PROSES PENYELESAIAN PERKARA KORUPSI ATAS PUTUSAN PIDANA KEDALAM PUTUSAN PERDATA. (Studi Kasus Pengadilan Negeri Sragen) NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
Kronologis korupsi terjadi ketika Penggugat akan meminta uang ganti rugi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA. (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta)

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI

Kasus Korupsi PD PAL

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime.

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat. disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

RILIS MEDIA A. Dakwaan B. Tuntutan

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BEBERAPA HAMBATAN YANG DIHADAPI HAKIM DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA KORUPSI DI PENGADILAN NEGERI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PUTUSAN. Nomor : 0611/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

EKSISTENSI SAKSI MAHKOTA KAITANNYA DENGAN SPLITSING DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

HAK MENUNTUT KERUGIAN KEUANGAN NEGARA SETELAH PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI 1 Oleh: Jekson Kasehung 2

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 126/PUU-XIII/2015 Yurisprudensi Mahkamah Agung Mengenai Bilyet Giro Kosong

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Perkara Nomor 3/PUU-V/2007

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram )

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA. Di Indonesia langkah- langkah pembentukan hukum positif untuk

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

Transkripsi:

PROSES PENYELESAIAN PERKARA KORUPSI ATAS PUTUSAN PIDANA KEDALAM PUTUSAN PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Sragen) NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajad Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : UMMUL HUSNA NIM: C100.120.158 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SURAKARTA 2016

HALAMAN PERSETUJUAN PROSES PENYELESAIAN PERKARA KORUPSI ATAS PUTUSAN PIDANA KEDALAM PUTUSAN PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen) PUBLIKASI ILMIAH Yang ditulis oleh: Ummul Husna C100120158 Telah diperiksa dan disetujui oleh: Pembimbing (Nuswardhani, S.H.,S.U) i

HALAMAN PENGESAHAN PROSES PENYELESAIAN PERKARA KORUPSI ATAS PUTUSAN PIDANA KEDALAM PUTUSAN PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen) Yang ditulis oleh: UMMUL HUSNA C100120158 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal 13 Agustus 2016 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji Ketua :Nuswardhani, S.H.,S.U. (...) Sekertaris :Aristya Windiana P SH,. LLM. (...) Anggota :Darsono SH,. M.Hum. (...) Mengetahui Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam makalah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya. Surakarta, 13 Agustus 2016 Yang menyatakan Ummul Husna C.100120158 iii

PROSES PENYELESAIAN PERKARA KORUPSIATAS PUTUSAN PIDANA KEDALAM PUTUSAN PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen) UMMUL HUSNA C.100.120.158 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta ummul.husna0@gmail.com ABSTRAK Terjadi suatu perkara korupsi yang dilakukan oleh Tergugat dimana Penggugat akan meminta uang ganti rugi terhadap Tergugat akan tetapi Tergugat tidak mau membayar uang ganti rugi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menentukan putusan perdata atas perkara korupsi yang telah dijatuhi putusan pidana, untuk mengetahui akibat hukum setelah putusan pidana dijatuhkan putusan perdata atas perkara korupsi.metode penelitian menggunakan metode pendekatan normatif yang bersifat deskriptif.menggunakan jenis data primer dan data sekunder.teknik pengumpulan data yang digunakan melalui studi kepustakaan, dokumentasi, daftar pertanyaan dan wawancara.dengan menggunakan analisis data secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan hakim terlihat pada proses pembuktian di persidangan, akibat hukum bagi tergugat dalam persidangan penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya, maka gugatan penggugat dikabulkan,tergugat dihukum untuk membayar ganti rugikepada Penggugat. Kata kunci: putusan pidana, putusan perdata, penyelesaian perkara di pengadilan negeri ABSTRACT There is a case of corruption committed by the Defendant which the plaintiff would ask for money damages against the Defendant but the Defendant refused to pay the compensation money. This study aims to determine the consideration of the judge in determining the civil verdict on the corruption cases that have been sentenced to a criminal verdict, to determine the legal consequences of criminal decisions handed down after the civil verdict on corruption cases. The research method using descriptive normative approach.using this type of primary data and secondary data.data collection techniques used through the study of literature, documentation, questionnaires and interviews.by using qualitative data analysis. The results showed that the consideration of the judge looks at the evidence at trial, the legal consequences for the defendants in the trial the plaintiff can prove the argument of the lawsuit, the plaintiff is granted, the defendant was sentenced to pay compensation to the Plaintiff. Keywords: criminal verdict, civil cerdict, settlement case in the district court 1

1. PENDAHULUAN Tindak pidana korupsi merupakan gejala masyarakat yang dapat dijumpai dimana-mana.sejarah membuktikan bahwa hampir tiap negara dihadapkan pada masalah korupsi. Tidak berkelebihan jika pengertian korupsi selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman. 1 Menurut L.Bayley korupsi dikaitan dengan perbuatan penyuapan yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan sebagai akibat adanya pertimbangan dari mereka yang memegang jabatan bagi keuntungan pribadi. 2 Menurut undang-undang nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi pada Pasal 3, menyebutkan bahwa: Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 20(dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Pengertian korupsi secara harfiah dapat berupa: 3 (1) Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan tidak kejujuran; (2) Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya; (3) Perbuatan yang kenyataannya menimbulkan keadaan yang bersifat buruk. Seperti contoh pada kasus korupsi dangan perkara no: 15/PID.B/2002/PN.SRG yang dilakukan oleh ketua KUD Banaran, dengan mendapatkan bantuan kredit dari pemerintahan berupa dana pengadaan pangan, 1 Martiman Prodjohamidjojo, 2001, Penerapan Pembuktian Terbalik dalam Delik Korupsi, Jakarta: Mandar Maju, hal7. 2 Ibid. Hal 9. 3 Igm Nurdjana, 2010, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.14-15. 2

kredit usaha tani, dan hortikultura. Dengan adanya bantuan tersebut Ketua KUD Banaran telah menyalahgunakan kewenangan dengan tujuan untuk kepentingan dirinnya sendiri yang seharusnya disalurkan kepada kelompok tani. telah menggunakan keuangan KUD Banaran sebesar Rp. 163.137.300,-. Berdasarkan fakta fakta tersebut Ketua KUD Banaran terbukti bersalah melakukan tindak pidana KORUPSI dan selama pemeriksaan persidangan tidak ditemukan adanya alasan hukum yang dapat menghapuskan perbuatannyamaka haruslah dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Adapun alasan pengguat mengajukan gugatan dengan dasar perbuatan tergugat sengaja tidak menunaikan kewajiban pembayaran uang pengganti yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut merupakan perbuatan melawan hukum, Pasal 1365 KUHPerdata menentukan sebagai berikut Tiap perbuatan yang menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang bersalah menimbulkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan tergugat menimbulkan kerugian bagi penggugat berupa kerugian materiil yaitu keharusan membayar uang pengganti kepada negara sebesar Rp.148.137.300 belum dilaksanakan sampai gugatan ini diajukan tergugat belum membayar uang pengganti tersebut. Kewajiban hukum tergugat untuk membayar uang pengganti kepada negara tersebut lahir dari undangundang dan dari putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. Sehingga tergugat harus mematuhi isi putusan tersebut. Kewajiban kerugian immateriil, penggugat mengalami kerugian immateriil selalu mendapat teguran dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia maupun Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah. Dasar gugatan yang diajukan perbuatan melawan hukum Pasal 1365 menyatakan bahwa setiap perbuatan melawan hukum yang oleh karena itu menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang karena kesalahannya menyebabkan kerugian tersebut mengganti kerugian. 3

Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi:pertama, bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan putusan perdata atas perkara korupsi yang telah dijatuhi putusan pidana. Kedua, bagaimana akibat hukum setelah putusan pidana dijatuhkan putusan perdata atas perkara korupsi tersebut. Untuk melihat lebih jauh bagaimana proses penyelesaian perkara korupsi atas putusan pidana kedalam putusan perata khususnya di pengadilan negeri Sragen, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuanuntuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menentukan putusan perdata atas perkara korupsi yang telah dijatuhi putusan pidana, untuk mengetahui akibat hukum setelah putusan pidana dijatuhkan putusan perdata atas perkara korupsi tersebut. Manfaat penulis melakukan penelitian ini meliputi: Pertama, bagi penulis yaitu untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman akan arti pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek, khususnya dalam hukum acara perdata.kedua, bagi masyarakat yaitu dari hasil skripsi ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca atau masyarakat serta dapat membantu memecahkan masalah yang mungkin sedang dihadapi oleh pihak-pihak terutama menyangkut penyelesaian perkara perdata, khususnya perkara korupsi atas putusan pidana kedalam putusan perdata. Ketiga, bagi ilmu pengetahuan yaitu dengan penulisan skripsi ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan yang berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya hukum acara perdata mengenai perkara korupsi atas putusan pidana kedalam putusan perdata. Metode penelitian menggunakan metode pendekatan normatif dengan jenis penilitian deskriptif. Sumber data meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui studi kepustakaan, dokumentasi, daftar pertanyaan dan wawancara. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif yaitu metode dan teknik pengumpulan datanya dengan cara menganalisis data sekunder dipadukan dengan data primer yang diperoleh langsung dari lapangan. 4

2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 2.1 Pertimbangan Hakim dalam Menentukan Putusan Perdata atas Perkara Korupsi yang telah dijatuhi Putusan Pidana. Pada dasarnya apabila dalam suatu pemeriksaan perkara telah selesai, sebelum menjatuhkan putusan terhadap perkara tersebut, maka majelis hakim berkewajiban untuk merumuskan terlebih dahulu mengenai pertimbanganpertimbangan hukumnya yang dimana pertimbangan hukum itu akan dijadikan sebagai dasar utama dalam pengambilan atau penjatuhan putusan dari perkara tersebut. 4 Dasar tuntutannya Pasal 1919 KUHPerdata Jika seseorang telah dibebaskan dari tuduhan melakukan kejahatan atau pelanggaran terhadapnya, maka pembebasan tersebut dapat diajukan sebagai perkara perdata ke pengadilan untuk menangkis tuntutan ganti rugi. Secara umum dalam kehidupan masyarakat terhadap suatu hal terjadi pelanggaran atau merasakan suatu keadaan tidak adil, maka akan mengakibatkan pihak lawan akan merasa tidak puas dan dirugikan. Jika ingin mengajukan gugatan ganti rugi yang terpisah dengan perkara pidana maka sebaiknya menunggu terlebih dahulu putusan pidana tersebut. Sebab apabila terdakwa terbukti bersalah maka putusan tersebut adalah dasar yang kuat untuk mengajukan gugatan ganti kerugian. Penggugat mengajukan gugatan nomor: 06/Pdt.G/2014/PN.Srg atas dasar tergugat yang dahulunya menjadi terdakwa dalam kasus korupsi dangan perkara nomor: 15/PID.B/2002/PN.SRG. Proses peradilan perdata diawali dengan adanya suatu gugatan, pihak yang berkepntingan wajib mengajukan gugatan dengan Nomor Register: 06/Pdt.G/2014/PN.Srg sebagai berikut: 4 Estafana Purwanto, Hakim Pengadilan Negeri Sragen, Wawancara pribadi, Sragen, Senin, 27 juli 2016, pukul 10 WIB. 5

Pertama, tergugat adalah terpidana dalam perkara tindak pidana korupsi yang telah diperiksa dan diadili pada peradilan tingkat pertama dan saat ini telah memperolehkekuatan hukum tetap dengan dakwaan sebagai berikut: Primair: Melakukan perbuatan yang diatur dan diancam dengan pidana dalam Pasal 1 ayat (1) sub b jo. Pasal 28 jo. Pasal34 huruf c undang-undang nomor 3 tahun 1971 jo. Pasa l64 ayat (1) KUHP. Subsidiair: Melakukan perbuatan yang diatur dan diancam dengan Pidana dalam Pasal 372 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP. Kedua, tergugat dalam perkara aquo untuk pidana yang berupa keharusan membayar uang pengganti kepada negara sebesar Rp.148.137.300,- (seratus empat puluh delapan juta seratus tiga puluh tujuh ribu tiga ratus rupiah) belum dilaksanakan. Ketiga, Sampai gugatan diajukan Terpidana atau yang Tergugat dalam perkara aquo belum atau tidak membayar uang pengganti kepada Negara oleh karena tergugat membayar uang pengganti kepada negara merupakan kewajiban hukum bagi setiap warga negara (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945), maka dengan sendirinya belum atau tidak membayarnya uang penggant ikepada negara adalah perbuatan yang bertentangan atau melanggar kewajiban hukum yang harus dilaksanakan sendiri oleh tergugat yang termasuk pengertian perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata sehingga negara mengalami kerugian. Dalam hal ini penggugat selaku pihak yang mengajukan gugatan, maka ia diberikan kesempatan pertama diwajibkan untuk membuktikan persitiwa yang didalilkan tersebut. Atas dalil-dalil penggugat tersebut, tergugat telah mengakui apa yang menjadi dalil-dalil gugatan penggugat,namun demikian tergugat sampai saat ini belum membayar uang pengganti kepada negara sebesar Rp.148.137.300,- (seratus empat puluh delapan juta seratus tiga puluh tujuh ribu tiga ratus rupiah), dikarenakan tergugat dalam kondisi sebagai berikut: (1) Tergugat hanya bekerja sebagai guru swasta dengan honorer sebesar Rp.750.00,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah); (2) Tergugat tidak mempunyai asset lagi; (3) Tergugat tinggal bersama isteri yang berprofesi hanya sebagai ibu rumah 6

tangga dan ibu mertua yang sudah tua serta 2 (dua) orang anak; (4) Tergugat harus membiayai hidup 2 (dua) anak yang masih bersekolah di SLTA dan PAUD. Selanjutnya tergugat mengajukan Duplik sebagai berikut: (1) Tergugat telah patuh menjalani pidana selama 2 tahun dan membayar 10 juta rupiah subside 4 bulan penjara atas keputusan Pengadilan Tinggi Semarang tanggal 19 Desember 2002; (2) Tergugat tidak mampu membayar uang pengganti sebesar Rp. 148.137.300,- ( seratus empat puluh delapan juta seratus tiga puluh tujuh tiga ratus rupiah), memang karena keadaan saya. Berdasarkan pada putusan pengadilan negeri sragen nomor: 06/Pdt.G/2014/PN.Srg. Hakim mengacu pada putusan pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Karena putusan pidana termasuk akta otentik, pembuktian kekuatan akta otentik sempurna maka hakim wajib mengacu pada putusan pidana Nomor 15/Pid.B/2002/PN.SRG. Apabila penggugat mampu membuktikan dalil-dalil dalam gugatannya, maka yang akan dijadikan pertimbangan majelis hakim antara lain: Pertama, apakah perbuatan tergugat yang belum membayar uang pengganti kepada negara merupakan perbuatan melawan hukum.kedua, apakah benar penggugat dirugikan karena perbuatan tergugat yang belum membayar uang pengganti kepada negara. Dengan demikian apabila dalam proses pembuktian penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya serta dapat meyakinkan majelis hakim dalam pemeriksaan perkara tersebut, maka sudah pasti dalam pertimbangan hukumnya majelis hakim akan mengabulkan gugatan penggugat. Begitu juga sebaliknya.jadi, dasar yang digunakan hakim dalam menjatuhkan putusannya adalah terkait dengan bukti yang diajukan oleh para pihak dalam persidangan. Penggugat mendalilkan tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan tidak membayar uang pengganti kepada negara, tentang perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang bunyi selengkapnya, Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian 7

kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut, dan sejakdijatuhkannya putusan dalam perkara Lindenbau-Coben pada tahun 1919, lahirlah yurisprudensi tentang perbuatan melawan hukum yang mencakup 4 (empat) kriteria, yaitu: (1) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku; (2) Melanggar hak subyektif orang lain; (3) Melanggar kaedah tata susila; (4) Bertentangan dengan asas kepatutan, ketertiban, serta sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga masyarakat atau terhadap harta benda orang lain. Sebagaimana fakta yang telah diakui oleh kedua belah pihak yang diperkuat keberadaannya dengan bukti P-1 sampai dengan P-7, menunjukan tergugat adalah terpidana perkara korupsi yang memiliki kewajiban hukum untuk membayar uang pengganti kepada negara sebesar Rp.148.137.300,- (seratus empatpuluh delapan juta seratus tiga puluh tujuh ribu tiga ratus rupiah). Karenanya kewajiban tergugat untuk membayar uang pengganti kepada negara tetap mengikat tergugat secara perdata, sehingga apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi maka tergugat haruslah dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum dalam bentuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku yang merupakan salah satu criteria dari perbuatan melawan hukum. Berdasarkan bukti surat dan bukti saksi yang diajukan oleh penggugat dan tergugat dapat ditarik kesimpulan bahwa Tergugat tidak dapat untuk mematahkan atau membantah terhadap kewajiban hukum dari tergugat atas putusan pengadilan yang telah mempuyai kekuatan hukum tetap. Tergugat tersebut tidaklah dapat menggugurkan kewajiban hukum dari tergugat untuk membayar uang pengganti kepada negara sebagaimana yang telah diputus oleh pengadilan. Alasan hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut adalah karena dilihat dari fakta hukumnya pihak penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya dimana penggugat dirugikan atas perbuatan tergugat yang tidak membayar uang pengganti kepada negara dan tergugat telah mengakui apa yang menjadi dalil-dalil gugatan penggugat. Karena tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum dalam 8

bentuk tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar uang pengganti kepada negara, maka konsekuensinya negara dirugikan sebesar nilai uang yang seharusnya dibayar tergugat yakni Rp.148.137.300,-. Dengan pernyataan tersebut di atas maka dalam putusannya hakim mengabulkan gugatan penggugat di mana tergugat harus membayar ganti rugi kepada negara sebesar Rp. 148.137.300.Berdasarkan ketentuan diatas maka tergugat dinyatakan kalah dan diharuskan untuk membayar biaya perkara, sesuai dengan ketentuan Pasal 181 ayat (1) HIR. Memperhatikan, ketentuanketentuan hukum acara perdata dalam HIR dan undang-undang No.49 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-undang no.2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum. 2.2 Akibat Hukum Setelah Putusan Pidana dijatuhkan Putusan Perdata atas Perkara Korupsi Kewajiban hukum dari tergugat tersebut lahir dari putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, yakni putusan pengadilan negeri sragen No:15/Pid.B/2002/PN.Srg tanggal 02 Juli 2002 jo. putusan pengadilan tinggi Semarang No. 179/Pid/2002/PT.Smg tanggal 19 September 2002 jo. Putusan Mahkamah Agung RI No: 346 K/Pid/2003 tanggal 19 Juli 2005. Pidana membayar uang pengganti merupakan bentuk pidana yang sah dan diatur dalam undang-undang tindak pidana korupsi, yang menjadi dasar dakwaan bagi tergugat, artinya kewajiban hukum tergugat untuk membayar uang pengganti kepada negara tersebut lahir dari undang-undang dan dari putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, sehingga tergugat haruslah mematuhi aturan hukum dan isi putusan tersebut. Karenanya kewajiban tergugat untuk membayar uang pengganti kepada negara tetap mengikat tergugat secara perdata, sehingga apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi maka tergugat haruslah dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum dalam bentuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku yang merupakan salah satu criteria dari perbuatan melawan hukum. 9

Berdasarkan uraian-uraian pertimbangan hukum diatas, sehingga oleh karenanya inti pokok permasalahan pertama dari gugatan Penggugat telah terjawab, maka dengan demikian terhadap petitum gugatan Penggugat tentang pernyataan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum patutlah untuk dikabulkan. Sebagaimana fakta yang telah diakui oleh kedua belah pihak yang diperkuat keberadaannya dengan bukti P-1 sampai dengan P-7 menunjukan tergugat adalah terpidana dalam perkara korupsi yang memiliki kewajiban hukum untuk membayar uang pengganti kepada negara sebesar Rp.148.137.300. Kewajiban hukum dari tergugat tersebut lahir dari putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap yakni putusan pengadilan Sragen no: 15/Pid.B/2002/PN.Srg. Kewajiban hukum tergugat untuk membayar uang pengganti kepada negara tersebut lahir dari undang-undang dan dari putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. Yang dapat dijadikan dasar pertimbangan oleh hakim sebelum menjatuhkan putusan adalah terkait saat proses pembuktian di persidangan yang dilakukan oleh para pihak. Dengan demikian, hakim haruslah menggali dan mengungkapkan fakta-fakta di persidangan. Apabila gugatan penguggat dapat dikabulkan oleh majelis hakim, maka dalam proses pembuktian tersebut penggugat harus dapat membuktikan semua dalil-dalil gugatannya dengan membawa alat-alat bukti yang digunakan untuk memperkuat dalil gugatannya. Begitu pula sebaliknya apabila tergugat menyangkal, tergugat juga harus bisa membuktikan sangkahannya agar gugatan penggugat tersebut tidak dikabulkan. Dengan tidak membayar uang pengganti menunjukan tergugat tidak mentaati isi putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, padahal itu merupakan kewajiban hukum dari tergugat untuk mantaati isi putusan dan untuk memenuhi pembayaran uang pengganti tersebut. Berdasarkan pada putusan pengadilan negeri sragen nomor: 06/Pdt.G/2014/PN.Srg hakim mengacu pada putusan pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Karena putusan pidana termasuk akta otentik, pembuktian kekuatan akta otentik sempurna maka hakim wajib mengacu pada putusan pidana 10

Nomor 15/Pid.B/2002/PN.SRG. Apabila penggugat mampu membuktikan dalil-dalil dalam gugatannya, maka yang akan dijadikan pertimbangan Majelis Hakim antara lain: Pertama, apakah perbuatan tergugat yang belum membayar uang pengganti kepada negara merupakan perbuatan melawan hukum. Kedua, apakah benar penggugat dirugikan karena perbuatan tergugat yang belum membayar uang pengganti kepada negara. Dengan demikian apabila dalam proses pembuktian penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya serta dapat meyakinkan Majelis Hakim dalam pemeriksaan perkara tersebut, maka sudah pasti dalam pertimbangan hukumnya Majelis Hakim akan mengabulkan gugatan penggugat. begitu juga sebaliknya. jadi, dasar yang digunakan hakim dalam menjatuhkan putusannya adalah terkait dengan bukti yang diajukan oleh para pihak dalam persidangan. Apabila dalam pembuktian penggugat bisa membuktikan dalil-dalil gugatannya, maka akan dijadikan dasar atau pedoman pertimbangan hakim untuk mengabulkan gugatannya. Sebaliknya, apabila ternyata penggugat tidak bisa membuktikan dalil-dalil gugatannya berarti gugatan pengugat tersebut tidak jelas/kabur (obscuur libel), maka dalam hal tesebut hakim tidak dapat mengabulkan gugatan Penggugat dan gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima. Pada putusan Nomor 06/Pdt.G/2014/PN.Srg penggugat mengatakan bahwa tergugat tidak mau membayar ganti rugi sebesar Rp. 148.137.300 kepada negara. Sampai gugatan ini diajukan tergugat belum atau tidak membayar uang pengganti kepada negara, oleh karena membayar uang pengganti kepada negara atas dasar Putusan Pengadilan adalah merupakan kewajiban hukum bagi setiap warga negara maka dengan sendirinya belum atau tidak membayarnya uang pengganti tersebut adalah perbuatan yang bertentangan atau melanggar kewajiban hukum yang harus dilaksanakan sendiri oleh tergugat. Oleh karena perbuatan yang telah dilakukan oleh tergugat adalah merupakan perbuatan melawan hukum, maka kepada tergugat perlu diperintahkan untuk segera 11

Akibat hukumnya para pihak harus melaksanakan putusan. Pelaksanaan putusan tersebut secara suka rela dan tergugat harus membayar ganti rugi kepada penggugat, sebesar Rp.148.137.300. Tetapi oleh karena tergugat tidak mau membayar uang ganti rugi tersebut maka penggugat mengajukan eksekusi kepada pengadilan negeri, eksekusi tersebut dilakukan dengan melelang harta benda milik tergugat. 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pertama, berdasarkan fakta-fakta yang terbukti dan terungkap dalam persidangan maka dalam hal ini gugatan penggugat dapat dikabulkan untuk seluruhnya dan tergugat harus membayar uang ganti rugi kepada penggugat sebesar Rp.148.137.300,- Kedua, akibat hukumnya para pihak harus melaksanakan putusan. pelaksanaan putusan tersebut secara suka rela dan tergugat harus membayar ganti rugi kepada penggugat, sebesar Rp.148.137.300. Tetapi oleh karena tergugat tidak mau membayar uang ganti rugi tersebut maka penggugat mengajukan eksekusi kepada pengadilan negeri, eksekusi tersebut dilakukan dengan melelang harta benda milik tergugat. Menurut majelis hakim berdasarkan fakta di persidangan telah menunjukkan tergugat tidak memenuhi kewajibannya tersebut dalam bentuk tergugat tidak atau belum membayar uang pengganti sebagaimana yang tercantum dalam putusan yakni sebesar Rp.148.137.300,- kepada negara. Karena kewajiban tergugat untuk membayar uang pengganti kepada negara tetap mengikat secara perdata, sehingga apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi maka tergugat haruslah dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum dalam bentuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku. Oleh karena tergugat telah mengakui atas belum atau tidak dibayarnya uang pengganti kepada negara, maka tergugat haruslah dinyatakan telah melakukan perbuatan yang merugikan negara. 12

Menurut penggugat akibat dari perbuatan tergugat yang tidak membayar uang pengganti telah merugikan negara dalam bentuk kerugian materiil. Oleh karena tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum dalam bentuk tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar uang pengganti kepada negara, maka konsekuensinya negara dirugikan sebesar nilai uang yang seharusnya dibayar oleh tergugat. Alasan hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut adalah karena dilihat dari fakta hukumnya pihak penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya di mana penggugat dirugikan atas perbuatan tergugat yang tidak membayar uang pengganti kepada negara dan tergugat telah mengakui apa yang menjadi dalil-dalil gugatan penggugat. Karena tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum dalam bentuk tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar uang pengganti kepada negara, maka konsekuensinya negara dirugikan sebesar nilai uang yang seharusnya dibayar tergugat yakni Rp.148.137.300,-. Dengan pernyataan tersebut di atas maka dalam putusannya hakim mengabulkan gugatan penggugat dimana tergugat harus membayar ganti rugi kepada negara sebesar Rp. 148.137.300. Berdasarkan ketentuan diatas maka tergugat dinyatakan kalah dan diharuskan untuk membayar biaya perkara, sesuai dengan ketentuan Pasal 181 ayat (1) HIR. Memperhatikan, ketentuanketentuan hukum acara perdata dalam HIR dan Undang-Undang No.49 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-Undang No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum. 3.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan menyampaikan beberapa saran antara lain sebagai berikut: Pertama, untuk penggugat selaku pihak yang dirugikan seharusnya setelah ada putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap wajib meminta ganti rugi agar di kemudian hari uang pengganti tersebut tidak disengketakan. 13

Kedua, untuk tergugat sebaiknya dari awal membayar uang pengganti kepada negara sesuai dengan isi putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap agar perkara ini tidak sampai masuk ke Pengadilan Negeri Sragen. Ketiga, untuk hakim Pengadilan Negeri Sragen yang memeriksa dan mengadili perkara gugatan ganti rugi hendaklah lebih cermat dan teliti dalam memeriksa perkara tersebut, sehingga dalam proses pembuktian di persidangan Majelis Hakim dapat melihat apakah penggugat bisa membuktikan dalil gugatannya atau tidak. Jika memang penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya maka majelis hakim akan mengabulkan gugatan yang diajukan oleh penggugat. Keempat, untuk masyarakat secara umum diharapkan agar berhati-hati dalam melakukan kewajibannya kepada negara yaitu membayar uang pengganti sesuai dengan isi putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, agar di kemudian hari tidak terjadi sengketa. 14

DAFTAR PUSTAKA Buku: Abdul, Marainis, 1984, Hukum Perdata Material, Jakarta: Pradnya Paramita. Nurdjana, Igm, 2010, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prodjohamidjojo, Prodjohamidjo, 2001, Penerapan Pembuktian Terbalik dalam Delik Korupsi, Jakarta: Mandar Maju. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), terjemahan R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. Jakarta: Pradnya. Paramita, 2002. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), terjemahan Soenarto Soerodibroto, 1996. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 15