sendiri lebih menekankan pasar global daripada wilayah-wilayah tertentu di dunia. Penekanan pada pasar global ini difasilitasi oleh perkembangan teknologi. Jelas bahwa, arena internasional menampilkan peluang sekaligus ancaman bagi perusahaan-perusahaan yang sedang mencari daya saing strategis di pasar-pasar global. Batas-batas nasional, perbedaan budaya, dan geografis tidak lagi menjadi halangan bisnis untuk memasuki banyak pasar. Salah satu strategi untuk dapat memasuki pasar global ini, maka Cadbury Indonesia mulai menerapkan sistem manajemen mutu untuk hasil produksinya. Hal ini disebabkan, Cadbury Indonesia tidak hanya bersaing dengan perusahaan di luar Cadbury, tetapi Cadbury Schweppes menerapkan sistem persaingan internal, artinya Cadbury Indonesia juga bersaing dengan sesama Cadbury, misalnya. Cadbuy Malaysia, Thailand, dan Singapura. Area yang dinilai tidak memberikan keuntungan maka akan ditutup. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat produktivitas perusahaan dan seberapa rendahnya tingkat harga produk, namun lebih kepada kualitas produk. Hal ini membuat pergeseran persaingan bisnis dan menuntut

kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi dunia. Cadbury Indonesia sudah memutuskan untuk bersaing di Asia Pasifik. Cadbury Indonesia harus memilih strategi dan cara-cara memasuki pasar internasional. Managemen Cadbury Indonesia mengutamakan dan berkomitmen kualitas di atas segala-galanya. 1.2. Perurnusan Masalah Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas / mutu suatu barang yang dihasilkan. Manajemen mutu bisa memberikan keuntungan, tetapi bisa juga mengakibatkan pemborosan. Upaya mutu yang berhasil cenderung mengikuti model Deming dan Juran dalam Ariani (1999), yang mengejar mutu melalui perbaikan proses yang terns menerus (continuous improvement process) dalam menghasilkan produk atau jasa. Hasilnya sangat nyata dalam mendongkrak keuntungan sehingga dapat meyakinkan semua pihak, baik karyawan, manajemen, maupun pemegang saharn bahwa mutu adalah kunci sukses (Gaspersz, 2002). Sebaliknya, upaya mutu yang gagal biasanya cenderung memperlakukan mutu sebagai suatu ha1 yang dipikir belakangan, yang mengandalkan pada pemeriksaan akhir dan ternyata tidak membuahkan hasil secara keselumhan. Hal ini menguatkan mitos bahwa mutu yang tinggi berarti juga biaya tinggi. Dalam industri makanan, bila hanya mengandalkan pemeriksaan pada akhir proses, justru tidak memberikan jaminan bahwa hasil produksi akan sesuai dengan mutu yang diharapkan. Berdasarkan pemikiran in;, maka munculah Analisa Bahaya / Risiko dan Pengendalian Kritis - HACCP (Hazard Analysis

Citical Control Points). HACCP ini adalah proses pengendalian kualitas untuk meningkatkan keamanan pangan (Berterfield, 1994). Pada tanggal 18 Desember 1995, the Food and Drug Administration (FDA), suatu badan yang mengatur semua makanan, kecuali daging dan unggas yang diatur oleh USDA (the United States Departmen of Agriculture), mengeluarkan atau mempublikasikan 21 CFR123, Procedures for the Safe dun Sanitary Processing dun Importing of Fish dan Fishery Product, sebagai suatu peraturan standar. USDA menetapkan peraturan-peraturan HACCP sebagai standar keamanan makanan dalam area lain secara keseluruhan dari industri makanan. Secara spesifik dapat dikatakan bahwa HACCP merupakan suatu sistern manajemen kualitas yang secara efektif dan efisien menjamin keamanan hasilhasil pertanian sampai menjadi makanan siap santap di dunia secara keseluruhan (Gravin dan David, 1994). Sistem HACCP melakukan analisa dan pengendalian secara seksama terhadap bahaya atau resiko biologis, kirnia, dan fisik dari bahan baku produksi, pengadaan dan penanganan proses dalam industri manufakturing, distribusi dan konsumsi dari produk akhir. Sistem HACCP ini didesain untuk penggunaan dalam semua segmen dari industri makanan, sejak penanaman, pemanenan, pemrosesan, pengolahanlmanufakturing, pendistribusian, dan penjualan hingga penyiapan makanan untuk konsumsi - HACCP mencegah masalah-masalah bahaya yang mungkin terjadi dalam produk-produk akhir dari Cadbury Indonesia. Dengan diterapkannya Analisa Bahaya / Risiko dan Pengendalian Kritis di PT. Cadbury Indonesia ternyata tidak menyebabkan turunnya keluhan

konsumen, seperti terlihat pada Gambar 1. Jumlah Keluhan tahuu 2004 PT. Cadbury Indonesia berdasarkan KPI's (key performance indicator) supply chain. Complaints Rate PT. Cadbury Indonesia 2004 0.500 0.400 + 0.300 a g 0.200 0.100 0.000 - N m * u, ~ r. m m O - N m aaaaaaaaa---- aaaa Period Gambar 1. Grafik Jumlah Keluhan tahun 2004 PT. Cadbury Indonesia (Sumber : KPI's (key performance indicator) supply chain PT. Cadbury Indonesia, 2004) Dari Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa sistem analisa bahaya pada pengendalian kritis belum dapat mencegab penyimpangan dari parameter yang sudah ditentukan. Meskipun jumlah keluhan setiap periode menurun tetapi penurunan tersebut tidak sebesar yang diharapkan. Untuk menjawab permasalahan yang dihadapi PT. Cadbury Indonesia, maka penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Bag3mana lingkungan dan kondisi-kondisi operasi dasar yang diperlukan dalam meuerapkan sistem analisa bahaya melalui pengendalian titik kritis? 2. Bagaimana efektivitas dari program-program prasyarat yang hams dievaluasi selama proses desain dan implementasi setiap rencana HACCP?

3. Pada tahap apakah PT. Cadbury Indonesia saat ini berada dan bagaimana posisi persaingan perusahaan ini dalam lingkup Cadbury Schweppes Asia Pasifik? 4. Bagaimana strategi manajemen mutu yang dapat sei.aiu diimplementasikan dan dipelihara dalarn rencana HACCP? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasikan kriteria kondisi-kondisi operasi dasar manufakturing yang menjadi penyebab penghalang perusahaan dalam meingimplementasikan dan memelihara rencana HACCP. 2. Mengevaluasi penyimpangan pelaksanaan program kelayakan dasar dalam rencana HACCP. 3. Menentukan posisi Cadbury Indonesia di Asia Pasifik 4. Merumuskan saran perbaikan untuk menjelaskan posisi Cadbury Indonesia 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan,. untuk dapat membvtu menganalisa kendala yang dihadapi serta memberikan pertimbangan bagi pengambilan keputusan dan penentu kebijakan strategi manajemen kualitas perusahaan. Selain itu, kerangka berpikir dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dasar akan pemahaman industri sebagai dasar penyusunan strategi bersaing, menyusun kerangka analisa bisnis secara terpadu dan menyusun strategi yang lebih efektif.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, perusahaan dipandang sebagai sebuah pemsahaan yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan dan melanggengkan usaha dalam jangka panjang. Hasil penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup memberikan alternatif strategi manajemen mutu yang dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai bahan pertimbangan sedangkan implementasinya merupakan kewenangan sepenuhnya manajemen PT. Cadbury Indonesia.