BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM


PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

KEWENANGAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DI PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

LANSKAP. Mempunyai karakter (tropis, temperate; gurun, gunung, pantai; rural, urban; oriental, western; tradisional/etnik, modern, dll) time

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL LAUT DAN REKLAMASI TELUK BENOA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 Tentang : Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam

19 Oktober Ema Umilia

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

2016, No Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG

IV APLIKASI PERMASALAHAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 613/Kpts-II/1997 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERAIRAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyatakan bahwa kawasan konservasi di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Kawasan Suaka Alam (KSA) adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Bentuk kawasan konservasi yang termasuk dalam Kawasan Suaka Alam adalah Cagar Alam dan Suaka Margasatwa. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Bentuk kawasan konservasi yang termasuk dalam Kawasan Pelestarian Alam adalah Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan 1

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional dikelola dengan sistem zonasi. Zonasi adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan-rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Penetapan dan penataan zona didasarkan pada potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta tingkat interaksi dengan masyarakat setempat untuk menunjang efektivitas pengelolaan kawasan. Zona taman nasional adalah wilayah di dalam kawasan taman nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat (Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 56 Tahun 2006). Penataan kawasan taman nasional dilakukan dengan penyusunan zonasi yang meliputi zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan. Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sebelum ditetapkannya sebagai taman nasional, kawasan Alas Purwo semula berstatus Suaka Margasatwa. Keberadaan Taman Nasional Alas Purwo mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya. Taman Nasional Alas Purwo memiliki pembagian zonasi 2

berdasarkan Keputusan Dirjen KSDAE No. 341/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 Desember 2015, yang terbagi atas zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona rehabilitasi, dan zona tradisional, zona khusus, dan zona religi budaya dan sejarah. Penelitian ini memiliki fokus untuk memahami pengelolaan zona tradisional. Zona tradisional bertujuan untuk kepentingan pemanfaatan pada kawasan taman nasional oleh masyarakat setempat. Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 56 Tahun 2006 Tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional menjelaskan bahwa zona tradisional adalah sebagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumberdaya alam. Peruntukkan zona tradisional ini adalah untuk pemanfaatan potensi tertentu taman nasional oleh masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. yang dapat dilakukan berupa pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi. Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu kawasan hutan konservasi yang berkaitan dengan masyarakat sekitar. Adanya keterkaitan masyarakat menunjukkan bahwa terdapat interaksi masyarakat dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada. Pramusanti (2001) menjelaskan bahwa, Taman Nasional Alas Purwo memiliki sumberdaya alam yang sejak dulu berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Interaksi berwujud pada bentuk pemungutan sumberdaya alam, seperti lobster, rumput laut, bambu, kayu bakar, madu hutan, buah-buahan hutan, dan sebagainya. Mayasari (2008) menyampaikan 3

mengenai interaksi antara Taman Nasional Alas Purwo dengan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan bambu yang digunakan untuk sumber pendapatan, keperluan bidang pertanian, dan sumber bahan makanan. Sebagian masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan memiliki pandangan bahwa hutan merupakan sumber pemenuhan kebutuhan hidup dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada serta sumber pendapatan untuk meningkatkan kejahteraan. Perubahan status kawasan menjadi taman nasional mengakibatkan masyarakat sekitar yang sejak dulu berinteraksi dengan kawasan menjadi terbatas bahkan kehilangan akses terhadap sumberdaya di kawasan tersebut. Aktifitas masyarakat dalam kawasan taman nasional menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pengelola taman nasional. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan sumberdaya alam di Taman Nasional Alas Purwo oleh masyarakat sekitar dengan mengetahui profil masyarakat pemanfaat, bentuk pemanfaatan, intensitas, dan sebaran lokasi pemanfaatannya. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kedepannya dalam melakukan pengelolaan zona tradisional daratan Taman Nasional Alas Purwo. 1.2. Rumusan Masalah Ditetapkannya zona tradisional adalah untuk mengakomodir kepentingan masyarakat sekitar hutan atas kebutuhannya karena mempunyai ketergantungan dengan sumberdaya alam dan agar tidak mengganggu zona lain di dalam kawasan. Taman Nasional Alas Purwo mengalokasikan zona tradisional untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai 4

ketergantungan dengan sumberdaya alam. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam menyebutkan bahwa pemanfaatan tradisional dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat yang ada disekitar kawasan Taman Nasional Alas Purwo akan terus berkembang dari segi pertumbuhan jumlah penduduknya yang menyebabkan kebutuhan untuk pemenuhan hidup mereka akan semakin meningkat. Dinamika sosial ekonomi yang terus berkembang di masyarakat akan berdampak pada intensitas interaksi antara masyarakat dengan sumberdaya alam sehingga dapat menimbulkan perluasan sebaran pemanfaatan hingga diluar zona tradisional dan juga memungkinkan masyarakat melakukan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan tujuan dibentuknya zona tradisional. Oleh karena itu, dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan yang akan dibahas antara lain: 1. Bagaimana bentuk, intensitas, dan sebaran lokasi pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat sekitar di kawasan Taman Nasional Alas Purwo? 2. Bagaimana profil masyarakat yang melakukan pemanfaatan sumberdaya alam di Taman Nasional Alas Purwo? 5

1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bentuk, intensitas, dan sebaran lokasi pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat sekitar di Taman Nasional Alas Purwo. 2. Mengetahui profil masyarakat yang melakukan pemanfaatan sumberdaya alam di Taman Nasional Alas Purwo. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan, informasi, dan pertimbangan pengelola dalam mengambil suatu kebijakan untuk merencanakan strategi pengelolaan terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat sekitar, agar dapat tercapainya kelestarian taman nasional dan kesejahteraan masyarakat sekitar. 6

1.5. Kerangka Penelitian Taman Nasional Masyarakat Sekitar Sumberdaya Alam Kebutuhan Hidup Zona Tradisional Sumberdaya Alam Oleh Masyarakat Sekitar Bentuk Intensitas Lokasi sebaran Profil Masyarakat Analisis pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat sekitar di kawasan Taman Nasional Alas Purwo Bahan masukan, informasi, dan pertimbangan pengelola dalam mengambil suatu kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat sekitar di Taman Nasional Alas Purwo 7