BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua orang mengenal alpukat karena buah ini dapat ditemukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan zat penting kedua untuk hidup setelah oksigen. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat

Ilmu Tanah dan Tanaman

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

BAB I PENDAHULUAN. bagus dan sehat. Kualitas air meliputi sifat air dengan segala komponen yang ada di

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

DATA PENGAMATAN. 2. Untuk Konsentrasi Aktivator H2SO4 4M Serbuk kayu. No Pengamatan Kelapa (gr) (gr)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. gizi dalam jamur hampir mengimbangi nutrisi pada daging sapi dan daging ayam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata

BAB I PENDAHULUAN. dan tumbuhan yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, sumber energi

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru

I. PENDAHULUAN. Perkebunann kelapa sawit berkembang pesat di kawasan Asia Tenggara, Malaysia,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN PENGGUNAAN ARANG AKTIF SEBAGAI ADSORBEN UNTUK PROSES ADSORPSI LIMBAH CAIR DI SENTRA INDUSTRI TAHU KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya perkembangan industri, tidak akan terlepas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

1. PENDAHULUAN. Jagung manis merupakan tanaman hortikultura yang banyak disukai masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua orang mengenal alpukat karena buah ini dapat ditemukan di pasar-pasar setiap saat, tanpa mengenal musim. Menurut sejarahnya, tanaman alpukat berasal dari daerah tropik Amerika. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan sumber genetik tanaman alpukat berasal dari Meksiko bagian selatan dan Amerika Tengah, kemudian menyebar ke berbagai negara yang beriklim tropik (Rukmana, 1997). Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik (Anonim, 2000). Alpukat merupakan buah yang diminati masyarakat karena rasanya yang nikmat dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Akan tetapi biji alpukat hanya menjadi limbah yang dibuang dan masih kurang pemanfaatannya. Biji alpukat mengandung pati, gula pereduksi, serat, arabinosa, pentosa, dan protein (Weatherby, 1934). Pati dan selulosa merupakan polisakarida bermassa molekul tinggi yang terdiri dari senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen (Marzuki, et al., 2010). Karbon aktif merupakan karbon amorf, yang dapat dihasilkan dari bahanbahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif bisa dibuat 1

dari tongkol jagung, ampas penggilingan tebu, tempurung kelapa, sekam padi, serbuk gergaji, kayu keras dan kulit singkong karena banyak mengandung senyawa karbon. Metode aktivasi yang umum digunakan dalam pembuatan karbon aktif dapat dilakukan secara aktivasi fisika dan aktivasi kimia. Aktivasi fisika biasanya dilakukan dengan pemanasan arang pada suhu 800-900 C atau dengan uap dan CO 2. Sedangkan aktivasi kimia dengan menggunakan bahanbahan kimia seperti H 2 SO 4, NaCl, HCl, NaOH, KOH, dan H 3 PO 4 (Sembiring dan Sinaga, 2003). Menurut Wulandari, et al. (2014) dan Farid (2011), H 3 PO 4 merupakan aktivator terbaik dibandingkan HCl dan KOH karena memberikan profil penyerapan yang lebih baik. Beberapa bahan yang telah digunakan untuk pembuatan karbon aktif dan aplikasinya, diantaranya adalah karbon aktif dari batu bara sebagai adsorben methylene blue (Saragih, 2008), limbah sagu sebagai adsorben logam timbal (Karthika, et al., 2010), batang jagung sebagai adsorben logam tembaga (Suhendra, 2010), sekam padi untuk menurunkan kadar besi dalam air sumur (Sitanggang, 2010) dan sebagai pengolah air limbah gasifikasi (Yuliati dan Susanto, 2011), tongkol jagung untuk menurunkan kadar besi (Simbolon, 2011), batang pisang untuk adsorpsi logam kromium (Widihati, et al., 2012), dan tempurung kelapa sawit untuk penyerapan logam kadmium dan timbal (Gultom, 2014). Kelapa sawit mengandung mineral nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, kalsium, tembaga, besi, zink, dan mangan (Ngan, 2000). Beberapa mineral seperti nitrogen dan fosfor dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara untuk tanaman perkebunan (Budianta, 2005) dan beberapa lagi bersifat toksik seperti 2

logam tembaga, besi, zink, dan mangan (Widowati, et al., 2008). Limbah cair yang berasal dari proses pengolahan kelapa sawit, yang menggunakan beberapa peralatan yang terbuat dari bahan logam ditambah lagi dengan penggunaan suhu yang relatif tinggi dikhawatirkan limbah cair tersebut mengandung logam-logam transisi terutama Fe dan Cu yang dapat mencemari lingkungan yaitu yang bersumber dari wadah ataupun peralatan yang digunakan (Sembiring, 2004). Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen, atau karsinogen bagi manusia ataupun hewan (Widowati, et al., 2008). Kadar logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) dapat ditetapkan secara gravimetri dan volumetri (Treadwell, 1961) dan spektroskopi serapan atom. Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dari sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk memanfaatkan biji alpukat yang memiliki kandungan karbon yang tinggi menjadi karbon aktif dan di uji efektivitasnya terhadap adsorpsi logam besi dan tembaga dalam 3

limbah cair sawit. Kadar logam besi dan tembaga dalam limbah cair sawit di ukur menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom. 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah karbon aktif yang dihasilkan dari biji alpukat (Persea americana Mill.) mampu mengadsorpsi logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) dalam limbah cair sawit? 2. Apakah jumlah karbon aktif yang ditambahkan terhadap limbah cair sawit berpengaruh terhadap jumlah logam besi (Fe) dan tembaga (Cu)? 1.3 Hipotesis 1. Karbon aktif yang dihasilkan dari biji alpukat (Persea americana Mill.) mampu mengadsorpsi logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) dalam limbah cair sawit. 2. Semakin tinggi konsentrasi karbon aktif yang ditambahkan semakin sedikit logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang terdapat dalam limbah cair sawit. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk membuat karbon aktif dari biji alpukat (Persea americana Mill.) yang masih kurang pemanfaatannya. 2. Untuk menentukan pengaruh konsentrasi karbon aktif yang ditambahkan terhadap jumlah logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang terdapat dalam limbah cair sawit. 4

1.5 Manfaat Penelitian 1. Dapat meningkatkan pemanfaatan biji alpukat (Persea americana Mill.) sebagai sumber karbon aktif yang lebih murah dan mudah didapat. 2. Dapat mengetahui pengaruh konsentrasi karbon aktif yang ditambahkan terhadap jumlah logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang terdapat dalam limbah cair sawit. 5