Intro Cahaya putih bersinar terang. Di ikuti bau yang begitu harum. Dari sebuah bola cahaya muncul sosok bersayap, dengan kaki-kaki yang lentik, tangan yang mungil tapi kuat, mata penuh dengan cinta dan senyum yang menawan. Di tempat ini ia dipanggil Cupve. Cupve berjalan pelan meniti sebuah jembatan yang terbuat dari air, di punggungnya ia memanggul sebuah busur dan beberapa anak panah, sementara itu di tangannya memegang sebuah kertas yang begitu tebal. Ia membalik lembar demi lembar, terkadang ia tersenyum membaca kertas itu, terkadang pula ia mengerutkan kening. Sesampainya di ujung jembatan, ia terbang rendah menuju gerbang yang terbuat dari batu granit berwarna putih. Cupve menengadahkan kepalanya, bersiap-siap terbang tinggi menuju lingkaran berwarna pelangi di atas kepalanya. Tapi ancang-ancangnya terhenti ketika dari lingkaran hitam di sebelah kirinya berbunyi nyaring dan pekik di iringi cahaya abu-abu, dari kilatan cahaya itu muncul sosok bersayap, wajahnya sendu namun masih memancarkan sinar terang. Ia berjalan pelan menuju Cupve, Cupve menundukan kepala sebentar dan memberi senyum, 1
salam, Izzi kata Cupve, salam, Cupve, hendak menjalakan perintahnya? tanya Izzi setelah menjawab salam Cupve, itu benar, saat yang menyedihkan sepertinya? Cupve bertanya ramah, dia lebih mendengarkan iblis dari pada aku, sangat disayangkan jawab Izzi menyesalkan kejadian yang baru ia alami, bunuh diri atau membunuh? lanjut Cupve ingin tahu, membunuh, dia tidak bisa memaafkan, terkadang aku ingin bertukar tugasmu, melihat kebahagian bukan kesedihan Izzi menjawab, maafkan aku Izzi, tapi terkadang tugas yang aku emban tidak sepenuhnya berujung pada bahagia, cinta yang di anugerahkan olehnya terkadang di biaskan oleh iblis, sehingga akhirnya berujung pada kebencian, permusuhan, pembunuhan dan mungkin penyangkalan terhadapnya, kata Cupve sambil menyerahkan kertas yang ia pegang, Namun satu lembar kertas terjatuh di kaki Izzi, ia mengambilnya dan melihat sebuah nama, Tuhan sungguh baik, Ia masih memberi kesempatan rupanya, kata Izzi sambil mengembalikan kertas itu pada Cupve, Cupve tersenyum tampaknya ia masih hidup 30 tahun ke depan? Aku ingin tahu kisah seperti yang akan dimainkan olehnya 2
Izzi mengangguk pelan dan tiba-tiba dari jembatan air, terbang cepat dua sosok malaikat, berhenti sesaat menyapa Izzi dan Cupve, tak biasanya dua Guardian bersamaan menuju dunia, ada kelahiran kembar? tanya Cupve, bukan begitu Cupve, ada dua manusia yang diberi keistimewaan, tapi sayangnya kami dengar dua Belliant juga sudah di perintahkan untuk menutupi keistimewaan itu jawab salah satu Guardian, menarik sekali, apa yang membuat iblis begitu khawatir sehingga mengutus mereka? Izzi ikut bertanya, sangat istimewa, salah satu mereka dapat berbicara dengan kita, dengan syarat jika mereka peka tentunya Guardian yang ke dua menerangkan pada Izzi, dua anak itu termasuk ada dalam daftarku ya? Cupve bertanya sambil mengangkat kertas yang ia pegang, tentu saja Cupve, bahkan salah satunya akan dekat denganmu dan lagi-lagi dengan syarat jika salah satu diantara mereka peka tentunya jawab 2 Guardian itu bersama-sama, Setelah memberikan salam perpisahan, dua Guardian terbang menuju lingkaran berwarna pelangi, Izzi memandang Cupve dan berkata yang ku tahu saat ini atau tanggal 26 november di dunia manusia, tepat 28 tahun setelah ini, aku harus mengambil 2 3
jiwa lagi, tapi aku harap itu tak terjadi jika dua Guardian bisa mengalahkan dua Belliant, mari kita bersama-sama selaksa malaikat yang lainnya terus berdoa untuk dua anak ini Izzi ajak Cupve. Izzi mengganguk sambil tersenyum, memberikan salam dan terbang menuju jembatan air, sementara Cupve terbang tinggi menembus lingkaran pelangi, memulai tugasnya untuk 10 dekade kedepan. 4
Aku rasa ini adalah akhir dari kisah kita, Waktuku habis sayang, begitu juga dengan waktumu, Hatiku sudah tidak berbentuk, Remuk rendam bersama rasa sakitku, Aku hanya ingin kamu tahu, Aku sudah lelah, dan aku akan mengakhirinya *interlude* Suasana di bukit ini hampir seperti kiamat, api berkobar dimana-mana, banyak tumbuhan layu terbakar, langit berwana merah darah, Suara petir menyambar-nyambar dan hujan batu berapi turun dari langit, Hamparan rumput itu menjadi ladang kematian yang berwarna cokelat, Dan pohon yang menjulang tinggi itu menjadi kering tanpa daun yang rimbun, Amos dengan santainya duduk di puncak tebing, sementara salah satu Belliant terbenam dalam tanah, di atasnya sosok Guardian menginjak badannya, Sedangkan satu Belliant masih terlibat dalam pertarungan maha dashyat dengan Guardian yang lain di udara, Benturan fisik mereka memercikan api dan kilatan cahaya disertai suara yang memekakkan telinga, 182
Cupve masih terdiam di sisiku, menatapku penuh harap, seakan meminta aku merubah keputusanku, anak muda, sekarang kamu sudah tahu apa jawaban dari pertanyaanmu selama ini, ini tujuan mereka, inilah titik kritismu! Aku menjawab pelan benarkah? Dan apa aku salah jika mengambil langkah itu? salah anakku! Salah! kata Cupve, apa yang dikatakan Orghag menurutku benar Cupve aku berpaling dari Cupve dan menatap Orghag yang tersungkur di bawah tebing setelah di hempaskan oleh Cupve, kamu berhasil mengalahkannya dulu, saat ia menghimbau agar membunuh orang tuamu, kenapa sekarang kamu bisa dihasut olehnya? Cupve mendekatkan wajahnya agar aku menatap matanya, apa yang dilakukan orang tuaku hanya melukai pikiranku, aku masih punya hati untuk memfilter rasa dendam ini, tapi apa yang dia lakukan sudah melukai pikiran dan hatiku, aku sudah tidak punya apapun untuk berpikir jernih Cupve aku memegang kepalaku yang mulai pusing karena sedari tadi suara nyaring benturan Belliant dan Guardian tak berhentihenti, anakku, kamu masih punya iman, iman yang akan menyelamatkanmu saat pikiranmu kotor dan hatimu mulai buta, ingat itu! Cupve tak menyerah dalam usahanya merubah keputusanku, 183
Amos menghilang dari puncak tebing dan muncul tiba-tiba di antara aku dan Cupve, ia tersenyum, senyum yang tak tertutup sempurna, sehingga deretan gigi tak beraturan itu terlihat, ia berkata padaku, mari kita berjudi anak muda, jika memang Dia berkuasa atas setiap keputusan manusia, biarkan Dia yang akan menghalangi dan mengagalkan langkahmu, apa aku benar Cupve? Cahaya berpijar dari Cupve dan sinar menyerupai garis-garis runcing menyeruak dari tubuhnya, dengan cepat Amos menghilang dan kembali ke puncak tebing, ia tertawa dan berkata Cupve??? Ingat kedudukan kita sama, perang di antara kita tidak boleh terjadi lebih awal, biarkan para Guardian dan Belliant yang mewakili terlebih dahulu Cupve melemparkan beribu cahaya berbentuk bola ke arah Amos, membuat tebing itu runtuh perlahan, Amos kembali menghilang dan muncul di langit dalam balutan nuansa asap hitam dan abu-abu, Cupve berkata lagi kedudukan kita tak sama Amos, kalian pemegang 7 dosa manusia takkan bisa menyandingi dan bertahta bersama kami disisinya Amos mengeluarkan bola api dari mulutnya yang terbuka lebar, bola itu tertahan di tangannya, ia berkata dengan lantang aku sama sekali tak tertarik berada di tempat itu, karena tuanku sudah menjanjikan tempat abadi yang lebih menarik di neraka dan sekarang terimalah ini! 184
Amos melempar bola besar berapi itu ke arahku dan Cupve, Cupve dengan cepat menyentuh bahuku, tapi dia terkejut karena kami berdua masih disini, belum masuk kedalam pusaran, Cupve segera terbang mendekati bola api yang besar itu, ketika tubuh Cupve akan di tabrak dengan bola api itu, sebuah sinar berbentuk garis menembus bola itu dan membuatnya terbelah dua. Sinar itu datang dari Median, sebuah cahaya maha besar dan maha terang dan dalam hitungan detik, binar cahaya membesar memenuhi seluruh sudut di tempat ini, bersamaan dengan itu aku mendengar teriakan, teriakan melengking, dari Amos, Belliant dan Orghag. Aku terjaga dalam tidurku, aku tertidur dalam mobil karena hujan yang tidak kunjung reda ini. Sakit kepalaku agak berkurang, aku melihat ke sekeliling mencari café atau warung, aku harus membeli minum. Tapi mataku justru terperangkap pada perpustakaan kota yang besar ini, aku melangkah keluar dari mobil dan berlari menuju perpustakaan itu, aku harus mencari tahu siapa-siapa makhluk-makhluk aneh dalam mimpiku ini. 185