BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

2015 PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari anak-anak sampai dengan orang

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik dalam hal pengetahuan maupun sikap. Salah satu pembelajaran yang

2015 PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA KELAS III SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu membekali diri dengan pendidikan. Terdapat pengertian pendidikan menurut

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan yang di survey oleh Organisation for Economic

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tri Sulistiani Yuliza, 2013

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, Matematika dipelajari pada semua jenjang pendidikan, dengan harapan pendidikan matematika dapat menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan kehidupan masa depan (Setyawan, 2013, hlm. 1). Oleh karena itu, penguasaan ilmu matematika sangat penting dimiliki oleh siswa untuk menghadapi perkembangan zaman yang menuntut sesuatu lebih cepat, praktis dan efisien. Matematika di sekolah dasar merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari. Seperti yang tercantum dalam standar isi KTSP (Depdiknas, 2006), pembelajaran matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki: 1. Kemampuan memahami konsep, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Kemampuan mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah. 3. Kemampuan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis. 4. Kemampuan strategis dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan menyelesaikan model matematis dalam penyelesaian masalah. 5. Sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

2 Dari standar isi KTSP, disebutkan bahwa kemampuan memahami dan menjelaskan keterkaitan antar konsep tersebut menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah. Kemampuan menjelaskan

3 keterkaitan antar konsep bisa dikatakan sebagai kemampuan koneksi matematis. Itu berarti kemampuan koneksi matematis ini ada pada urutan pertama pada tujuan pembelajaran matematika yang memegang peran penting dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, kemampuan koneksi matematis penting untuk dimiliki siswa. Siswa yang memiliki kemampuan koneksi matematis dapat lebih memahami materi secara keseluruhan dan materi tersebut akan bertahan lama dalam ingatan siswa karena siswa akan mampu menghubungkan antar topik dalam matematika, dengan topik di luar matematika, dan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 6 tahun 2006 ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (untuk pendidikan dasar). Selain itu, tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan Indonesia tersirat dengan jelas keinginan yang ingin dicapai yaitu: kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan berargumentasi atau bernalar (reasoning), kemampuan berkomunikasi (communication), kemampuan membuat koneksi (connection), serta kemampuan representasi (representation). Kemampuan mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya merupakan suatu cara seseorang mendapatkan pengetahuan baru. Selain itu, kemampuan mengaitkan suatu konsep dengan konsep yang lainnya erat kaitannya dengan kemampuan koneksi matematis. Hal ini dikarenakan siswa dituntun untuk bisa memahami lebih dari satu konsep dan merelasikannya. Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan untuk mengaitkan antar konsep dalam matematika, mengaitkan konsep matematika dengan konsep di luar matematika, maupun kemampuan untuk mengkaitkan konsep matematika dengan kehidupan nyata. Tetapi, pada kenyataannya kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah. Hal ini sesuai dengan hasil Ujian Tengah Semester kelas V SDN 1 Cibogo

4 yang dilaksanakan pada tanggal 11 maret 2014. Dari semua soal yang terdapat dalam UTS matematika yang memuat indikator kemampuan koneksi matematis, hanya 18,75% siswa kelas V yang memperoleh nilai di atas KKM sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa kelas V masih rendah. Rendahnya kemampuan koneksi matematis menjadi masalah karena dalam matematika terdapat konsep-konsep yang saling barkaitan satu sama lain. Materi yang terdapat dalam UTS yaitu materi pecahan dan bangun ruang. Dalam materi pecahan, terdapat keterkaitan antara konsep pecahan, KPK dan perkalian. Jika siswa tidak bisa mengaitkan atau tidak menguasai materi tersebut, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematis. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada wali kelas V, dalam materi bangun ruang, siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan konsep bangun ruang dengan kehidupan sehari-hari dimana berdasarkan data hasil ulangan harian mengenai materi bangun ruang, hanya 12,5 % siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Berdasarkan hasil UTS, observasi dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi di kelas V dalam pembelajaran matematika ialah siswa sulit untuk mengkaitkan antar konsep matematika, serta konsep matematika dengan kehidupan nyata. Cara mengajar guru yang cenderung teacher centered dan siswa yang cenderung pasif dalam proses pembelajaran merupakan beberapa penyebab kemampuan koneksi matematis siswa rendah. Model pembelajaran generatif merupakan model pembelajaran yang berdasarkan konstruktivisme bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa. Selain itu, setelah siswa mengkontruksi pengetahuan barunya, siswa dapat mengkoneksikan pengetahuan barunya tersebut dengan pengetahuan lain yang telah didapatkan siswa dan juga dengan kehidupan sehari-hari, sehingga melalui pembelajaran matematika dengan model pembelajaran generatif, kemampuan

5 koneksi matematis siswa akan meningkat dan siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam mengaitkan antar konsep matematika, dan matematika dengan kehidupan sehari-hari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimanakah penerapan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat materi bangun ruang sederhana? Masalah tersebut dijabarkan ke dalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran model pembelajaran generatif pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat materi bangun ruang sederhana? 2. Bagaimanakah perkembangan pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran generatif pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat materi bangun ruang sederhana? 3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan koneksi matematis pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat materi bangun ruang sederhana dengan menggunakan model pembelajaran generatif? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran generatif untuk

6 meningkatkan kemampuan koneksi matematis pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat materi bangun ruang sederhana. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran model pembelajaran generatif pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibogo 1 Kabupaten Bandung Barat materi bangun ruang sederhana. 2. Untuk mendeskripsikan perkembangan pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran generatif pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibogo 1 Kabupaten Bandung Barat materi bangun ruang sederhana. 3. Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibogo 1 Kabupaten Bandung Barat materi bangun ruang sederhana dengan menggunakan model pembelajaran generatif. D. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan manfaat, diantaranya sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan sebuah teori baru mengenai model pembelajaran generatif yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis pada siswa kelas V SDN 1 Cibogo sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan dapat dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk memperbaiki proses

7 pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa, serta sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah matematis mengenai luas permukaan dan volume bangun ruang sederhana. b. Bagi guru Mendapatkan pengalaman tentang model pembelajaran generatif. c. Bagi sekolah : 1) Sebagai informasi untuk memberikan ketertarikan tenaga kependidikan agar lebih banyak menerapkan metode pembelajaran yang aktif, efektif dan inovatif. 2) Memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas sekolah dalam melakukan inovasi pembelajaran matematika di sekolah dasar. d. Bagi peneliti lain Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai model pembelajaran generatif. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah apabila guru menerapkan model pembelajaran generatif dengan tepat dalam pembelajaran matematika, maka kemampuan koneksi matematis siswa kelas V SDN 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat akan meningkat. F. Definisi Operasional Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran generatif, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan

8 koneksi matematis pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Cibogo Kabupaten Bandung Barat materi bangun ruang sederhana. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian, maka variabel-variabel penelitian ini dijelaskan masing-masing batasannya secara operasional dalam uraian berikut. 1. Model Pembelajaran Generatif Model Pembelajaran Generatif merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Osborn dan Wittrock (1985) dimana model pembelajaran generatif merupakan salah satu model pembelajaran yang berusaha menyatukan gagasan-gagasan baru dengan gagasan yang telah dimiliki siswa yang berlandaskan pada paham konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan dikonstruksi dalam pikiran siswa. Model Pembelajaran Generatif mempunyai lima tahap, yaitu tahap orientasi, tahap pengungkapan ide, tahap tantangan dan restrukturisasi, tahap penerapan konsep dan tahap melihat kembali. 2. Kemampuan Koneksi Matematis Materi Bangun Ruang Sederhana Menurut Kusuma (dalam Haety, 2013, hlm. 8) kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan matematis tingkat tinggi yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaitkan antar konsep matematika secara internal yang berhubungan dengan matematika itu sendiri ataupun keterkaitan secara eksternal yaitu matematika dengan bidang lain, bidang studi lain, maupun dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan mengaitkan konsep-konsep matematika secara internal (dalam matematika itu sendiri) maupun secara eksternal (konsep matematika dengan bidang lain). Menurut NCTM (dalam Hardianty, 2012, hlm. 16) indikator kemampuan koneksi matematis yaitu:

9 a. Mengenal dan dapat memanfaatkan kaitan antar konsep dalam matematika. b. Memahami bagaimana konsep-konsep dalam matematika saling berkaitan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu struktur yang utuh dan koheren. c. Mengenal dan dapat menerapkan matematika dalam konteks di luar matematika. Dalam penelitian ini, pengukuran kemampuan koneksi matematis siswa dilakukan dengan mengukur ketercapaian indikator-indikatornya. Adapun indikator kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini adalah: a. Mengaitkan antar konsep matematika. b. Menyatakan representasi yang ekuivalen untuk konsep yang sama. c. Menerapkan konsep matematika dalam konteks masalah kehidupan seharihari. Penilaian kemampuan koneksi matematis ini dapat dilihat dari hasil tes evaluasi yang dilaksanakan di akhir tiap siklus. Bangun ruang sederhana dalam penelitian ini ialah bangun ruang berbentuk prisma segi empat (kubus dan balok). Adapun sub materi dalam penelitian ini ialah luas permukaan dan volume bangun ruang sederhana. Luas permukaan merupakan luas gabungan bangun datar yang dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk bangun ruang. Sedangkan, volume merupakan ukuran yang menyatakan besaran isi suatu bangun ruang. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah: a) Standar kompetensi 6 Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. b) Kompetensi dasar 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana.

10