BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak diimbangi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Air permukaan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia seperti : sumber air minum, perumahan, irigasi, peternakan, perikanan pembangkit listrik, transportasi, dan sebagai tempat rekreasi. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber daya alam. Perairan yang tercemar selain membahayakan kesehatan manusia juga akan merugikan sumber kehidupan dan sistem ekologi serta kerusakan struktur perairan. Dengan semakin banyaknya bahan-bahan pencemar di perairan akan menimbulkan kerugian pada sektor perikanan yaitu dapat berupa kerugian langsung yang mengakibatkan kematian ikan-ikan, sedangkan kerugian tidak langsung berupa menurunnya produktivitas oleh karena turunnya mutu lingkungan. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu. Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. Masalah pencemaran air pada saat ini sudah sangat kompleks, meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan organisme lainnya karena di dalam kehidupannya, mereka senantiasa membutuhkan air. Karena air merupakan bahan 1
2 yang sangat penting untuk berlangsungnya segala aktivitas, maka diperlukan air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat baku mutu sesuai dengan peruntukkannya. Sungai merupakan salah satu sumber air yang menunjang berbagai aspek kehidupan, untuk memenuhi berbagai kegiatan sesuai dengan peruntukannya. Ketersediaan sumberdaya air, untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia maupun keperluan pembangunan, selain memperhatikan kuantitas air yang tidak kalah pentingnya juga harus memperhatikan kualitas agar dapat mengurangi pencemaran air yang berasal dari berbagai limbah di bagian hulu atau hilir daerah pengaliran sungai. Sebagai tempat penampungan air maka sungai mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami maupun antropogenik. Sungai juga merupakan tempat yang mudah dan praktis untuk pembuangan limbah baik padat maupun cair yang merupakan hasil dari kegiatan domestik, industri rumah tangga, peternakan dan usaha-usaha lainnya. Pertambahan senyawa kimia yang berasal dari berbagai aktitivitas membuang sampah dan limbah yang mengandung berbagai jenis bahan pencemar ke badan-badan perairan baik yang terurai maupun yang tidak terurai akan mengakibatkan semakin beratnya beban yang diterima oleh badan perairan. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS), mengakibatkan air yang tertampung di sungai tidak dapat terpenuhi dan mengakibatkan banjir yang membawa berbagai material bahkan sumber penyakit yang dapat diderita akibat banjir tersebut, seperti diare, penyakit kulit dan lainnya. Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya dari DAS Jangkok, perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana. DAS Jangkok merupakan salah satu DAS yang berada di SWS Pulau Lombok. DAS Jangkok mempunyai luas 170,298 km 2 dengan panjang sungai utama 47,106 km membujur dari arah timur ke barat melintasi Kabupaten Lombok Barat di bagian hulu dan Kota Mataram di bagian hilir, serta bermuara di Selat Lombok (Kementerian Pekerjaan Umum, 2011).
3 Berkembang pesatnya usaha dan aktivitas manusia serta kekurangpedulian masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya air telah banyak mengakibatkan kerusakan sumber air, terutama sungai. Sumber bahan pencemar dari berbagai aktivitas yang berlangsung dan proses produksi yang dilaksanakan pada sektorsektor tersebut akan menghasilkan limbah yang seharusnya dapat didaur ulang kembali atau diolah agar tidak berbahaya terhadap lingkungan sebelum dibuang, tetapi kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa proses tersebut tidak dilakukan sehingga mengakibatkan penurunan kualitas perairan sungai. Unsurunsur kimia atau non kimia yang terkandung dalam limbah sebagai akibat dari berbagai aktivitas tersebut dapat menurunkan kualitas air sungai melalui sedimentasi, penumpukan hara dan pestisida serta pencemaran oleh limbah domestik. Pencemaran air sungai disebabkan oleh sampah dan limbah domestik yang tersebar di sepanjang bantaran Sungai Jangkok (wilayah Dusun Punikan, Selagalas, Karang Baru, Udayana, Pejeruk dan Ampenan). Selain itu, terdapat penambangan galian golongan C, banyaknya industri (industri rumah tangga, kerajinan emas-perak) dan permukiman penduduk serta kurangnya vegetasi di sepanjang bantaran Sungai Jangkok menjadi faktor utama penyebab pencemaran Sungai Jangkok. Berbagai aktivitas penggunaan lahan di wilayah DAS Jangkok seperti permukiman, pertanian, perikanan dan peternakan diperkirakan telah mempengaruhi kualitas air. Kegiatan pertanian, terutama penggunaan pupuk dan pestisida akan mempengaruhi kualitas air sungai melalui buangan dari lahan pertanian yang masuk ke badan air. Perubahan tata guna lahan juga akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas domestik yang memberi masukan konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai. Berdasarkan hasil pemantauan dari Kementerian Pekerjaan Umum (2011), kualitas air Sungai Jangkok yaitu: ph berkisar 6-9, BOD berkisar 1,2-9,3 mg/l, COD berkisar < 2-32 mg/l, DO berkisar 5,82-6,7 mg/l dan total coliform melebihi ambang batas 5000 MPN/100 ml.
4 Pencemaran di Sungai Jangkok dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan keberadaan mahluk hidup di sekitarnya. Mengingat pentingnya peranan sungai bagi kehidupan mahluk hidup khususnya penduduk di sekitar bantaran sungai maka perlu dilakukan kajian kualitas air dan beban pencemaran di Sungai Jangkok. Program monitoring kualitas air sungai sangat dibutuhkan untuk melindungi kesehatan masyarakat, melindungi kehidupan ekosistem sungai, dan menjaga sumber-sumber air bersih. Salah satu langkah penting dalam program ini adalah mengetahui status kualitas air. Data kualitas air yang diperoleh dari hasil pengukuran tidak dapat secara langsung menjelaskan status mutu air karena data kualitas air masih berupa nilai mentah dari parameter kualitas air yang diukur. Mengingat pentingnya peranan sungai bagi kehidupan manusia, khususnya penduduk disekitar bantaran sungai maka perlu dilakukan kajian kualitas air dan beban pencemaran di Sungai Jangkok agar dapat digunakan untuk merencanakan langkah-langkah pengelolaan lingkungan dan sanitasi DAS. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana status mutu air Sungai Jangkok berdasarkan Indeks Kualitas Air (Water Quality Index)? 2. Seberapa besar nilai beban pencemaran dan daya tampung beban pencemaran Sungai Jangkok? 3. Bagaimana langkah-langkah pengelolaan sanitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Jangkok? 1.3 Keaslian Penelitian Berdasarkan pemantauan kualitas air Sungai Jangkok telah dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum melalui Program Kali Bersih (Prokasih) pada tahun 1993-1995 dan dilanjutkan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Nusa Tenggara Barat (BLHP NTB) bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan
5 Hidup menunjukkan bahwa, sebagian masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai masih membuang limbah domestik dan limbah tinja secara langsung ke badan air tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut terbukti dengan nilai BOD, COD, E. Coli dan Total Coliform telah melebihi ambang batas. Pemantauan tersebut bertujuan mengetahui kualitas air sungai dengan metode Storet dan mendukung kebijakan pengelolaan lingkungan dengan menyediakan data kualitas air sungai. Candri (2008), telah melakukan penelitian (studi) tentang makrozoobentoz sebagai bioindikator kualitas air. Studi ini untuk mengetahui tingkat pencemaran sungai Jangkok dengan parameter fisik, kimia dan mikrobiologi serta keanekaragaman makrozoobentos sebagai bioindikator kualitas air di perairan Sungai Jangkok. Keaslian penelitian ini adalah terletak pada metode yang digunakan yaitu metode The Canadian Council of Ministers of the Environment Water Quality Index (CCME WQI) dalam menentukan status mutu air. Metode ini memiliki keunggulan lebih representatif menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan. Selain itu penelitian ini juga menambahkan kajian mengenai beban pencemaran dan daya tampung pencemaran Sungai Jangkok. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan status mutu air Sungai Jangkok berdasarkan Indeks Kualitas Air (Water Quality Index). 2. Menghitung nilai beban pencemaran dan daya tampung beban pencemaran Sungai Jangkok. 3. Merencanakan langkah-langkah pengelolaan sanitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Jangkok. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi tentang status mutu air, beban pencemaran dan daya tampung pencemaran Sungai Jangkok.
6 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan sumberdaya air khususnya penentuan peruntukan air dan sistem sanitasi lingkungan Sungai Jangkok. 1.6 Batasan Penelitian Agar penelitian dapat terfokus pada inti permasalahan yang dikaji, maka dilakukan pembatasan terhadap penelitian ini, yaitu: 1. Parameter kualitas air yang dikaji adalah parameter fisika, kimia dan mikrobiologi yang merupakan data kualitas air sungai Jangkok dari tahun 2009-2012. 2. Data sekunder lain yang digunakan adalah data debit air Sungai Jangkok tahun 2009-2012 dan data curah hujan. 3. Metode yang digunakan adalah metode The Canadian Council of Ministers of the Environment Water Quality Index (CCME WQI). 4. Baku mutu yang digunakan adalah baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. 5. Penelitian dilakukan di Sungai Jangkok dengan 6 (enam) lokasi pemantauan dari Stasiun AWLR Keling Desa Sesaot (SJ1), Jembatan Punikan (SJ2), Jembatan Selagalas (SJ3), Jembatan Jalan Dr. Sutomo (SJ4), Jembatan Jalan Udayana (SJ5) sampai Jembatan Ampenan (SJ6).