BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pembelajaran sekarang ini tidak lebih dari sekedar guru mengajarkan pengetahuan kepada anak didik dengan cara yang konvensional. Sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam mengakomodasi perkembangan materi pembelajaran karena guru harus intensif menyesuaikan materi pelajaran dengan perkembangan teknologi terbaru yang menjadi standar industri. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilakukan melalui pendidikan informal, formal, dan nonformal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak, sejak anak lahir sampai mati, yang berlangsung dalam pengalaman sehari-hari. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilaksanakan secara teratur, bertingkat atau berjenjang dan mengikuti syarat- syarat yang jelas serta ketat. Pendidikan formal, biasanya dikenal dengan pendidikan sekolah. Pendidikan nonformal ialah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak mengikuti syarat atau peraturan yang tetap dan ketat. Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan atau memperluas pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat 1
mengembangkan kemampuannya lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. 2 Pendidikan menengah terdiri dari: (a) pendidikan umum, (b) pendidikan kejuruan, (c) pendidikan luar biasa, (d) pendidikan kedinasan dan (e) pendidikan agama. Salah satu bentuk pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 15 menyebutkan bahwa Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sebagai salah satu sekolah yang menghasilkan lulusan siap kerja dituntut untuk memiliki keterampilan untuk memasuki lapangan kerja, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah kejuruan yang terdiri dari kelompok Teknologi dan Industri, masing-masing program studi di SMK memiliki tujuan khusus yang berbeda satu dengan yang lainnya. SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengemban amanah untuk menghasilkan tamatan yang memiliki kompetensi tenaga kerja tingkat menengah. Kompetensi dimaksud mencakup seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku bagi siswa untuk melaksanakan tugas tertentu. Acuan yang digunakan untuk memenuhi komptetensi siswa ialah kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja baik Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar kompetensi suatu lembaga internasional yang kredibelitasnya telah diakui secara global. Salah satu indikasi keberhasilan
3 sekolah dalam mewujudkan siswa yang berkualitas adalah ditunjukkan dengan hasil belajar yang tinggi. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk jenjang SMK pelajaran Fisika sangat diperlukan dikarenakan sangat berkaitan dengan bidang kompetensi kejuruan masing-masing, selain itu lingkup materi mata pelajaran Fisika SMK dibatasi konsep-konsep dasar, juga perlu dilakukan pengembangan dan pendalaman materi tertentu yang dibutuhkan di lingkup program studi keahlian sehingga perlu dialokasikan porsi topik/materi Fisika dalam mata pelajaran dasar kejuruan di tiap program studi keahlian (Contoh : di program studi Teknik Bangunan, mekanika, salah satu topik/materi Fisika dibutuhkan secara lebih mendalam oleh program studi teknik bangunan, dialokasikan dalam mata pelajaran mekanika teknik). Sehingga setiap siswa dituntut untuk mampu mempersiapkan diri menghadapi perubahan keadaan di dalam dunia industri dan dunia usaha yang selalu berkembang baik melalui latihan, bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan juga membina kerjasama yang baik antar sesama siswa. Namun berdasarkan pengamatan penulis selama menjadi tenaga pengajar sejak tahun 2002 sampai sekarang di SMK kebanyakan kegiatan pembelajaran Fisika/ masih berjalan secara konvensional, di mana masih didominasi kegiatan ceramah dan berpusat pada guru (teacher centered), serta guru lebih cenderung melaksanakan pembelajaran selalu dilakukan melalui satu teknik penyampaian saja, sehingga kurang menarik perhatian siswa dan akhirnya menyebabkan siswa
merasa bosan ketika pembelajaran berlangsung. Permasalahan tersebut di atas pada akhirnya tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Rata-rata hasil belajar ujian semester Fisika seperti pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. : Daftar Rata-Rata Hasil Ujian Semester mulai Tahun Ajaran 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013 Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Balige Kab. Toba Samosir untuk Semua Bidang Keahlian Mata Tahun Ajaran No. KKM Ket Pelajaran 2010/2011 2011/2012 2012/2013 1 FISIKA 6,25 6,30 7,00 7,00 Sumber : Tata Usaha SMK Negeri 1 Balige Kab. Toba Samosir Berdasarkan Tabel 1.1. di atas, rata-rata nilai perolehan hasil belajar Fisika berkisar antara 6,25 hingga 7,00. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar Fisika siswa di SMKN 1 Balige tiap tahun masih ada yang belum mencapai nilai SKBM/KKM. Dari hasil observasi awal, ditemukan beberapa fenomena pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru dalam pengajaran Fisika, antara lain: (1) pendekatan pembelajaran masih terlalu didominasi guru (teacher centered), seperti guru lebih banyak menggunakan pendekatan ceramah tanpa diiringi pendekatan lain, (2) penggunaan pendekatan kurang tepat dengan materi pembelajaran, seperti tidak dihubungkan dengan bentuk nyata, (3) pembelajaran yang dilakukan tidak menggunakan media yang menantang siswa dalam pembelajaran, akibatnya guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Fenomena permasalahan di atas mengindikasikan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pengajaran Fisika di SMK N 1 Balige masih bersifat konvensional seperti terlalu banyak menggunakan ceramah, kurang menyesuaikan dengan materi pembelajaran, tidak menggunakan media yang 4
5 menantang dan kegiatan siswa yang kurang memperhatikan lingkungan belajarnya. Pendekatan dengan cara ini diindikasikan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar yang diperoleh siswa. Menurut Slamento (2010:54), dalam pembelajaran ada tiga faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu (1) faktor jasmaniah; (2) faktor psikologis; dan (3) faktor kelelahan. Sedangkan menurut Suryabrata (2004:233) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu banyak sekali macamnya, antara lain : (1) faktorfaktor yang berasal dari luar diri pelajar, yaitu (a) faktor-faktor non sosial, (b) faktor-faktor sosial, dan (2) faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, yaitu (a) faktor-faktor fisiologis, (b) faktor-faktor psikologis. Kehadiran media pembelajaran interaktif sangat dibutuhkan dalam pembelajaran dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar seperti faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor sosial. Untuk itu guru harus menggunakan media pembelajaran yang tepat dan interaktif untuk merangsang serta meningkatkan minat belajar dari pada siswa yang selama ini kebiasaan belajar siswa yang hanya memusatkan pada perhatian guru (teacher centered), siswa tidak serius dalam belajar, serta lebih mementingkan pada mata pelajaran kompetensi kejuruan mereka. Juga sekalian mengubah image mata pelajaran Fisika yang sulit, tidak menarik, dan membosankan dikarenakan guru Fisika selama ini hanya berorientasi pada teacher centered. Di samping kurangnya penggunaan media pembelajaran interaktif yang tepat, rendahnya perolehan hasil belajar Fisika siswa juga dipengaruhi oleh karakteristik siswa itu sendiri yaitu komunikasi interpersonal (antar pribadi), hal
6 ini dapat dilihat dari kurangnya interaksi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa kurang aktif bertanya, hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Kehadiran media pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran telah membuat suasana yang berbeda dalam kelas, karena materi yang dulunya diajarkan dalam ceramah dan hanya monoton dapat divariasikan dengan menampilkan tayangan berupa integrasi teks, suara, gambar bergerak, dan video. Melihat hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran secara terus menerus, sehingga siswa lebih termotivasi, lebih aktif, dan juga memiliki komunikasi interpersonal dalam memperlajari mata pelajaran Fisika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan penggunaan media pembelajaran interaktif, sehingga dapat mendorong siswa lebih mudah dalam memahami konsep-konsep Fisika. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai berikut : (1) pendekatan pembelajaran masih terlalu didominasi guru (teacher centered), seperti guru lebih banyak menggunakan pendekatan ceramah tanpa diiringi pendekatan lain; (2) masih ada pemahaman siswa menganggap pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, tidak menarik, dan membosankan; (3) penggunaan pendekatan pembelajaran kurang tepat dengan materi pembelajaran; (4) pemakaian multimedia dalam pembelajaran Fisika di
7 sekolah masih minim; (5) pembelajaran yang dilakukan tidak menggunakan media yang efektif; (6) masih rendahnya motivasi siswa di dalam kegiatan pembelajaran; (7) hasil belajar siswa masih banyak yang rendah; (8) masih banyaknya siswa yang kurang perhatian dengan lingkungan belajar. Hal ini terlihat dari kegiatan siswa pada saat guru menjelaskan materi di depan kelas dan bermain-main ketika praktek di workshop. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini perlu dibatasi, karena untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan tersebut diperlukan suatu penelitian yang mendalam. Sehingga dengan adanya pembatasan masalah yang sesuai pada ruang lingkup yang dapat dijangkau oleh peneliti, penelitian ini dapat lebih fokus dan terarah. Masalah pada penelitian dibatasi yang berkenaan dengan penggunaan media pembelajaran interaktif yang aplikasinya dibuat dengan software program Macromedia flash 8,0 dengan materi kompetensi menerapkan impuls dan momentum pada kelas X SMK semester genap pada kurikulum 2013 dan analisis kebutuhan hanya dilakukan di SMK Negeri 1 Balige Kabupaten Toba Samosir. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
8 1. Bagaimana kualitas pengembangan media pembelajaran interaktif yang dikembangkan pada mata pelajaran Fisika? 2. Bagaimana keefektifan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Fisika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh masukan tentang pengaruh penggunaan media pembelajaran interaktif, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kualitas media pembelajaran interaktif yang dikembangkan dengan menggunakan macromedia flash pada mata pelajaran Fisika. 2. Mengetahui keefektifan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Fisika dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media pembelajaran konvensional. F. Manfaat Penelitian Salah satu manfaat penelitian ini secara teoretis, manfaat penelitian ini adalah untuk menambah khasanah pengetahuan tentang penggunaan media pembelajaran interaktif, kemampuan berkomunikasi interpersonal dan hasil belajar Fisika yang dapat dijadikan sebagai landasan dan dikembangkan bagi peneliti lain dan juga bagi kepala sekolah dan pengawas pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Secara praktis adalah sebagai sumbangan pemikiran dalam meningkatkan 9 hasil belajar siswa, dalam hal ini mutu pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran Fisika bagi guru dalam merancang proses pembelajaran agar diperoleh hasil yang optimal. Penelitian ini juga dapat memberikan masukan kepada siswa tentang cara belajar yang baik, efektif, dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Fisika. Dan selain itu, diharapkan penelitian ini kiranya bermanfaat dalam memberikan kontribusi kepada pihak-pihak pengambil kebijakan sesuai dengan kebutuhan.