BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Seleksi Penutupan Calon Nasabah atau Pemohon Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat, perkembangan zaman dan kemajuan teknologi juga. baik yang telah berdiri maupun yang baru akan berdiri.

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1

BAB II LANDASAN TEORI


BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya selalu dihadapkan dalam dua hal, yaitu hal-hal baik dan hal-hal

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 151

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan,

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pelaksanaan fungsi dan tujuan PT. Jasaraharja Putera sebagai salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Selama melaksanakan kerja praktek di PT Asuransi Jasaraharja Putera,

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.05/2015 TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENGENALAN ASURANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi

II. LANDASAN TEORI. Pengertian pemasaran sangat luas,banyak ahli yang telah memberikan definisi atas

Nama Githa Maharani Sembiring NPM : Mata kuliah : hukum asuransi ASURANSI KEBAKARAN. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dari penjualan polis atau penerimaan premi dapat ditanamkan sebagai investasi yang

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI

DASAR-DASAR ASURANSI. Inhouse Training Jakarta, 10 November 2015

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RESIKO DALAM ASURANSI

SOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI. Jakarta, Februari 2015

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Asuransi Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Awal mula transpotasi darat dimulai dengan munculnya pemakaian roda yang

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia. Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. baik sektor industri maupun jasa. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sistem yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan demi tercapainya tujuan

TUGAS MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS. PENGENDALIAN INTERNAL (INTERNAL CONTROL) (Dosen : Putri Taqwa Prasetyaningrum,ST,MT)

Financial Check List. Definisi Asuransi. Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi?

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (1996:1)

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN INFORMASI PRODUK

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

BAB II RUANG LINGKUP HUKUM ASURANSI Oleh : SURAJIMAN

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaEarthquake Insurance Asuransi Gempa Bumi

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Hall (2001:5), menyatakan sistem adalah sekelompok dua atau lebih

BAB V PENUTUP. bagaimanapun sebagai sebab timbulnya kebakaran. (Pasal 290 KUHD).Salah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen Perjanjian Asuransi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

BAB IV EVALUASI DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS ASURANSI KENDARAN PADA PT ASURANSI EKA LLOYD JAYA

BAB I PENDAHULUAN. tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perusahaan. pertanggungan atas resiko atau kerugian yang dialami oleh tertanggung.

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

POLIS STANDAR KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

SURAT PERMOHONAN PENUTUPAN ASURANSI (SPPA)

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

STIE DEWANTARA Manajemen Asuransi, Pegadaian & Anjak Piutang

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SISTEM PERUSAHAAN ASURANSI

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Huruf a Angka 1

Asuransi sepeda memberikan ganti rugi atas kerusakan sepeda. yang disebabkan oleh : tabrakan, benturan, jatuh, tergelincir dari

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

KONSORSIUM ASURANSI PENYINGKIRAN KERANGKA KAPAL TERMASUK TANGGUNG JAWAB POLUSI

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

Transkripsi:

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Asuransi 1. Pengertian Asuransi Risiko merupakan suatu konsep dengan berbagai makna tergantung pada konsep disiplin ilmu yang menggunakannya. Menurut Siamat (1995:275) risiko didefinisikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadinya kerugian. Dengan tidak adanya kepastian di masa yang akan datang, manusia akan selalu berhadapan dengan risiko. Menurut Winarningsih (2002:36) : risiko dapat ditransfer dalam bentuk lain atau dapat dikatakan memindahkan tanggung jawab pada organisasi lain dalam hal ini asuransi. Adanya tanggung jawab tersebut oleh pihak asuransi juga dibebankan kepada pemberi risiko yaitu dalam bentuk premi. Untuk menghadapi risiko ini dilakukan usaha-usaha untuk menghilangkan, membatasi, mengurangi, menjauhkan ataupun memindahkan risiko yang mungkin dapat menyebabkan kerusakan bagi diri maupun lingkungan. Menurut Bahri (2004:21) memaparkan: Asuransi mengalihkan risiko yang dihadapi oleh seseorang baik terhadap dirinya ataupun terhadap harta benda yang dimiliki kepada pihak lain (perusahaan asuransi), dengan syarat bahwa risiko tersebut tidak pasti terjadi dan dijamin oleh syarat dalam polis asuransi Asuransi merupakan metode yang utama dalam mengelola risiko dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat dewasa ini.

8 Pengertian asuransi menurut Mehr dan Cammack adalah: Asuransi adalah alat sosial untuk mengurangi risiko, dengan menggabungkan sejumlah yang memadai unit-unit yang terkena risiko, sehingga kerugian-kerugian individual mereka secara kolektif dapat diramalkan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung. Sedangkan pengertian asuransi menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246 : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang Penanggung mengikatkan diri kepada seorang Tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk menberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu. 2. Prinsip-prinsip Asuransi Prinsip-prinsip dalam asuransi terbagi menjadi lima yaitu: a. Principle of Utmosh Goodfaith (prinsip itikad baik) Itikad baik yaitu itikad baik Pemegang Polis kepada asuransi dalam melaksanakan perjanjian asuransi. Disini diharuskan adanya keterbukaan dari pihak Pemegang Polis atas semua hal yang menyangkut risiko yang diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Selain itu perusahaan

9 d. Principle of Subrogation (prinsip subrogasi) asuransi juga harus memiliki itikad baik terhadap Tertanggung dan/atau Pemegang Polis. b. Principle of Insurable Interest (prinsip kepentingan pokok pertanggungan atas obyek asuransi) Dalam asuransi, prinsip ini dimaksudkan bahwa Tertanggung harus mengasuransikan tanggung gugatnya sesuai dengan tanggung gugat terhadap polis aslinya. Oleh karena itu tanggung jawab perusahaan asuransi tidak dapat melebihi tanggung jawab Pemegang Polis. c. Principle of Indemnity (prinsip ganti rugi) Karena asuransi adalah untuk memberikan jaminan terhadap suatu risiko yang dimiliki oleh Pemegang Polis maka bila Pemegang Polis telah membayar premi suatu pertanggungan yang diasuransikan, perusahaan asuransi harus mengganti kerugian dengan membayarkan Uang Pertanggungan kepada Pemegang Polis apabila risiko yang diasuransikan terjadi. Perusahaan asuransi juga harus memberikan biaya kompensasi apabila risiko yang diasuransikan oleh Pemegang Polis tidak terjadi sesuai dengan ketentuan pada awal perjanjian. Prinsip ini bertujuan agar seseorang tidak memperoleh keuntungan dari terjadinya kerugian, yaitu apabila Tertangung telah menerima ganti rugi dari perusahaan asuransi, maka hak menuntut pada pihak yang telah

10 e. Principle of Proximate Cause berpindah pada perusahaan asuransi. menimbulkan kerugian tersebut akan Suatu penyebab aktif efisien yang menimbulkan rangkaian kejadian, yang kemudian memunculkan suatu akibat tanpa adanya sesuatu, yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independent, artinya bahwa suatu kejadian berdasar pada kejadian yang murni dari suatu peristiwa, bukan sesuatu yang disengaja. 3. Unsur-unsur dalam Perasuransian Unsur-unsur dalam perusahaan asuransi terdiri dari : Polis Dokumen dasar dalam melakukan suatu pertanggungan adalah surat permohonan tertulis atau aplikasi yang diajukan Tertanggung kepada perusahaan asuransi. Formulir aplikasi ini umumnya telah disiapkan oleh perusahaan asuransi. Dalam aplikasi tersebut memuat informasi lengkap mengenai jenis dan jumlah asuransi yang diinginkan, premi yang dibayarkan dan informasi lainnya mengenai timbulnya kerugian. Informasi ini bagi perusahaan asuransi digunakan terutama untuk tujuan underwriting dan identifikasi. Polis adalah ikatan persetujuan antara Penanggung dengan Tertanggung sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Premi

11 Secara umum istilah no premium no insurance atau no premium no claim, bermakna tanpa premi tidak ada asuransi/pertanggungan atau ganti rugi. Pengertian Penanggung mengikatkan diri terhadap Tertanggung dengan memperoleh premi, bermakna adanya hak dan kewajiban. Jika dikaitkan dengan tinggi rendahnya risiko atau baik dan buruknya risiko (sound and high/bad risk), dapat dikatakan bahwa premi atau tarif premi adalah nilai dari risiko yang ditutup/diterima perusahaan asuransi. Dengan kata lain makin tinggi risiko makin besar tarif preminya dan sebaliknya. Menurut Rahmadini (2002:42): besarnya jumlah premi dihitung sedemikian rupa, sehingga dengan penerimaan premi dari beberapa Tertanggung, Penanggung berkemampuan membayar klaim ganti kerugian kepada Tertanggung yang terkena peristiwa yang menimbulkan kerugian. a. Klaim Klaim atau ganti rugi adalah sesuai persyaratan polis, merupakan janji Penanggung kepada Tertanggung. Prinsip Indemnity mengajarkan kepada kita bahwa besarnya ganti rugi adalah sama dengan besarnya kerugian yang benar-benar dialami Tertanggung. Dengan pernyataan lain bahwa Tertanggung tidak boleh mencari keuntungan atau mendapat manfaaat lebih dari proses ganti rugi dari Penanggung. 4. Jenis Usaha Perasuransian Penggolongan asuransi dapat dilakukan dengan melihat aspek jenis usahanya. Menurut Undang-undang No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, jenis usaha perasuransian meliputi : a. Usaha asuransi terdiri dari :

12 1) Asuransi kerugian (non life insurance) 2) Asuransi jiwa (life insurance) 3) Reasuransi (reasuransi) b. Usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari : 1) Pialang asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan Tertanggung 2) Pialang reasuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. 3) Penilai kerugian yaitu usaha yang memberikan jasa penilai terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan. 4) Konsultan aktuaria yaitu usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria. 5) Agen asuransi yaitu pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama Penanggung. 5. Asuransi Kerugian Usaha asuransi kerugian menurut Undang-undang No.2 Tahun 1992 : Usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

13 Sedangkan perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan yang hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang usaha asuransi kerugian termasuk reasuransi. 6. Jenis-jenis Produk Asuransi Kerugian Menurut UU No.2 tahun 1992 tersebut perusahaan asuransi kerugian tidak diperkenankan melakukan kegiatan diluar usaha asuransi kerugian dan reasuransi. Usaha asuransi kerugian dalam prakteknya di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut : a. Asuransi kebakaran yaitu asuransi yang menutup risiko kebakaran, petir, ledakan dan kejatuhan pesawat. Kebakaran menurut Dahlan Siamat (1995:292) adalah sesuatu yang terbakar yang seharusnya tidak terbakar, yang kejadiannya merupakan suatu kecelakaan bukan secara tiba-tiba, tidak ada unsur kesengajaan atau tidak dapat diperkirakan. Asuransi kebakaran menurut Soeisno Djojosoedarso adalah: Asuransi kebakaran adalah pertanggungan yang menjamin kerugian atau kerusakan atas harta benda (tetap maupun bergerak) yang disebabkan oleh kebakaran, yang terjadi karean api sendiri atau api dari luar, karena udara jelek, kurang hati-hati, kesalahan atau perbuatan tidak pantas dari pelayan Tertanggung, tetangga, musuh, perampok dan apa saja dan dengan cara bagaimanapun sebab timbulnya kebakaran.

14 Asuransi kebakaran pada dasarnya memberikan penutupan atas hazard yang berupa kebakaran atau kena petir. Namun demikian sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri, perusahaan asuransi umumnya telah memasukkan juga peledakan dan kebakaran secara mendadak, heating atau fermentation, kilat, kebanjiran, gempa bumi dan berbagai peril dalam asuransi kebakaran. Rahmadini (2002:50) memaparkan: Asuransi kebakaran merupakan suatu jenis pertanggungan yang memberikan jaminan terhadap risiko-risiko yang disebabkan oleh karena adanya suatu peristiwa kebakaran ataupun segala sesuatu yang dapat disamakan dengan kebakaran terhadap barang-barang yang dipertanggungakan. Polis asuransi kebakaran biasanya menutup properti seperti pabrik, gedung kantor, gudang, toko, dan rumah. Dalam polis sering pula ditambahkan penutupan atas barang-barang milik yang terdapat dalam suatu gudang atau rumah yang dipertanggungkan. b. Asuransi pengangkutan c. Asuransi aneka yaitu jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan kedalam asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan. Jenis asuransi ini antara lain meliputi :

15 1) Asuransi kendaraan bermotor 2) Asuransi kecelakaan diri 3) Pencurian 4) Uang dalam pengangkutan 5) Uang dalam penyimpanan 6) Kecurangan B. Premi Asuransi 1. Pengertian Premi Asuransi Dalam asuransi yang dimaksud dengan premi adalah pembayaran dari Tertanggung kepada Penanggung. Dengan demikian premi asuransi akan merupakan imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh Penanggung kepada Tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh Tertanggung. Uang premi tetap milik Penanggung, meskipun peril yang dipertanggungkan tidak terjadi. Premi merupakan faktor yang sangat penting dalam asuransi bagi Penanggung maupun bagi Tertanggung. Premi sangat penting bagi Penanggung, karena dengan premi yang berhasil dikumpulkan dan para Tertanggung (yang jumlahnya cukup banyak) dalam waktu yang relatif lama, akan membentuk sejumlah dana yang cukup besar. 2. Penentuan Tarif Pekerjaan menghitung premi pada asuransi adalah merupakan fungsi yang sangat penting. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan tarif premi, antara lain:

16 a. Situasi persaingan b. Kondisi atau struktur perekonomian c. Peraturan perundang-undangan Dalam penentuan tarif asuransi banyak menyangkut unsur-unsur: a. Kemungkinan (probability) b. Value judgement c. Kebijakan pemerintah Yang harus diperhatikan dalam penerpan tarif premi adalah adanya keseimbangan antara premi dengan risiko atau premi sebanding dengan tingkat risiko yang dihadapi. Namun demikian umumnya beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan tarif premi adalah sebagai berikut : 1) Tingkat risiko, semakin tinggi tingkat rate premi dan sebaliknya semakin rendahnya tingkat risiko maka tarif rate premi akan semakin rendah. 2) Loss profile atas objek pertanggungan yang ditutup, semakin tinggi loss ratio dari objek pertanggungan yang ditutup maka akan semakin tinggi tingkat ratenya dan sebaliknya semakin rendah loss ratio klaim maka rate akan semakin rendah. 3) Jumlah objek pertanggungan yang ditutup, yaitu apabila sejenis objek pertanggungan semakin banyak ditutup maka rate premi akan semakin rendah, apabila jenis risiko objek pertanggungan sangat terbatas maka rate premi akan semakin tinggi. 4) Jangka waktu pertanggungan, semakin lama jangka waktu pertanggungan semakin tinggi rate preminya.

17 5) Luas jaminan yang diberikan, semakin luas jaminan yang diberikan maka rate premi semakin tinggi dan sebaliknya semakin terbatas jaminan yang diberikan maka rate premi semakin rendah. 6) Deductible yang dikenakan akan dapat mempengaruhi besar kecilnya premi yang diberikan. C. Proses Akseptasi 1. Proses Underwriting Underwriting atau juga disebut seleksi risiko atau penseleksi risiko adalah proses untuk menyelesaikan dan mengklasifikasikan tingkat risiko dari pemohon asuransi. Menurut Nugraeni (1999:115). Setiap pelaksanaan penutupan yang dilakukan oleh perusahaan, dilakukan melalui tahap demi tahap yang memungkinkan terciptanya mekanisme penutupan yang saling terkontrol dan dilaksanakan dengan baik prinsip-prinsip akuntansi. Dengan terlaksananya prosedur penutupan secara baik dan benar, diharapkan akan diperoleh hasil underwriting yang menguntungkan bagi perusahaan karena risiko yang ada dikelola dengan baik. Dengan underwriting dapat menentukan apakah permohonan asuransi dapat diterima atau tidak, dan jika ya berapa besar premi yang dikenakan kepada pemohonnya. Proses seleksi dapat tidak dilaksanakan dengan baik apabila perusahaan lebih mengikuti bagian marketing yang menginginkan agar informasi terhadap calon pemohon asuransi dibatasi agar proses cepat selesai. Menurut Bahri (2004:35) ; ada perusahaan yang kurang memberi

18 perhatian terhadap persyaratan underwriting, karena dalam persyaratan underwriting tersebut memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit dan perusahaan lebih banyak mengikuti permintaan bagian marketing, yang akibatnya adalah kerugian bagi perusahaan karena penetapan kondisi underwritingnya tidak seimbang. Secara umum tahapan-tahapan yang dilakukan oleh seorang underwriting dalam proses akseptasi asuransi kebakaran dan asuransi kendaraan bermotor adalah sebagai berikut : a. Pengisian SPPA (Surat Permintaan Penutupan Asuransi) yang ditandatangani oleh pihak Tertanggung sebagai salah satu dasar bagi terbentuknya suatu perjanjian asuransi. Data-data yang umumnya terdapat dalam SPPA antara lain adalah : keterangan-keterangan tentang Tertanggung, objek pertanggungan, data-data tentang penutupan asuransi yang pernah dilakukan, dll. b. Analisa atas informasi yang terdapat dalam SPPA dan dokumendokumen akseptasi lainnya. SPPA yang diterima harus dilakukan analisa/evaluasi untuk menentukan apakah SPPA yang diisi oleh calon Tertanggung cukup lengkap dan apakah keterangan-keterangan yang telah diberikan dapat diterima atau masih perlu dibuktikan. c. Survey risiko. Umumnya setiap penutupan harus dilakukan survey risiko terlebih dahulu. Tujuan survey risiko dilakukan adalah untuk menyakini kebenaran dari objek pertanggungan maupun kebenaran

19 data dan dokumen yang diberikan oleh Tertanggung. Survey risiko ini dapat dilakukan oleh internal surveyor (staff perusahaan) ataupun oleh eksternal surveyor (independent surveyor) hal ini tergantung pada tingkat kerumitan yang akan dihadapi. d. Identifikasi objek pertanggungan. 1) Harus dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya mencakup potensial risiko dari objek pertanggungan tersebut. 2) Rincian harga pertanggungan harus jelas, lengkap dan terinci sesuai dengan jenis, tipe dan macam dari objek pertanggungan serta meliputi pula harga perunit masing-masing. e. Analisa Risiko. Untuk setiap penutupan harus dilakukan selection risk, selection of business dan selection of portpolio, dengan tujuan setiap keputusan akseptasi yang dilakukan telah berdasarkan hasil analisa yang optimal. Untuk menghindari timbulnya masalah dan kesulitan antara Penanggung dengan Tertanggung, apabila terjadi kerugian, maka analisa akseptasi berdasarkan dokumen yang ada dan laporan survey risiko yang telah dilakukan harus benar-benar dilakukan. f. Keputusan atas analisa risiko. Setiap analisa risiko yang telah dilakukan harus dibuat keputusan yang mencakup: 1) Saran dan rekomendasi dari Surveyor. 2) Analisa dan pendapat dari Underwriter.

20 3) Saran-saran yang diperlukan. g. Penerapan Terms & Condition Polis Dalam penetapan terms & condition polis tersebut harus diperhatikan kewajaran terms & condition atas objek pertanggungan dimaksud, yaitu tidak boleh terlalu luas ataupun terlalu sempit dibandingkan dengan potensial risiko dari objek yang dipertanggungkan, karena apabila term & condition yang ditetapkan terlalu luas, maka dapat menyulitkan Penanggung yang disebabkan tingkat potensi klaim yang timbul semakin besar, sedangkan apabila terlalu sempit merugikan Tertanggung. h. Penerapan tarif premi Yang harus diperhatikan dalam penerpan tarif premi adalah adanya keseimbangan antara premi dengan risiko atau premi sebanding dengan tingkat risiko yang dihadapi. Namun demikian umumnya beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan tarif premi adalah sebagai berikut: 1) Tingkat risiko, semakin tinggi tingkat rate premi dan sebaliknya semakin rendahnya tingkat risiko maka tarif rate premi akan semakin rendah. 2) Loss profile atas objek pertanggungan yang ditutup, semakin tinggi loss ratio dari objek pertanggungan yang ditutup maka

21 akan semakin tinggi tingkat ratenya dan sebaliknya semakin rendah loss ratio klaim maka rate akan semakin rendah. 3) Jumlah objek pertanggungan yang ditutup, yaitu apabila sejenis objek pertanggungan semakin banyak ditutup maka rate premi akan semakin rendah, apabila jenis risiko objek pertanggungan sangat terbatas maka rate premi akan semakin tinggi. 4) Jangka waktu pertanggungan, semakin lama jangka waktu pertanggungan semakin tinggi rate preminya. 5) Luas jaminan yang diberikan, semakin luas jaminan yang diberikan maka rate premi semakin tinggi dan sebaliknya semakin terbatas jaminan yang diberikan maka rate premi semakin rendah. 6) Deductible yang dikenakan akan dapat mempengaruhi besar kecilnya premi yang diberikan. i. Pengenaan deductible. Deductible ini merupakan cara Penanggung untuk membagi risiko kepada Tertanggung, dengan maksud agar Tertanggung lebih hati-hati dalam pengelolaan risiko dari objek yang dipertanggungkan, karena apabila terjadi klaim maka Tertanggung akan menanggungan sebagian klaim yang terjadi. j. Penerapan klausula. Klausula pada dasarnya tujuannya adalah untuk memperluas ataupun untuk membatasi jaminan yang diberikan oleh Penanggung.

22 Penerapan klausula harus dilakukan secara wajar dalam arti saling menguntungkan antara Penanggung dengan Tertanggung. k. Penerbitan polis. Setelah langkah-langkah akseptasi tersebut dilakukan, maka polis harus segera diterbitkan dengan tujuan dalam rangka kepastian hukum dan pelayanan kepada Tertanggung. Yang harus diperhatikan dalam penerbitan polis adalah mulai berlakunya pertanggungan. Apabila mulainya pertanggungan berlaku surut maka harus ditegaskan dalam polis klausula Subject to No Claim sampai dengan penutupan/penerbitan polis dibuat. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya suatu objek pertanggungan yang telah mengalami klaim sebelum penutupan disetujui atau polis diterbitkan. l. Penyerahan polis. Setelah polis selesai diterbitkan, harus diupayakan untuk segera disampaikan kepada Tertanggung, Penanggung sebaiknya baru menyerahkan polis kepada Tertanggung setelah ada komitmen atau Tertanggung telah membayar premi. 2. Tuntutan Ganti Rugi Bagi Tertanggung manfaat utama dari membeli asuransi adalah adanya perlindungan (proteksi) atas kerugian yang dialami, sepanjang kerugian tersebut memang dijamin oleh kondisi polis. Untuk dapat memperoleh ganti rugi yang wajar dan sesuai dengan yang diharapkan, maka Tertanggung harus

23 memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah dipersyaratkan dalam kondisi polis. Kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh Tertanggung guna memperoleh ganti rugi dari pihak Penanggung. 3. Kewajiban Tertanggung Bila Terjadi Kebakaran/Kerusakan Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh Tertanggung apabila terjadi kebakaran/kerusakan pada dasarnya mencakup hal-hal berikut : a. Sesudah mengetahui atau pada waktu dianggap seharusnya sudah mengetahui akan adanya kebakaran/kerusakan atas kepentingan yang dipertanggungkan, Tertanggung harus : 1) Segera memberitahukan hal itu kepada Penanggung. 2) Dalam waktu 7 (tujuh) hari memberikan keterangan tertulis tentang hal-hal yang diketahui atas kebakaran/kerusakan yang terjadi, dan apabila memungkinkan mencakup keterangan tentang: a) Segala sesuatu yang terbakar, musnah, hilang, rusak dan tertolong. b) Sebab-sebab kebakaran/kerusakan sepanjang yang diketahui atau diduga. b. Pada waktu terjadi kebakaran/kerusakan, Tertanggung wajib : 1) Sedapat-dapatnya menyelamatkan serta menjaga barang-barang yang dipertanggungkan serta mengijinkan orang lain menolong dan menjaga keselamatan barang-barang itu.

24 2) Memberikan bantuan sepenuhnya kepada Penanggung atau wakilnya atau pihak lain yang ditunjuknya, untuk melakukan penelitian atas kebakaran/kerusakan yang terjadi. 3) Menjaga keselamatan dari segala sesuatu yang masih bernilai. Bilamana Tertanggung tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut, maka haknya atas ganti rugi akan hilang. 4. Proses Penyelesaian Klaim untuk Asuransi Kebakaran Beberapa tahapan yang umumnya dilakukan oleh pihak Penanggung dalam menyelesaiakan tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh Tertanggung adalah sebagai berikut: a. Setelah menerima laporan lisan maupun tertulis dari pihak Tertanggung tentang kebakaran atau kerusakan yang terjadi, maka selanjutnya meminta laporan yang terperinci tentang kerusakan yang terjadi dari Tertanggung. b. Memperkirakan besarnya kerugian yang terjadi, apakah jumlahnya besar atau kecil. c. Meneliti apakah klaim tersebut rumit atau sederhana. d. Berdasarkan hal-hal diatas, selanjutnya dilakukan penelitian langsung kelapangan. Apabila klaim tersebut cukup sederhana dan kecil, maka penelitian lapangan dapat dilakukan oleh petugas klaim dari Penanggung sendiri (adjuster intern). Namun apabila klaim itu cukup besar dan rumit, maka Penanggung dapat menunjuk Independent Loss Adjuster (Adjuster External) untuk meneliti klaim yang terjadi. Loss adjuster ini akan

25 meneliti objek yang akan mengalami kerusakan, kemungkinan sebabsebab kerusakan dan memperkirakan besarnya kerugian yang terjadi, dan semuanya ini dituangkan dalam bentuk laporan survey claim. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membayar profesional independent loss adjuster tersebut ditanggung oleh Penanggung. Adapun hal-hal yang perlu diuraikan dalam laporan survey claim ini antara lain adalah: 1) Lokasi, tanggal dan waktu terjadinya kerugian. 2) Sebab-sebab terjadinya kerugian. 3) Besarnya kerusakan, apakah masih dapat diperbaiki atau tidak, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah semakin besarnya kerusakan/kerugian, serta mengamankan sisa barang yang masih bernilai. 4) Taksiran besarnya nilai kerugian. 5) Foto-foto kerusakan sebagai bahan dokumentasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya ganti rugi yang diterima oleh pihak Tertanggung atas kerugian yang dialami tergantung pada: a. Besarnya harga pertanggungan. b. Pertanggungan rangkap. c. Limit of liability.

26 d. Deductible. 5. Proses Penyelesaian Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor Jika terjadi kerugian dan/atau kerusakan kendaraan yang dijamin oleh perusahaan asuransi (polis), maka Tertanggung harus segera melakukan tindakan sebagai berikut: a. Melaporkan secara tertulis ke Perusahaan Asuransi dalam batas waktu 3 hari kerja sejak terjadinya klaim. b. Jika melibatkan pihak ketiga, Tertanggung tidak dibenarkan memberikan janji besarnya biaya perbaikan dan/atau penggantian kerusakan tanpa sepengetahuan dan mendapat ijin dari Perusahaan Asuransi. c. Melengkapi dokumen klaim sesuai dengan jenis klaimnya sebagai berikut : 1) Klaim Kerusakan a) Mengisi Formulir Klaim kendaraan secara lengkap. b) Menyerahkan copy polis, copy SIM pengemudi, copy STNK (jika belum ada STNK sebagai penggantinya Surat Tanda Coba Kendaraan ) dan copy Surat Pengiriman Kendaraan. c) Estimasi biaya perbaikan dari bengkel. d) Foto-foto kerusakan. e) Surat Keterangan Laporan Polisi jika terjadi pencurian sebagian. 2) Klaim TPL (Pihak Ketiga) Tertanggung harus menyerahkan dokumen-dokumen sebagai berikut :

27 a) Mengisi Formulir Klaim kendaraan secara lengkap. b) Menyerahkan copy polis, copy SIM pengemudi, copy STNK (jika belum ada STNK sebagai penggantinya Surat Tanda Coba Kendaraan ) dan copy Surat Pengiriman Kendaraan. c) Estimasi biaya perbaikan dari bengkel. d) Foto-foto kerusakan. e) Surat Keterangan Laporan Polisi jika terjadi pencurian sebagian. f) Surat Tuntutan dari pihak ketiga. g) Surat Musyawarah / Damai dengan pihak ketiga. h) Copy STNK dan copy SIM pengemudi pihak ketiga. i) Foto-foto kerusakan kendaraan pihak ketiga. j) Estimasi dari bengkel. 3) Klaim Pencurian (Total Loss) Tertanggung harus menyerahkan dokumen-dokumen, sebagai berikut: 1. Mengisi Formulir Klaim kendaraan secara lengkap. 2. Menyerahkan copy polis, copy SIM pengemudi, copy STNK (jika belum ada STNK sebagai penggantinya Surat Tanda Coba Kendaraan) dan copy Surat Pengiriman Kendaraan. 3. Estimasi biaya perbaikan dari bengkel. 4. Foto-foto kerusakan. 5. Surat Keterangan Laporan polisi setempat. 6. Surat Blokir STNK dari pihak Kepolisian setempat. 7. Surat Keterangan dari Kadit Serse POLDA setempat.

28 8. Menyerahkan asli STNK, BPKB dan kunci duplikat. 9. Mengisi surat Subrogasi. 10. Menyerahkan Asli Faktur pembelian kendaraan. 6. Reasuransi Pengertian reasuransi menurut Siamat (1995:296) adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau sering disebut asuransi dari asuransi. Reasuransi ini suatu sistem penyebaran risiko di mana Penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada Penanggung yang lain. Pihak yang menyerahkan pertanggungan (Tertanggung) disebut dengan ceding company dan yang menerima pertanggungan (Penanggung) disebut reinsurer atau reasuradur. C. Sistem Pengendalian Intern 1. Definisi Pengendalian Intern Pengertian pengendalian intern menurut American Institute of Certified Public Accountants-AICPA: Pengendalian intern terdiri dari rencana organisasi serta seluruh metode koordinasi dan pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan untuk

29 menjaga aktivanya, menguji keakuratan dan keandalan data akuntansinya, mendukung efisiensi operasional serta mendorong dipatuhinya kebijakan-kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Agar perusahaan mendapatkan hasil underwriting yang baik, untuk itu perusahaan asuransi harus melakukan pengendalian intern dalam proses akseptasi permohonan asuransi. Sugiyanto (1999:1) memaparkan: sistem pengendalian merupakan cara dan ukuran yang terkoordinasi dalam suatu organisasi untuk menguasai harta keakyaan, mengecek ketelitian dan kebenaran pencatatan data akuntansi, meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi atau kerja dan menolong ditaatinya kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Dimana proses akseptasi ini memerlukan pengendalian intern, agar perusahaan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Menurut Pasaribu (1995:57) memaparkan : Hasil pemeriksaan struktur pengendalian intern secara nyata bermanfaat bagi manajemen dalam usaha peningkatan pengendalian dan peningkatan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan perusahaan, sehingga menimbulkan kesan dan bahkan penting. Dimana struktur pengendalian intern merupakan tanggung jawab dari manajemen perusahaan. Menurut Hastuti (1998) : Manajemen bertanggung jawab untuk mengenbangkan dan menyelenggarakan secara efektif struktur pengendalian internnya, dimana manajemen memiliki tanggung jawab untuk memberikan semangat sadar atas pentingnya pengendalian dalam organisasi, menjamin semua komponen sistem pengendalian intern terwujud dalam organisasi. Pengendalian intern akan tidak berjalan dengan baik apabila manajemen yang melalaikan struktur pengendalian intern. Menurut Pasaribu

30 (1995:65) ; struktur pengendalian intern memilki keterbatasan bawaan yaitu pengabaian oleh manajemen. Kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan terntentu yang tidak sah seperti penyajian kondisi keuangan manipulatif, penetapan keuntungan pribadi manajer atau kepatuhan semu. Agar struktur pengendalian intern dapat berjalan dengan baik, untuk itu setiap pihak-pihak yang terkait dapat memahami dan melaksanakan pengendalian intern agar perusahaan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Hastuti memaparkan (1998:44) ; karena sistem melibatkan manusia, khususnya perilaku manusia, oleh karena itu etika dalam perusahaan harus ditegakkan agar tujuan sistem pengendalian intern perusahaan dapat dicapai, pencurian dan penipuan bisa dihilangkan serta kekeliruan dan ketidakberesan bisa diminimumkan. Pengendalian intern dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a. Pengendalian akuntansi, meliputi rencana organisasi serta prosedurprosedur dan pencatatan yang berkaitan dengan penjagaan aktiva serta keandalan catatan finansial. b. Pengendalian administratif, antara lain mencakup rencana organisasi serta prosedur-prosedur dan pencatatan yang berkaitan dengan proses penambilan keputusan yang mengarah pada otorisasi transaksi dan merupakan titik awal dari pembuatan pengendalian akuntansi. Pengendalian intern dibutuhkan untuk proses akseptasi permohonan asuransi yang diajukan oleh calon nasabah apakah layak diterima atau tidak. Dimana

31 pengendalian intern ini merupakan bagian dari audit operasional. Menurut Hendarti (2001:27) menjelaskan: Perusahaan membutuhkan auditing operasional untuk menentukan efektivitas dan efisiensi setiap bagian dalam perusahaan. Dengan demikian, pengujian efektivitas pengendalian intern oleh auditor intern merupakan bagian dari audit oprasional jika tujuannya adalah untuk membantu organisasi dalam menjalankan usahanya secara efisien dan efektif. 2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern Tujuan pengendalian intern adalah: a. mengamankan aktiva b. memeriksa ketelitian dan kebenaran data akun c. memajukan efisiensi dalam operasi 3. Komponen Pengendalian intern Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait, yaitu : a. Lingkungan pengendalian Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. b. Penaksiran risiko Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. c. Aktivitas pengendalian

32 Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. d. Informasi dan komunikasi Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. e. Pemantauan Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya (independen), pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah terdapat penyimpangan pelaksanaan struktur pengendalian intern, apakah struktur pengendalian intern telah beroperasi dengan baik.