BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. ( ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

Lampiran 1. Surat Pernyataan. 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Lampiran 1 KATA PENGANTAR

VALIDITAS. Item Koefisien Korelasi. Item Koefisien Korelasi. Keterangan : Item diterima : 48 Item direvisi : - Item dibuang : -

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

Data Pribadi. Kelas/No. Absen. Alamat/Telp :... Pendidikan Ayah/Ibu. c. di bawah rata-rata kelas. Kegiatan yang diikuti di luar sekolah :.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Academic Buoyancy pada Siswa Kelas XII di SMA X Bandung

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. performance or volitional control self regulation pada mahasiswa angkatan 2014

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau yayasan, orangtua, guru, dan juga siswa-siswi itu sendiri.

Judul: Rancangan Uji Coba Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Narapidana Kasus Pencurian, Rumah Tahanan X Bandung

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

Universitas Kristen Maranatha. Lampiran 1. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas. Kuesioner Self-efficacy

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang di hadapi. Self efficacy (kemampuan diri) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan yang telah diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi ini seiring perkembangan zaman juga

Studi Deskriptif mengenai Self Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah faktor pendidikan. Berdasarkan United Nation Development Program (UNDP), suatu badan PBB yang mengeluarkan data tentang peringkat negara-negara dunia berdasarkan daya saing kualitas sumber daya manusia, pada tahun 2010 Indonesia menduduki peringkat ke-108 dari 135 negara yang diteliti. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana ada tiga dimensi yang dilihat dalam laporan Indeks Pembangunan Manusia UNDP ini. Ketiga dimensi itu yaitu ekspektasi tingkat hidup saat kelahiran yang merupakan indikator dari kesehatan dan harapan hidup, serta kemampuan baca tulis orang dewasa yang menunjukan tingkat pengetahuan dan pendidikan. Hal ini menunjukkan masih kurangnya daya saing sumber daya manusia Indonesia, khususnya dalam hal pengetahuan dan pendidikan di pasar internasional. (http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/12/10/151576- indeks-pembangunan-manusia-indonesia-jauh-di-bawah-malaysia) Untuk dapat bersaing, sumber daya manusia Indonesia perlu meningkatkan kualitas dirinya. Salah satu sarana yang dapat menunjang peningkatan kualitas diri adalah pendidikan. Secara umum, pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi 1

2 dirinya. Salah satu jalur pendidikan yang umum ditempuh adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Apabila ditinjau dari segi tujuan, sekolah menengah memiliki beberapa tujuan. Tujuan yang pertama adalah untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Tujuan yang kedua adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya. (Pasal 2 dan 3 PP no 29 Tahun 1990). Pada tingkat sekolah, proses belajar mengajar dan produk pendidikan yang berkualitas memerlukan visi yang diimplementasi ke dalam perencanaan pendidikannya. Dengan perkataan lain, sekolah perlu merencanakan pendidikan yang berorientasi keunggulan mutu lulusan. Salah satu lembaga pendidikan menengah adalah SMA X. SMA X memiliki motto Smart and Friendly, dan memiliki visi untuk dapat semakin meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan siswa siswi agar menjadi penerus bangsa yang memiliki etika serta nilai-nilai Kristiani. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMA X, untuk mencapai visi tersebut bukanlah hal yang mudah, karena pada pelaksanaannya pihak sekolah seringkali menghadapi beberapa hambatan.

3 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BP di SMA X, pada umumnya para siswa mulai merasa kesulitan ketika mulai memasuki kelas XII. Hal ini karena adanya tuntutan dan beban tugas yang lebih berat dibandingkan dengan kelas X dan XI. Pada kelas XII para siswa akan dihadapkan pada tugas, ulangan, dan materi pelajaran yang lebih banyak karena mereka perlu mengulang kembali pelajaran yang telah didapatnya dari kelas X. Bahan-bahan pelajaran pun diusahakan untuk dapat diselesaikan secepat mungkin, sehingga guru-guru seringkali menjelaskan dengan terburu-buru dan hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Selain banyaknya tugas, ulangan, dan materi pelajaran, pihak sekolah pun memberikan jadwal bimbingan belajar di hari Sabtu dan pra UAN sebanyak enam kali untuk membantu siswa dalam mempersiapkan UAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, diperoleh data bahwa walaupun pihak sekolah telah memberikan berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam mempersiapkan ujian dengan memberikan bimbingan belajar, memotivasi siswa untuk dapat lebih serius dalam menghadapi UAN, dan berupaya untuk menanamkan kedisiplinan pada diri siswa, namun pada kenyataannya seringkali para siswa kelas XII masih terlihat kurang memiliki kesadaran dalam mempersiapkan Ujian Nasional. Pada awal semester kelas XII mereka terlihat kurang serius dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan cenderung malas dalam mempersiapkan ujian nasional. Pada umumnya para siswa baru merasa bahwa Ujian nasional merupakan suatu hal yang penting pada saat hari-hari terakhir menjelang ujian nasional.

4 Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang siswa kelas XII SMA X, diperoleh data bahwa kesulitan akademis yang paling dirasakan adalah ketika mereka memasuki kelas XII. Beberapa kesulitan yang dirasakan adalah banyaknya tugas dan ulangan yang diberikan oleh guru, banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari, serta adanya kesulitan dalam memahami pelajaran di kelas, karena seringkali guru-guru terlalu cepat dalam menerangkan pelajaran. Tugas, ulangan, dan jadwal bimbingan yang diberikan oleh pihak sekolah dengan maksud untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional dan meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya proses pembelajaran pada kenyataannya dirasakan sebagai beban bagi para siswa. Mereka seringkali merasa jenuh dengan banyaknya tugas dan ulangan dan merasa kurang memiliki waktu untuk istirahat. Dalam menyikapi banyaknya tugas dan ulangan tersebut, seringkali siswa menunda-nunda dalam mengerjakan tugas, dan tidak memiliki jadwal belajar khusus. Mereka seringkali baru belajar dan mengerjakan tugas pada saat ulangan dan tugas akan dikumpulkan. Selain banyaknya tugas dan ulangan, para siswa pun dihadapkan pada tantangan dalam mempersiapkan Ujian Nasional, dimana setiap tahunnya kriteria kelulusan akan semakin meningkat. Pada tahun ini siswa dinyatakan lulus UAN apabila memiliki nilai rata-rata minimal 5,75 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran, dan minimal 4,25 untuk pelajaran lainnya. Dalam mengatasi berbagai tantangan tersebut, para siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam menghadapi tantangan sehari-hari dalam konteks akademik, yang disebut dengan Academic Buoyancy. Academic Buoyancy

5 mengacu pada sebagian besar individu yang menghadapi tantangan, dan tekanan yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari seperti pengalaman mendapatkan nilai buruk atau kurangnya performance di sekolah, stress dan ketegangan sehari-hari yang dialami siswa. Academic buoyancy terdiri dari lima predictor, yaitu self efficacy, planning, persistence, anxiety dan control. Berdasarkan hasil survey awal terhadap 90 orang siswa kelas XII, diperoleh data sebesar 48,89% (44 orang) siswa memiliki derajat academic buoyancy yang rendah, dan sebesar 51,11% (46 orang) siswa memiliki derajat academic buoyancy yang tinggi. Apabila ditinjau berdasarkan predictor academic bouyancy, terdapat 48,89% (44 orang) siswa yang merasa kurang yakin dalam menghadapi tantangan-tantangan akademis. Mereka merasa kurang yakin untuk dapat memahami pelajaran dan mendapatkan nilai yang baik di kelas serta kurang yakin untuk dapat lulus dengan hasil yang memuaskan, sedangkan sebesar 51,11% (46 orang) siswa merasa yakin dapat memperoleh nilai yang baik di sekolah dan merasa yakin dapat lulus dengan prestasi yang baik (self-efficacy). Sebesar 47,78% (43 orang) siswa kurang memiliki perencanaan dalam hal akademis. Mereka tidak memiliki suatu jadwal belajar yang tetap, tidak membuat target akademis, dan seringkali menunda dalam mengerjakan tugas dan belajar untuk ulangan, sedangkan sebesar 52,22% (47 orang) siswa menetapkan target nilai yang akan dicapainya dalam ulangan, mereka membuat jadwal belajar untuk membantunya dalam mencapai target prestasi, dan mulai mencicil dalam menghadapi ujian nasional (planning). Dalam hal persistence, terdapat 46,67% (42 orang) siswa yang kurang berusaha dan gigih dalam menghadapi kesulitan-

6 kesulitan akademis. Ketika mereka tidak mengerti suatu pelajaran, mereka merasa malas dan cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas, mencontek ketika menghadapi tugas dan ujian yang sulit, membolos dari bimbingan belajar atau pelajaran tambahan yang di sekolah, dan cenderung mudah menyerah ketika menghadapi rintangan dalam mencapai target nilai. Sedangkan sebanyak 53,33% (48 orang) siswa berusaha untuk mengikuti bimbingan belajar apabila merasa kurang memahami pelajaran, bertanya pada guru atau teman ketika menghadapi kesulitan dalam pelajaran dan berusaha untuk tetap mengerjakan tugas-tugas walaupun ada beberapa kesulitan yang dihadapi. Dalam menghadapi ujian nasional, sebesar 61,11% (55 orang) siswa tidak merasa khawatir terhadap banyaknya tugas dan ujian nasional karena mereka merasa telah mempersiapkannya dengan baik, sedangkan sebanyak 38,89% (35 orang) siswa merasa khawatir terhadap standar kelulusan yang semakin meningkat setiap tahunnya, dan seringkali merasa pusing ketika memikirkan banyaknya tugas yang harus dikerjakan (anxiety). Dalam hal control, sebesar 48,89% (44 orang) siswa menganggap penyebab keberhasilan dan kegagalannya dalam hal akademis diakibatkan oleh faktor-faktor diluar dirinya. Mereka menganggap banyaknya materi, tugas dan tingkat kesulitan ujian sebagai faktor kegagalan mereka dalam hal akademis, dan seringkali menganggap bahwa mereka bisa mendapatkan hasil yang baik hanya karena faktor keberuntungan. Sedangkan sebanyak 51,11% (46 orang) siswa menyadari penyebab keberhasilan atau kegagalannya dalam hal akademis adalah karena faktor-faktor didalam dirinya. Mereka mengalami kegagalan dalam hal akademis karena seringkali menunda-nunda dalam

7 mengerjakan tugas dan kurang bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan ulangan, sedangkan apabila mereka belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha mencicil dalam mengerjakan tugas maka mereka akan mendapatkan nilai yang baik dan mampu mengumpulkan tugas tepat pada waktunya. Siswa yang memiliki derajat Academic Buoyancy yang tinggi merasa yakin bahwa dirinya akan mampu untuk dapat mengerjakan tugas-tugas,ulangan dan ujian yang diberikan (self-efficacy), mampu membuat perencanaan dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan, mampu menentukan target nilai yang akan dicapai dan merencanakan jadwal belajar untuk ulangan dan ujian sesuai dengan rencana yang telah dibuatnya (planning), memiliki kesungguhan untuk terus berusaha dalam mengerjakan berbagai tugas, belajar untuk mempersiapkan ulangan dan ujian walaupun ada beberapa mata pelajaran yang masih belum dimengerti (persistence), mampu mengatasi kecemasan ketika menghadapi kesulitan dan tantangan dalam mengerjakan tugas, ulangan, dan ujian (anxiety), dan menganggap keberhasilan atau kegagalannya dalam melakukan tugas, ulangan atau ujian diakibatkan dari sumber-sumber yang berada di dalam dirinya sendiri (control). Siswa yang memiliki derajat Academic Buoyancy yang rendah kurang yakin bahwa dirinya dapat mengerjakan tugas, ulangan dan ujian dengan baik (self-efficacy), kurang mampu membuat perencanaan dalam melakukan tugastugas, ulangan dan ujian (planning), kurang memiliki kesungguhan dan cenderung mudah untuk menyerah ketika dihadapkan pada tugas-tugas, ulangan, atau ujian yang sulit (persistence), mudah merasa cemas ketika dihadapkan pada

8 tugas, ulangan atau ujian yang sulit (anxiety), dan menganggap keberhasilan atau kegagalannya dalam melakukan tugas atau ujian diakibatkan dari pengaruh orang lain atau hal-hal lain yang tidak mereka ketahui (uncertain control). Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andrew Martin dan Herbert Marsh (2006) pada siswa kelas SMA, Academic Buoyancy memiliki korelasi yang signifikan terhadap prestasi akademis, motivasi, penyelesaian tugas, absensi, dan partisipasi siswa. Siswa yang memiliki academic buoyancy yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademis yang baik di sekolah, lebih berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, sering hadir di sekolah, serta menunjukkan partisipasi yang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah Beberapa penelitian mengenai Academic buoyancy yang telah dilakukan sampai saat ini pada umumnya masih berupa pengukuran psikometrik yang bertujuan untuk menguji validitas dari konsep Academic buoyancy (Martin & Marsh, 2008), meneliti penyebab, hubungan dan konstuk antara Academic resilience dengan Academic buoyancy (Martin & Marsh, 2009), menguji model Academic buoyancy secara longitudinal dan menghubungkan dengan faktor-faktor atau variabel yang dapat mempengaruhinya (Martin & Marsh, et all,2010), namun belum ada suatu penelitian yang berusaha untuk membuat suatu intervensi dalam menangani masalah Academic buoyancy tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andrew Martin dan Herbert Marsh (2006), self efficacy, planning, persistence, anxiety dan control merupakan faktor yang dapat memprediksikan Academic Buoyancy dan

9 diasumsikan sebagai faktor yang potensial untuk intervensi. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa Self-efficacy, planning, persistence, dan control dapat ditingkatkan melalui pelatihan, sedangkan untuk faktor anxiety dapat diturunkan melalui pelatihan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hardian Wiryaharja (2008), membuktikan bahwa melalui pelatihan, Self-Efficacy dari siswa kelas XII yang akan mempersiapkan ujian menjadi meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Natalia Damayanti (2011) membuktikan pula bahwa melalui pelatihan Self- Regulation Fase Forethought bidang akademik, derajat siswa kelas VIII dapat meningkatkan kemampuan goal setting, strategic planning dan goal orientation, dimana goal setting dan strategic planning ini merupakan hal yang erat kaitannya dengan faktor planning, sedangkan goal orientation terkait dengan faktor persistence. Penelitian yang dilakukan oleh Fredric D Wolinsky, et all (2009) membuktikan bahwa pelatihan dengan pendekatan kognitif dapat meningkatkan internal locus of control dari orang dewasa. Sedangkan beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahwa pelatihan dapat menurunkan derajat anxiety seseorang (Igbaria, 1990; Torkzadeh & Angulo, 1992; Popedavis &Vispoel, 1993; Torkzadeh & Koufteros, 1993; Martocchio, 1994; Shelley, 1998; Beckers and Schmidt, 2001) Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dirancang uji coba modul pelatihan dalam mengatasi masalah Academic Buoyancy pada siswa kelas XII SMA X Bandung. Pelatihan merupakan suatu proses terencana untuk memodifikasi sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu melalui pengalaman

10 belajar guna mencapai kinerja yang efektif dalam sebuah atau beberapa aktivitas (Reid & Barington dalam David A. Statt,2000). Rancangan modul pelatihan ini akan disusun berdasarkan predictor academic buoyancy, yaitu self efficacy, planning, persistence, anxiety dan control. Dalam pelatihan ini para siswa kelas XII akan diberikan informasi mengenai pentingnya Academic Buoyancy dalam mengatasi tantangan-tantangan akademis yang dihadapi di sekolah dan diberikan keterampilan sehingga dapat meningkatkan predictor dari Academic Buoyancy. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk merancang suatu model pelatihan yang tepat dalam menangani masalah Academic Buoyancy pada siswa kelas XII SMA X Bandung. 1.2. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah untuk mengetahui apakah modul pelatihan Academic Buoyancy dapat meningkatkan derajat Academic Buoyancy pada siswa kelas XII SMA X Bandung. 1.3. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah modul pelatihan dapat digunakan untuk meningkatkan Academic Buoyancy pada siswa kelas XII SMA X Bandung.

11 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh modul pelatihan yang teruji yang dapat meningkatkan derajat Academic Buoyancy pada siswa kelas XII SMA X yang terukur melalui evaluasi terhadap level reaction dan level learning serta keterkaitan dengan faktor-faktor pendukungnya. 1.3.3. Kegunaan Penelitian 1.3.3.1 Kegunaan Teoretis - Memberikan sumbangan ilmu bagi Psikologi Pendidikan untuk memperdalam pemahaman dan memperkaya pengetahuan mengenai pengaruh pelatihan Academic Buoyancy terhadap peningkatan derajat Academic Buoyancy. - Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Academic Buoyancy. 1.3.3.2. Kegunaan Praktis - Memberikan informasi kepada guru kelas dan guru BK mengenai perubahan derajat Academic Buoyancy pada siswa kelas XII SMA X setelah diberikan pelatihan. Informasi ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam membantu mengatasi siswa yang memiliki derajat Academic Buoyancy yang rendah - Memberikan informasi pada siswa kelas XII mengenai manfaat Academic Buoyancy, untuk dapat membantu mengoptimalkan potensi diri mereka dan mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tanggung jawab dari sekolah

12 khususnya dalam mempersiapkan UAN. 1.4. Metodologi (Prosedur) Penelitian ini bertujuan untuk membuat model pelatihan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah Academic Buoyancy pada siswa kelas XII di SMA X. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah single Group pretest and post-test design (before-after). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai Academic Buoyancy yang disusun oleh peneliti berdasarkan predictor dari Academic Buoyancy. Analisis hasil yang didapat menggunakan uji statistik bertanda dari Wilcoxon (Wilcoxon Singed-rank test). Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA X Bandung. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Derajat Derajat Academic Buoyancy Academic Buoyancy Siswa Kelas XII Pelatihan Siswa Kelas XII sebelum pelatihan Academic Buoyancy Setelah Pelatihan Bagan 1.1. Bagan Metodologi