BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat pelaku bisnis meningkatkan kinerja perusahaan untuk mempertahankan dalam persaingan usaha yang terjadi. Selain mempertahankan didunia usaha, perusahaan dapat membuat suatu laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai informasi kepada pengguna laporan. Laporan keuangan yang dikeluarkan tersebut harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Menurut Whittington, O. Ray dan Kurt Pann (2012:4) mendefinisikan audit merupakan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan mencari catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan dan diluar perusahaan, melakukan prosedur audit lain, auditor akan mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan adil dan cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan dan kegiatan selama periode audit. Auditor merupakan seorang yang memiliki kualifikasi untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan. Auditor yang melakukan audit 1
2 laporan keuangan pada perusahaan swasta merupakan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Menurut Elder dkk (2011 : 19) Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab untuk mengaudit laporan keuangan historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka. Sebutan kantor akuntan publik mencerminkan bahwa auditor yang menyatakan pendapat audit atas laporan keuangan harus memiliki lisensi sebagai akuntan publik. KAP sering pula disebut auditor eksternal atau auditor independen. Peran auditor telah menjadi pusat kajian dan riset di kalangan akademisi. Tidak hanya itu, praktisi juga semakin kritis dengan selalu menganalisa kontribusi apa yang diberikan auditor. Auditor bertanggung jawab dalam pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihakpihak yang berkepentingan. Tujuan akhir dari proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit. Laporan audit inilah yang digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepada para pemakai laporan keuangan, sehingga bisa dijadikan acuan bagi pemakai laporan keuangan. Laporaan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.
3 Dalam membuat suatu judgment, auditor mengumpulkan bukti relevan dalam waktu yang berbeda, kemudian mengintegrasikan perolehan informasi (umpan balik dan tindakan sebelumnya). Kedatangan informasi dapat mempengaruhi pilihan teknik dan proses dalam mengaudit, yang nantinya akan mempengaruhi hasil akhir audit berupa opini. Banyak faktor yang mempengaruhi audit judgment. Beberapa diantaranya terkait dengan diri auditor sendiri. Aspek perilaku individu, sebagai salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar, saat ini menjadi sorotan dari para praktisi akuntansi maupun dari akademisi. Namun demikian meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan penelitian mengenai faktor yang menjadi aspek perilaku individu auditor. Audit judgment merupakan suatu pertimbangan yang mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan pendapat yang dibuat oleh auditor. Dalam pembuatan judgment ini auditor mempunyai kesadaran bahwa suatu pertanggung jawaban merupakan faktor yang cukup penting karena penilaiannya akan ditinjau dan dimintai keterangan. Judgment mengacu pada aspek kognitif dalam proses pengambilan keputusan dan mencerminkan perubahan dalam evaluasi, opini, dan sikap. Kualitas Judgment ini menunjukkan seberapa baik kinerja seorang auditor dalam melakukan tugasnya. Lingkungan etika yang baik akan menciptakan keputusan audit yang berkualitas. Hal ini dikarenakan keputusan tersebut berdasarkan prinsip dan standar yang berlaku. Begitu juga halnya dengan banyaknya
4 pengalaman auditor dan porsi tekanan yang diberikan atasan dan klien. Semakin banyaknya pengalaman yang dimiliki auditor semakin berkualitas keputusan pengauditan tersebut. Sedangkan tekanan yang didapat oleh auditor akan mempengaruhi baik atau buruknya kualitas suatu pengauditan. Pengalaman menurut Nungky (2011) adalah suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman auditor juga dapat mempengaruhi pemberian opini dalammelakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan, selain itu pengalaman audit ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya. Pengalaman seorang auditor juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi adanya kecurangan pada laporan keuangan seperti siklus persediaan dan pergudangan, hal ini disebabkan karena auditor berpengalaman lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman (Ansah, 2002 dalam Rr. Sabhrina Kushasyandita, 2012).
5 Pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan,semakin tinggi pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka semakin tinggi pula skeptisisme profesional auditornya (Gusti dan Ali, 2008 dalam Rr. Sabhrina Kushasyandita, 2012). Pengalaman seorang auditor diduga berpengaruh besar terhadap tugas auditor dalam membuat audit judgment. Abdol mohammadi dan Wright (1987) menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. ( Christ, 1993 dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006) berpendapat bahwa pengalaman yang lebih baik akan menghasilkan pengetahuan yang lebih. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tugasnya. Berbagai penelitian auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks (Libby, 1995 dalam Herliansyah dan Ilyas, 2006). Bonner (1994) mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik. Aspek perilaku yang lain adalah tekanan ketaatan yang juga diduga memiliki andil dalam mempengaruhi judgement auditor. Tekanan ketaatan
6 dalam teori ketaatan menyatakan bahwa kekuasaan yang dimiliki individu merupakan sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya. Dengan kata lain, auditor yang merasa berada dibawah tekanan akan menunjukkan perilaku dysfunctional dengan menyetujui melakukan kesalahan apapun pelanggaran etika, termasuk dalam pembuatan judgement. Hal tersebut merupakan indikasi yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa tekanan ketaatan juga berpengaruh terhadap judgment auditor. Seperti pada kasus Enron, masyarakat mempertanyakan suatu kredibilitas dan status dari profesi akuntansi. KAP Andersen yang menjadi tim auditor untuk perusahaan tersebut telah melakukan moral hazard yaitu dengan memalsukan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Dokumen- dokumen tersebut disembunyikan semenjak kasus Enron mencuat ke permukaan. Meskipun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi pada kasus ini hal tersebut dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur karena Andersen melanggar kode etik dan profesionalisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan knowingly and recklessly yaitu menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan (deception of information). Selanjutnya, Bonner (1994) mengatakan bahwa inti keputusan yang bersumber dari berbagai informasi dapat digunakan oleh auditor untuk membuat pertimbangan dalam suatu penugasan audit independen.
7 Kasus manipulasi laporan keuangan terjadi di PT. KAI. Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Hal ini terjadi karena terdapat kesalahan pencatatan pajak pihak ketiga dicatat sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Sehingga terjadi kerugian sebesar 63 Milyar. Tetapi, masih ada pula yang pihak lain yang berpendapat bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada tahun tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi disini. (http://mulydelavega.blogspot. com/2009/06/pentingnyalaporan-kinerja-keuangan.html) Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Martinov dan Plufgrath (2008), Penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya dilihat dari beberapa aspek. Perbedaan pertama dengan menambah variable independen pengalaman auditor dan tekananan ketaatan. Sampel yang digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu auditor di Sydney dan Melbourne Australia. Perbedaan kedua dengan menambah
8 sampel dan tahun yang dimana Pritta Amina Putri (2013) menggunakan sampel penelitian ke auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) Semarang. Perbedaan ketiga yaitu peneliti ini mengambil sampel di Kantor Akuntan Publik (KAP) Jakarta Barat. Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya diatas, penulis melakukan penelitian yang dengan judul : PENGARUH LINGKUNGAN ETIKA, PENGALAMAN AUDITOR DAN TEKANAN KETAATAN TERHADAP KUALITAS AUDIT JUDGMENT (Studi Empiris Pada : Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan antara lain sebagai berikut : 1. Apakah lingkungan etika berpengaruh terhadap kualitas audit judgment? 2. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit judgment? 3. Apakah tekanan ketaatan berpengaruh terhadap kualitas audit judgment?
9 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun penelitian dan pembahasan ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh lingkungan etika terhadap kualitas audit judgment? 2. Mengetahui pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit judgment? 3. Mengetahui Pengaruh tekanan ketaatan terhadap kualitas audit judgment? 2. Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian yang dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi yaitu sebagai berikut : a) Kontribusi Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis yaitu sebagai wahana untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang telah penulis miliki dalam kondisi nyata maupun real. b) Kontribusi Bagi Akademis Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan permasalahan mengenai pengaruh lingkungan etika,
10 pengalaman auditor dan tekanan ketaatan terhadap kualitas audit judgment. c) Kontribusi Bagi Auditor Bagi auditor yang menjadi responden, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan referensi untuk mengukur kompetensi diri agar menjadi sumber daya manusia yang lebih baik lagi dan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan melalui pekerjaannya. d) Kontribusi Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) Bagi KAP yang bersangkutan, hasil penelitian skripsi ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan pengetahuan kepada auditor bahwa lingkungan etika, tekanan ketaatan dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment agar auditor yang tergabung dalam KAP tersebut dapat bekerja secara profesional dan menghasilkan kualitas audit judgment yang memadai. e) Kontribusi Bagi pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang berguna untuk menambah wawasan, sehingga rekan pembaca dapat mengetahui beberapa hal yang terkait dengan pengaruh lingkungan etika, pengalaman auditor dan tekanan ketaatan terhadap kualitas audit judgment dan tertarik melakukan penelitian yang sama dimasa yang akan datang.