BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I Peternakan Ayam Broiler

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki genetik yang dapat menghasilkan produksi baik. Menurut (Rasyaf,

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan yang bertujuan untuk memproduksi daging. Ayam pedaging dikenal dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. induk yang menghasilkan telur tetas untuk mendapatkan Day Old Chick (DOC)

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi.

WALIKOTA TASIKMALAYA

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September sampai bulan Oktober

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan

PANDUAN PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG UNGGUL BALITNAK

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

[Pemanenan Ternak Unggas]

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA JUDUL PROGRAM

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

RESISTENSI AYAM LOKAL JAWA BARAT: AYAM SENTUL

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 25 September 17 Oktober 2012 di unit kandang

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

By Siswatiana Rahim Taha

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium. Research and Development Station (UARDS) Universitas Islam Negeri Sultan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging.

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

I. PENDAHULUAN. terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia. Ikan mas atau yang juga

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

karena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan di kandang Mutiara Robani Jalan Sekuntum Gang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/6/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

MATERI DAN METODE. Materi

GUBERNUR MALUKU UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

MANAJEMEN PEMELIHARAAN PARENT STOCK BROILER FASE STARTER-GROWER DI PT CHAROEN POKPHAND JAYA FARM REMBANG I KARANGASEM, SEDAN KABUPATEN REMBANG

S O A L PRAKTEK Bidang Lomba: LIVESTOCK AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembibitan Ayam Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler konsumsi yang memiliki produksi unggul. Bibit- bibit yang bisa dikembangkan di Indonesia adalah jenis ayam petelur dan ayam pedaging. Hasil pembibitan yang optimal dimulai dari pemilihan bibit atau strain ayam yang akan dikembangkan. Strain ayam yang dipilih harus memiliki 3 sifat unggulan diantaranya pertumbuhan cepat, daya hidup baik dan produktifitas tinggi (Cahyono, 1995). Pemilihan bibit dilakukan dengan menyeleksi anak ayam yang berasal dari indukan yang sehat, kondisi mata cerah,bergerak aktif dan tidak cacat fisik. Ciriciri bibit ayam yang baik adalah sehat, bergerak aktif, kaki berwarna merah muda, bulu bersih dan anus bersih ( Fatah, 2010). 2.2. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pembibit Pemeliharaan ayam pembibit (Parent Stock) hampir sama dengan pemeliharaan ayam broiler (Final Stock), yang membedakan adalah lama waktu pemeliharaan dan tujuan dari pemeliharaan. Tujuan dari pemeliharaan ayam pembibit adalah untuk dapat menghasilkan telur berkualitas yang memiliki daya tetas yang tinggi. Parent stock dipelihara untuk tujuan utama adalah menghasilkan final stock yang berkualitas baik. (Yaman, 2010). Pemeliharaan ayam parent stock yang sebaiknya menggunakan kandang tipe close house, hal ini dimaksutkan agar

4 dapat menghasilkan udara yang baik untuk ayam. Kandang dengan sistem tertutup diyakini mampu meminimalkan pengaruh buruk lingkungan. Pemberian pakan pada ayam parent stock tidak boleh berlebihan, karena dikhawatirkan dapat mengganggu produktivitas telur dan daya tetas dari telur yang dihasilkan. Pakan berbentuk crumble lebih baik diberikan karena memiliki kelebihan diantaranya adalah tidak mudah berdebu dan bahan pakan penyusun ransum tercampur secara homogen (Kartadisastra, 1994). Pemeliharaan ayam sebaiknya menggunakan sistem all in all out, hal ini bertujuan agar tidak terjadi penularan penykit dari ayam yang tua ke ayam muda (Suharyanto, 2008). Pencegahan penyakit dalam sebuah peternakan harusnya dilakukan secara ketat untuk menghindari masuknya bibit-bibit penyakit kedalam lingkungan peternakan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara biosecurity, vaksinnasi diantaranya vaksin AI, ND, IB, IBD, EDS, Coryza dan pemberian vitamin. (Nataamijaya, 2010). Program penanganan penyakit dilakukan apabila ayam sudah terdeteksi secara penyakit secara dini. Hal hal yang dapat dilakukan dalam penanganan penyakit pada peternakan ayam parent stock adalah dengan cara pemberian obat dan multivitamin, kandang karantina dan disposal atau pemusnahan. (Fadilah, dkk. 2007). 2.3. Pencegahan Penyakit Pencegahan penyakit pada suatu peternakan ayam bertujuan untuk memperkecil angka kematian ayam, menjaga kondisi ayam agar pertambahan bobot badannya selalu naik serta meningkatkan resistensi ayam terhadap serangan

5 penyakit. Perusahaan pembibitan yang akan menghasilkan ayam broiler sehat harus memperhatikan kebersihan lingkungan, melakukan program vaksinasi dan pemberian obat-obatan serta vitamin sebagai tindakan pencegahan penyakit (Suprijatna dkk, 2005). Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit menular yang sulit untuk diobati. Pencegahan penyakit pada ayam yang paling efektif dan banyak dilakukan adalah tindakan vaksinasi (Setyono dan Ulfah, 2011). Tindakan lain yang harus dilakukan dalam pencegahan adalah program biosecurity yang ketat, dan efektif dari mulai masuk area farm, hal ini perlu dilakukan agar bibit penyakit tidak terbawa masuk ke dalam area farm baik melalui pekerja, barang maupun kendaraan. Pelaksanaan program sanitasi yang baik adalah dengan menggunakan sistem biosekuritas (Fadilah dan Polana, 2005). 2.3.1. Vaksinasi Vaksinasi adalah upaya pencegahan penyakit pada ternak dengan cara memasukkan bibit penyakit kedalam tubuh ternak dengan tujuan mengaktifkan sistem immun pada tubuh ternak. (Hartono, 1997). Vaksinasi dibedakan menjadi 2 yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif, vaksin aktif adalah vaksin yang mikroorgaismenya masih hidup namun dilemahkan, sedangkan vaksin inaktif adalah vaksin yang mikroorganismenya sudah dimatikan. Metode yang digunakan dalam proses vaksinasi diantaranya adalah dengan cara tetes mata (intra okuler) tetes hidung (intra nasal) cekok (oral), suntik daging (intramuscular), suntik sayap (wing web) dan suntik bawah kulit (subcutanous) (Fadilah dan Polana, 2004). Vaksinasi hanya diberikan pada ayam yang sehat dan

6 ayam yang terkena penyakit tidak diberikan vaksinasi (Sudaryani dan Santoso, 2003). Setelah pelaksanaan vaksinasi, peralatan yang digunakan dibersihkan menggunakan desinfektan dan botol botol bekas vaksin dibuang ditempat yang aman atau dibakar (Rahmadi, 2009). 2.3.2. Biosecurity Biosecurity adalah upaya pencegahan terjadinya perpindahan bibit penyakit dari area luar peternakan ke dalam area peternakan. Biosecurity adalah suatu sistem untuk mencegah penyakit klinis maupun subklinis untuk mengoptimalkan produksi unggas (Winkel, 1997). Biosecurity dalam arti sederhana adalah membuat bibit penyakit jauh dari tubuh ayam (Hadi, 2005). Semua yang akan masuk kedalam lingkungan peternakan wajib melakukan biosecurity, diantaranya adalah biosecurity sumber daya manusia, barang dan kendaraan. Biosecurity kendaraan meliputi penyemprotan seluruh bagian kendaraan menggunakan desinfektan dan dipping ban yang juga menggunakan cairan desinfektan. Biosecurity SDM meliputi penyemprotan seluruh bagian tubuh kemudian mandi untuk membilas sisa desinfektan. Biosecurity dilakukan dengan cara memasukkan barang barang yang akan dibawa masuk ke dalam box uv selama 3 menit. Sanitasi termasuk kedalam program biosecurity. Sanitasi merupakan bagian dari program biosecurity yang bertujuan untuk membersihkan atau menghilangkan bibit bibit penyakit disekitar area peternakan. Sanitasi lingkungan peternakan yang kurang baik dapat menyebabkan cemaran mikroba patogen yang tidak diinginkan (Djafar dan Siti, 2007). Memperbaiki

7 sanitasi terutama lingkungan, merupakan salah satu solusi terbaik dalam mengatasi cemaran mikroba (Gustiani, 2009). 2.3.3. Pemberian Vitamin Pemberian vitamin sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan proses pertumbuhan pada ayam dan sebagai media untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam. Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai fungsi biokimia yang tidak disintesis tubuh (Hartati, 2005). Vitamin dapat digunakan untuk mengatasi cekaman panas dan dingin pada ayam, karena ayam memiliki enzim gulonolakton sehingga mampu mensintesis vitamin C (Kusnadi, 2006). Vitamin merupakan zat yang ditambahan pada pakan atau minum yang bekerja sebagai suplemen agar organ tubuh dapat bekerja maksimal (Rahmadi, 2009). 2.4. Penanganan Penyakit Penanganan penyakit dalam suatu peternakan dapat dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai dengan dosis dan aturan dokter hewan, pemisahan ayam yang sakit dengan ayam yang sehat dan apabila penyakit yang menyerang sudah tidak dapat diobati lagi, maka ayam tersebut harus dimusnahkan agar tidak menularkan penyakitnya ke ayam yang masih sehat. Dua alternatif dalam penanganan ayam sakit yang dapat dilakukan, yaitu dengan memisahkan ayam yang sakit atau pemusnahan dengan dibakar atau dipotong (Setyono dan Ulfah, 2011). Namun, apabila dikhawatir penyakit akan menular,

8 secara luas, maka sebaiknya dilakukan tindakan pemusnahan. Mata rantai penyakit yang menyerang ayam harus diputuskan dengan cara memusnahkan ayam yang terserang penyakit (Suryana, 2013). Ayam yang mulai terserang penyakit atau pembawa penyakit (carrier) harusnya di masukkan kandang karantina atau jika mungkin harus dimusnahkan (Fadilah dkk., 2013). 2.4.1. Pemberian obat Pemberian obat pada ayam dilakukan untuk pencegahan terhadap infeksi, menyembuhkan ayam dan menjaga kondisi kesehatan ayam (Irawan, 1996). Pemberian antibiotik dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menangani ayam yang sakit. Pemberian antibiotik harus sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan, karena apabila tidak tepat sasaran dapat berakibat buruk seperti ayam tidak sembuh, kematian dan resistensi terhadap penyakit tertentu (Tamalludin, 2014). 2.4.2. Kandang Karantina Kandang karantina digunaka untuk memisahkan antara ayam yang sehat dan ayam yang sakit. Tujuan dari karantina ini adalah agar penyakit tidak menular ke ayam yang sehat dan mempermudah proses pengobatan. (Waluyo dan Mahmud, 2016). Ayam sakit yang dikarantina karena ayam yang sedang sakit akan kalah bersaing dalam pengambilan pakan dengan ayam sehat (Permentan 2011).

9 2.4.3. Disposal (Pemusnahan Ayam Sakit) Pemusnahan ayam sakit biasanya dilakukan pada ayam yang terjangkit penyakit yang cukup berbahaya dan cepat penularannya. Metode yang digunakan untuk memusnahkan ayam ada beberapa, yaitu pembakaran, penimbunan atau pembuangan kedalam lubang bangkai. (Sukoco dan Setia, 2012). Namun untuk mengetahui penyakit yng menyerang, sebelum dilakukan pemusnahan, dilakukan tindakan nekropsi terlebih dahulu untuk mengetahui perubahan perubahan organ dalam dari ayam. (Murtidjo, 1992). 2.4. Pertambahan Bobot Badan Tolak ukur dalam program pencegahan dan penanganan penyakit dalam suatu peternakan salah satunya adalah pertambahan bobot badan ayam. Pertambahan bobot ayam yang selalu meningkat mencerminkan keberhasilan dalam manajemen pemeliharaan yang salah satunya merupakan aspek pencegahan dan penanganan kesehatan. Pencapaian kinerja dalam pemeliharaan ayam pembibit yang utama dilakukan melalui pengukuran beberapa parameter, diantaranya adalah pertambahan bobot badan atau body weight (BW), tingkat kematian (Mortality) dan nilai produksi atau index performance (IP) (Septyaningrum, 2010). 2.5. Mortalitas Mortalitas atau tingkat kematian merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan ayam pembibit. Berbagai hal dilakukan untuk

10 menekan angka mortalitas, diantaranya dengan pencegahan penyakit yang dilakukan secara ketat dan efekif. Mortalitas dihitung dengan persentase yang merupakan perbandingan antara jumlah ayam mati dengan populasi lalu dikalikan 100% (Iskandar dan Sofjan, 2013). Persentase mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah bobot badan, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, penyakit, umur dan lingkungan (Rasyaf, 2011).