RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 66/PUU-X/2012 Tentang Penggunaan Bahan Zat Adiktif I. PEMOHON 1. Suyanto, sebagai Pemohon I; 2. Drs. Iteng Achmad Surowi, sebagai Pemohon II; 3. Akhmad, sebagai Pemohon III; 4. Galih Aji Prasongko, sebagai Pemohon IV; Selanjutnya secara bersama-sama disebut sebagai Para Pemohon Kuasa Hukum: R. Heri Sukrino, S.H., M.H., berdasarkan surat kuasa tanggal 12 Agustus 2011. II. POKOK PERKARA Pengujian Pasal 113 ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 116 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya disebut sebagai UU Kesehatan) terhadap UUD 1945. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Para Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah : 1. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas, objek permohonan Pengujian Pasal 113 ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 116 UU Kesehatan, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Para Pemohon.
IV. KEDUDUKAN PEMOHON ( LEGAL STANDING) Dalam Permohonannya, Para Pemohon menyebutkan bahwa mereka adalah individu perseorangan yang merasa dirugikan/berpotensi dirugikan hak-hak konstitusionalnya dengan berlakunya Pasal 113 ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 116 UU Kesehatan. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, adalah : 1. Pasal 113 ayat (1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungan 2. Pasal 113 ayat (2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya 3. Pasal 113 ayat (3) Produksi, peredaran dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditetapkan 4. Pasal 116 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah B. NORMA UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Norma yang dijadikan sebagai penguji, yaitu : 1. Pasal 5 ayat (2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya 2. Pasal 28C ayat (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia 3. Pasal 28D ayat (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum 4. Pasal 28G ayat (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,keluarga, kehormatan, martabat dan harya benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi 5. Pasal 31 ayat (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia VI. Alasan-alasan Para Pemohon Dengan diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karena : 1. Pengaturan mengenai maksud penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 113 ayat (1) UU a quo secara jelas dan nyata berbeda dengan apa yang dimaksud pada Pasal (2) UU a quo, dengan demikian ketentuan tersebut dalam pembentukannya tidak memenuhi asas kejelasan tujuan sesuai Pasal 5 huruf a UU No. 12 Tahun 2011; 2. Ketentuan Pasal 113 ayat (2) UU a quo merupakan rumusan yang multitafsir, karena tidak dapat diketahui definisi zat adiktif tersebut, sehingga tidak memenuhi asas kejelasan seperti yang tercantum dalam ketentuan Pasal 5 huruf f UU No. 12 Tahun 2011; 3. Pembentukan Pasal 113 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan Pasal 116 UU a quo tidak memenuhi syarat formal pembentukan peraturan perundang-undangan;
4. Pasal 113 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan Pasal 116 UU a quo tidak memberikan jaminan atas pemberian manfaat dari teknologi; 5. Bahwa justifikasi terhadap tanaman tembakau dalam Pasal 113 ayat (1), ayat (2), ayat (3) UU a quo bertentangan dengan ketentuan Pasal 28C ayat (1) serta Pasal 31 ayat (5) UUD 1945; 6. Pasal 113 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan Pasal 116 UU a quo tidak memberikan jaminan hak atas rasa aman dan perlidungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dan berpotensi menyebabkan terjadinya ketidakpastian dan keadilan hukum yang merupakan hak asasi; 7. Keberadaan Pasal 116 UU a quo yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah adalah ketentuan yang bertentangan dengan Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; 8. Keberadaan tembakau dan produk tembakau yang dinormakan dalam Pasal 113 ayat (1), (2) dan (3) UU a quo jelas merupakan norma yang bertentangan dengan jaminan akan kemajuan teknologi sebagaimana diatur dalam Pasal 28C ayat (1) serta Pasal 31 ayat (5) UUD 1945; 9. Pasal 116 berpotensi menimbulkan terjadinya kesewenang-wenangan pemerintah atas kesalahan yang ditimbulkan dari berlakunya Pasal 113 ayat (1), ayat (2), ayat (3) UU a quo. VII. PETITUM Primer 1. Menerima dan mengabulkan seluruh Permohonan Para Pemohon; 2. Menyatakan bahwa materi muatan dalam Pasal 113 ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 116 UU Kesehatan bertentangan dengan Pasal 5 ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 31 ayat (5) UUD 1945; 3. menyatakan materi muatan dalam Pasal 113 ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 116 UU Kesehatan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya; 4. memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara RI sebagaimana mestinya;
Subsidair - Atau apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Catatan: - Perubahan terdapat pada batu uji, dimana ada penambahan batu uji yaitu Pasal 5 ayat (2) UUD 1945. - Perubahan pada petitum primer, yakni angka 2 pada permohonan awal tidak dicantumkan kembali pada perbaikan permohonan.