terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

1. Devi Mariatul Qibtiah (2014), mahasiswi STAIN Jember Jurusan Tarbiyah. kualitatif deskriptif dan analisa data menggunakan teknik purposive

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini, penulis akan memaparkan hal-hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. untuk melengkapi dirinya dengan berbagai kemampuan yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual. 1 Sedangkan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa, seperti yang telah tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang. Allah dalam Al-Qur an pada surah Al-Mujadalah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu, potensi manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali, yang berasal dari luar maupun dari dalam. Tujuan. pembangunan sebagaimana dimuat dalam pembukaan Undang-undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dalam pasal 3 telah ditegaskan fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran ilmu pengetahuan terjadi dalam lembaga pendidikan tersebut.tanpa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk lainnya. Al-Qur an merupakan bukti tanda. kebesaran/kemahaluasan ilmu Allah bagi orang-orang yang berilmu.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, tanpa keikutsertaannya kegiatan belajar-mengajar tidak akan. berjalan dengan baik. Sebagaimana dikemukakan Mulyasa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB III METODE PENELITIAN. misalnya dapat mengambil jenis studi kasus, etnografi, penelitian tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dientaskan diantaranya adalah karena rendahnya kemampuan. adalah dengan didirikannya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia sangat membutuhkannya dan tidak bisa dilepaskan darinya.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dicontohkan oleh Rasulullah SAW, karena dengan akhlak-nya yang mulia beliau

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia (bermoral). Sebab bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUN. daya manusia. Dalam bidang kependidikan seorang guru harus berperan secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. secara menyeluruh bagi seseorang. Tidak terkecuali bagi seorang siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Berdasarkan Undang-Undang RI No.20 tahun yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju sejahtera

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengambil peran sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan Undang-undang RI.No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. depan adalah mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dewasaan ini diharapkan anak akan dapat diketahui bahwa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah penting dalam dunia pendidikan adalah rendahnya kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan memiliki arti bahwa lulusan pendidikan memiliki kemampuan yang sesuai sehingga memberikan kontribusi yang tinggi bagi pembangunan negara. Kualitas pendidikan terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga akan timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung secara dinamis. 1 Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Bab 1 pasal 1 disebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2 Dari pakar dan Undang-Undang di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan tempat proses pembelajaran yang mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Konsep dasar dan pelaksanaannya ikut menentukan jalannya pendidikan di tengah kehidupan manusia. Namun 1 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 70. 2 Sekretaris kabinet, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 3.

2 demikian, pada tingkat pelaksanaannya pendidikan mulai menghadapi perubahan sosial. Karena dalam merencanakan pelaksanaan pendidikan diperlukan struktur organisasi yang baik, termasuk dalam kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dengan penerapan pengambilan keputusannya menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk merencanakan pelaksanaan pendidikan. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kompetensi para guru dengan menujukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. 3 Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang berat. Mengingat perannya yang sangat besar, keuletannya serta kewibawaannya dalam membuat langkah-langkah baru sebagai jawaban dari kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang 3 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 107.

3 dalam organisasi, nilai dan bobot strategik dari keputusan yang diambilnya, maka semakin besar pelaksanaan tanggung jawabnya. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam suatu organisasi, keputusan yang diambilnya pun lebih mengarah pada hal-hal yang lebih operasional. 4 Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa untuk mewujudkan terlaksananya suatu program pendidikan yang telah direncanakan, maka dalam pelaksanaannya diperlukan seseorang atau pemimpin yang dapat mendorong, mempengaruhi serta menggerakkan beberapa komponen yang ada dalam lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan. Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan serta pengajaran supaya aktivitas-aktivitas yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran. 5 Makna hakiki kepemimpinan dalam Islam adalah untuk mewujudkan kebaikan dan reformasi. Demikian juga diutusnya Rasul ke muka bumi juga untuk memimpin ummat dan mengeluarkannya dari kegelapan agar bisa menjadi umat yang dirahmati Allah SWT. Dalam hal ini Al-Ghazali menuturkan betapa besar peran seorang pemimpin, menurutnya pemimpin disamakan dengan pembimbing. Ini 4 Ibid., 117. 5 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 271.

4 banyak dialami dalam pendidikan, yang nantinya akan melahirkan pemimpin. Oleh karenanya seorang pelajar harus mempunyai pembimbing yang mampu menunjukkan jalan yang benar di jalan Allah, sehingga jika pelajar tersebut menjadi pemimpin, sudah siap mengajak bawahan menuju jalan yang benar. 6 Apabila kepemimpinan pendidikan dalam pengambilan keputusan di pahami dari segi agama maka memiliki nilai yang sangat strategis. Sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Daud dalam firman Allah SWT Q.S. Shaad (38): 26. Artinya: Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. 7.. Dari semua penjelasan di atas, menjadi seorang pemimpin harus mampu membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan terhadap orang lain yang ada hubungannya (bawahan). Dan mampu mengambil keputusan secara benar, adil, dan dipertimbangkan tidak mengikuti hawa nafsu. Karena akan membuat orang lain berpaling dari kebenaran. Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama dari seorang pemimpin dalam mengelola sekolah/madrasah. Kegiatan mengambil keputusan ini sering menjadi kegelisahan tersendiri bagi kepala madrasah, 6 Nur Zazin, Kepemimpinan dan Manajemen Konflik: strategi mengelola konflik dalam inovasi organisasi dan pendidikan di madrasah/sekolah yang unggul (Yogyakarta: Absolute Media, 2010), 17. 7 Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahnya(Semarang: CV.Toha Putra, 1993), 736.

5 khususnya ketidak cocokan dalam berpendapat dari beberapa guru. Tidaklah mudah bagi kepala sekolah/madrasah untuk membuat keputusan, karena hal itu akan menyangkut semua aktivitas dan mengikat seluruh komponen dalam sekolah/madrasah khususnya bagi pendidik atau guru untuk menjalani tanggung jawab dan melaksanakan hasil keputusan yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar. Pengambilan keputusan kepala sekolah juga berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, khususnya terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu kepala sekolah juga sangat mempengaruhi pembentukan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dan kompetensi professional. Dalam undang-undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 pasal 1 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 8 Imam Al-Ghazali mengungkapkan seorang pelajar harus memiliki guru pembimbing (mursyid) yang dapat mengeluarkan akhlak yang buruk dari dirinya dan menggantikannya dengan akhlak yang baik, dan harus memiliki syeikh yang dapat mendidik dan menunjukkan jalan Allah Ta ala. 9 2006), 83. 8 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan (Jakarta, 9 Nur Zazin, Kepemimpinan dan Manajemen Konflik, 15.

6 Guru memang memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan, maka dari itu guru sebagai pendidik lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Paling sedikit ada enam tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya yaitu: guru sebagai pembimbig, guru sebagai pengajar, guru sebagai administrator kelas, guru sebagai pengembangan kurikulum, guru bertugas untuk mengembangkan kurikulum, guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat. Keenam tugas dan tanggung jawab di atas merupakan tugas pokok profesi guru, guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan. 10 Guru wajib memiliki kompetensi serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi, Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional. 11 10 Udin Syaifudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: CV. Alvabeta, 2009), 32. 11 Kunandar, Guru Profesional Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 72.

7 Berdasarkan upaya profesionalisasi diatas dan dari berbagai persoalan yang dihadapi, perlunya adanya kesadaran bahwa antara kepala sekolah dan guru harus saling bermitra dan saling membantu dalam meningkatkan profesionalnya. Masing-masing pihak harus bersifat terbuka dalam mengembangkan pendapat dan tidak didominasi oleh salah satu pihak. Meskipun kepala sekolah memegang tonggak kepemimpinan, namun kepala sekolah harus mampu memberikan saran dan bimbingan kepada guru untuk meningkatkan proses dan hasil pengajaran yang maksimal. Dari semua uraian diatas, dapat dipahami bahwa kepala sekolah/madarasah dalam penerapan pengambilan keputusan, baik dalam pengambilan keputusan secara pribadi maupun pengambilan keputusan secara kelompok harus adil dan benar-benar mempertimbangkan keseluruhan komponen sekolah/madrasah karena pengambilan keputusan yang diterapakan oleh kepala sekolah/madrasah sangat mempengaruhi semua aktivitas dan mengikat seluruh komponen di sekolah/madrasah, khususnya bagi pendidik atau guru, karena selain harus menjadi pendidik/guru yang berkompeten, guru juga di bebani tanggung jawab dan melaksanakan semua keputusan yang telah di ambil oleh kepala sekolah/madrasah. Dengan adanya semua penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian Implementasi Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di MTs Kholid Bin Walid Dukuhmencek Sukorambi Jember Tahun Pelajaran 2015/2016.

8 B. Fokus Penelitian Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian harus disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, profesional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. 12 Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi sosial tertentu. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk lebih memahami gejala yang masih remang-remang, tidak teramati, dinamis dan kompleks, sehingga setelah diteliti menjadi lebih jelas apa yang ada dalam situasi sosial tersebut. Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data. 13 Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa masalah adalah persoalan yang membutuhkan jawaban sebagai pemecahannya. Adapun masalah-masalah yang difokuskan adalah sebagai berikut: 12 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2015), 44-45. 13 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010), 290.

9 1. Bagaimana implementasi pengambilan keputusan individual kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru di mts kholid bin walid dukuhmencek sukorambi jember tahun pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana implementasi pengambilan keputusan partisipatif kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru di mts kholid bin walid dukuhmencek sukorambi jember tahun pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengaju dan konsisten dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah sebelumnya. 14 Dengan demikian sesuai dengan fokus penelitian tersebut, dapat diambil tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan Implementasi Pengambilan Keputusan Individual Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di MTs Kholid Bin Walid Dukuhmencek Sukorambi Jember Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mendeskripsikan Implementasi Pengambilan Keputusan Partisipatif Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di MTs Kholid Bin Walid Dukuhmencek Sukorambi Jember Tahun Pelajaran 2015/2016. 14 Tim Penyusun, Pedoman, 45.

10 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan yang bersifat praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi, dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus realistis. 15 Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan pendidikan terutama bagi pendidik terkait dengan pengambilan keputusan kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Untuk sedikit menambah ilmu pengetahuan tentang pengambilan keputusan kepala madrasah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. b. Bagi lembaga MTs Kholid Bin Walid Sebagai sumbangan pemikiran penyusun untuk proses pengembangan mutu Madrasah Tsanawiyah kholid Bin Walid. c. Bagi Instansi 15 Tim Penyusun, Pedoman, 45.

11 Sebagai sedikit tambahan refrensi dan bahan kajian berkaitan dengan pengambilan keputusan kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru. E. Definisi Istilah Judul penelitian ini adalah implementasi pengambilan keputusan kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru di mts kholid bin walid dukuhmencek sukorambi jember tahun pelajaran 2015/2016. Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksudkan oleh peneliti. 16 Adapun tujuannya adalah untuk memudahkan para pembaca dalam memahami secara komprehensif terhadap maksud kandungan serta alur pembahasan bagi judul karya ilmiah ini, yang terlebih dahulu akan dijabarkan mengenai beberapa istilah pokok yang terdapat dalam judul ini yaitu: 1. Implementasi Dalam kamus ilmiyah implementasi diartikan sebagai pelaksanaan, penerapan implemen. 17 Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau motivasi dalam dalam suatu tindakan praktis sehingga 16 Ibid., 45. 17 Farida Hamid, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap (Surabaya: Apollo Lestari), 215.

12 memberikan dampak baik berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. 18 2. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan ialah proses memilih sejumlah alternatif. Pengambilan keputusan penting bagi administrator pendidikan karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi, kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi. Setiap level administrasi sekolah mengambil keputusan secara hierarkis. Keputusan yang diambil administrator berpengaruh terhadap pelanggan pendidikan terutama peserta didik. Oleh karena itu, setiap administrator pendidikan harus memiliki keterampilan keputusan secara cepat, tepat, efektif, dan efisien. 19 Pengambilan keputusan adalah proses melakukan aktifitas manajemen yang berkaitan dengan masalah-masalah organisasi dan sumber daya sekolah dengan melalui langkah-langkah tertentu yang berakhir dengan dilaksanakannya hasil keputusan. 20 3. Kompetensi Guru 18 Kunandar, Guru Profesional Implementasi (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi guru (Jakarta: RajaGrafindo, 2007),23. 19 Prof. DR. Husaini Usman, M. Pd., M. T., Manajemen: Teori, Praktek & Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 361. 20 Suhadi Winoto, Manajemen Berbasis Sekolah (Jember: Pena Salsabila, 2011), 110.

13 Kompetensi merupakan pengetahuan keterampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus. 21 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencahariaan atau profesinya mengajar. 22 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya pasal 10 ayat (1) menyatakan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru profesional bukanlah hanya untuk satu kompetensi saja yaitu kompetensi profesional, tetapi guru profesioanl semestinya meliputi semua kompetensi. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 dan PP 19/2005 agar guru dan dosen memahami, menguasai dan terampil menggunakan sumber-sumber belajar baru dan menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, 21 Syaiful Sagala,Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), 157. 22 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 330.

14 dan kompetensi sosial sebagai bagian dari kemampuan profesional guru. 23 Dari semua penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Keputusan yang diambil administrator sangat berpengaruh terhadap pelanggan pendidikan terutama kepada peserta didik. Oleh karena itu, setiap administrator pendidikan harus memiliki keterampilan keputusan secara cepat, tepat, efektif, dan efisien. Khusunya dalam menjadikan guru profesional dan menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari isi skripsi yang bertujuan untuk mengerti secara global dari seluruh pembahasan yang ada. Terkait dengan materi yang akan dibahas, pada dasarnya terdiri dari lima bab, dan setiap bab memiliki beberapa sub bab, antara yang satu dengan yang lain saling berhubungan bahkan merupakan pendalaman pemahaman dari bab sebelumnya. Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pebahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga pada bab penutup. Secara garis besar skripsi ini terdiri dari liba bab, adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut: 23 Syaiful, Kemampuan, 29-30.

15 Bab I merupakan bagian pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II merupakan bagian kajian kepustakaan yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori. Pada bagian penelitian terdahulu dicantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan. Kajian teori menurut pembahasan teori yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam melakukan penelitian. Bab III membahas tentang metode yang digunakan peneliti, meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan tahap-tahap penelitian. Bab IV berisi tentang penelitian yang diperoleh dari lapangan. Bagian ini memuat tentang gambaran objek penelitian, penyajian data, analisis dan pembahasan temuan. Bab V merupakan kesimpulan akhir dari kajian teori dan hasil penelitian. Yang didalamnya berisi tentang kesimpulan, saran-saran sebagai gambaran atas hasil penelitian dan memperjelas makna penelitian yang dilakukan dan diakhiri dengan penutup serta daftar pustaka dan lampiranlampiran.