BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini banyak terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Sehingga profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Tugas seorang auditor internal adalah melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan pengendalian internal, manajemen resiko dan proses tata kelola perusahaan. Selain itu auditor internal juga melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi bidang keuangan, operasional sumber daya manusia, dan teknologi informasi. Hasil audit diharapkan bisa memberikan jaminan tidak ada penyimpangan dalam perusahaan. Selain itu auditor internal, juga memberikan jalan keluar permasalahan yang dihadapi, memberi motivasi peningkatan efesiensi dan efektivitas perusahaan. Keuntungan audit yang dilaksanakan bersamaan kegiatan adalah hasilnya lebih efektif dan efisien. Rekomendasi dan tindak lanjut bisa dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan atau sebelum kegiatan berakhir. Sehingga pada saat kegiatan selesai tidak ada perbedaan antara yang seharusnya dan sebenarnya (Abu; 2013). Auditor Internal merupakan kunci keberhasilan audit internal yang efektif. Auditor Internal harus bekerja secara profesional dan mempunyai kompetensi dalam bidangnya, independen dan bebas dari pengaruh pihak luar sehingga menghasilkan kualitas kerja audit yang baik. Saat auditor menjalankan profesinya, auditor akan diatur sesuai dengan kode etiknya yang dikenal dengan Kode Etik Akuntan. Dian (2011) menjelaskan 1
2 bahwa masyarakat mampu menilai auditor yang telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya melalui kode etik. O Leary dan Cotter (2000) menyatakan bahwa etika merupakan isu yang selalu berada di garis depan untuk dibahas dalam setiap diskusi yang berkaitan dengan profesionalisme dunia akuntansi dan auditing. Menurut Harahap (2008) memberikan penilaian bahwa meskipun sejumlah profesi termasuk profesi akuntansi memiliki etika profesi namun etika itu dibangun atas dasar nasionalisme ekonomi belaka, sehingga wajar etika tersebut tidak mampu menghindarkan manusia dari pelanggaran moral dan etika untuk mengejar keuntungan material. Menurut Goleman (2015) terdapat beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang terhadap suatu hal salah satunya adalah kecerdasan emosional. Kemampuan akademik bawaan, nilai raport, dan prediksi kelulusan pendidikan tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang setelah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya kecerdasan emosional mampu melatih kemampuan individu yang meliputi kemampuan mengolah perasaannya, memotivasi dirinya, bekerja sama dengan orang lain, berempati dan berinisiatif. Masyarakat beranggapan bahwa Intellectual Quotient menentukan keberhasilan seseorang. Masyarakat beranggapan bahwa semakin tinggi IQ seseorang semakin berhasil orang tersebut dalam pekerjaanya. Namun kenyataanya tidak demikian, IQ hanya memberikan kontribusi 20% dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang dan 80% lainya ditentukan oleh faktor lain. Faktor inilah yang dinilai berdasarkan kecerdasan emosional (Alwani; 2007).
3 IQ tinggi tanpa disertai EQ yang baik dapat mendorong pada perilaku penipuan atau hal tidak etis yang berpotensi merugikan orang banyak, seperti kasus kredit macet di BRI yang diambil dari media kompas.com hari Selasa, 1 November 2016 dalam judul Akuntan Publik Diduga Terlibat berikut ini: Dalam kasus perbankan seorang akuntan publik yang menyusun laporan keuangan Raden Motor yang bertujuan mendapatkan hutang atau pinjaman modal senilai Rp. 52 miliar dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Jambi pada tahun 2009 diduga terlibat dalam kasus korupsi kredit macet. Terungkapnya hal ini setelah Kejati Provinsi Jambi mengungkap kasus tersebut pada kredit macet yang digunakan untuk pengembangan bisnis di bidang otomotif tersebut. Fitri Susanti, yang merupakan kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI Cabang Jambi yang terlibat kasus tersebut pada Selasa, 18 Mei 2010 menyatakan bahwa setelah kliennya diperiksa dan dicocokkan keterangannya dengan para saksi-saksi telah terungkap adanya dugaan keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan publik pada kasus ini. Hasil pemeriksaan prosedur dan tahapan pengajuan permohonan kredit yang diperuntukkan kepada Raden Motor disalahgunakan oleh penerima kredit, sehingga dalam kasus ini ada dugaan kuat telah terjadi konspirasi staf audit internal BRI Cabang Jambi bagian pengawasan dan pengendalian pengajuan kredit dengan Raden Motor. Pihak Intelejen Kejati Jambi terhadap kasus ini sesuai dengan UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam UU No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Kemudian dikonfrontir keterangan tersangka dengan para saksi Biasa Sitepu, terungkap ada terjadi kesalahan dalam
4 pelaporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam pengajuan pinjaman modal ke BRI Cabang Jambi. Ada 4 aktivitas laporan keuangan Raden Motor yang tidak dimasukan kedalam laporan keuangan yang diajukan ke Bank BRI, hingga menjadi sebuah temuan serta kejanggalan dari pihak kejaksaan untuk mengungkap kasus kredit macet ini. Keterangan serta fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam, diperiksa dan dibandingkan keterangannya dengan keterangan saksi Biasa Sitepu yang berperan sebagai akuntan publik dalam kasus ini di Kejati Jambi. Seharusmya data-data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan harus lengkap, tetapi di dalam laporan keuangan yang diberikan oleh tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data-data yang diduga tidak disajikan dengan seharusnya dan tidak lengkap oleh akuntan publik. Menurut Mardiasmo (2004) saat ini masih terdapat beberapa kelemahan dalam melakukan audit di Indonesia yang menyebabkan munculnya kasus-kasus kecurangan yang merugikan perusahaan. Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, dan sumber kebocoran dana. Terdapat beberapa kasus kecurangan yang terjadi pada BUMN dan instansi pemerintahan di Indonesia.
5 Tabel 1.1 Kasus Kecurangan pada BUMN di Kota Bandung No Nama BUMN Tahun Kasus Kecurangan 1 PT. BIOFARMA 2010 Saat penyerahan 191.000 unit barang, panitia tidak kembali memeriksa mutu sesuai spesifikasi teknis, barang berupa Rapid Diagnosa Kit tersebut tidak sesuai spesifikasi dan tidak dapat digunakan untuk mendeteksi virus A1 secara cepat. Akhirnya barang-barang itu ditarik dan tidak dipergunakan. Akibat perbuatan tersebut, negara dirugikan sebesar Rp 14,89 Miliar. 2 PT. DIRGANTARA INDONESIA (Sumber : http://news.detik.com) 2010 Biaya imbal jasa dan bagi hasil kepada PT. Bumiloka Tega Perkasa dalam penjualan helikopter kepada TNI AD seharusnya tidak ditanggung PT DI, sehingga PT DI dirugikan sebesar Rp 1,64 Miliar. 3 PT. POS INDONESIA (Sumber: http://www.jurnas.com) 2011 Ditemukan adanya penyimpangan Giro Pos Online yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 4,3 Miliar, juga manipulasi data penyetoran pajak sebesar Rp 910 juta. (Sumber : http://banjarmasin.tribunnews.com)
6 Tabel 1.1 Lanjutan 4 PT. PERKEBUNAN 2012 Terdapat koreksi fiskal positif atas biaya NUSANTARA VIII penyusutan dan amortisasi hak guna usaha senilai Rp 106,35 miliar yang belum dilakukan mengakibatkan perhitungan penghasilan kena pajak PTPN VIII (Persero) tahun 2011 harus dikoreksi positif senilai Rp 106,35 miliar yang berpotensi menambah penerimaan negara senilai Rp 26,58 miliar, serta terdapat biaya terkait gaji/upah tanaman belum mengahasilkan sebesar Rp 72,43 miliar yang belum dikoreksi fiskal negatif sehingga perhitungan penghasilan kena pajak PTPN VIII (Persero) tahun 2011 harus dikoreksi negatif senilai Rp 72,43 miliar yang berpotensi mengurangi penerimaan negara senilai Rp 18,10 miliar. (Sumber: majalahfaktaonline.blogspot.co.id) 5 PT PLN 2014 PT. PLN melakukan tindakan korupsi atas pembangunan gardu sebanyak 21 yang dananya bersumber dari APBN 2011 sampai dengan 2013. Diduga pembangunan gardu tersebut dilaksanakan sesuai dengan laporan program fisik. Kasus ini merugikan negara sebesar Rp 33 miliar.
7 6 PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (Sumber: tribunnews.com) 2014 Diduga melakukan korupsi pada dana program kemitraan bina lingkungan (PKBL) sebesar Rp 45 miliar yang diselewengkan oleh Direktur Utama PT. Telekomunikasi Indonesia Arief Cahya dan Senior General Manager Community Development Center (SGM CDC) Nur Hassim Rusdi. Menurut sumber mekanisme penyaluran dana PKBL senilai Rp 8 miliar atau menyalahi aturan dalam hal tersebut disetujui oleh SGM CDC. (Sumber: wordpress.com) Asosiasi Auditor Internal Pemerintah Indonesia (AAIPI) menyatakan bahwa 94% Aparat Pengawas Internal Pemerintah di Jawa Barat tak bisa mendeteksi terjadinya korupsi. Hal tersebut merupakan salah satu hasil pemetaan data Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) berdasarkan Internal Audit Capability Model (IACM) terhadap AAIPI. Kejadian-kejadian yang terjadi mencerminkan bahwa pengawasan dan pengendalian internal pada perusahaan BUMN dapat dikatakan tergolong lemah. Pengawasan dan pengendalian internal dalam sebuah perusahaan, baik swasta maupun milik negara sangatlah penting untuk menghindari pelanggaran peraturan perundang-undangan tersebut. Fungsi pengawasan dalam sebuah perusahaan dijalankan oleh komisaris independen yang dijalankan di dalam komite audit.
8 Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Etika Profesi dan Kecerdasaan Emosional Auditor Internal Terhadap Kinerja Auditor Internal (Studi Kasus Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh etika profesi terhadap kinerja auditor internal. 2. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor internal. 3. Bagaimana pengaruh etika profesi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor internal. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh etika pofesi terhadap kinerja auditor internal. 2. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor internal. 3. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor internal.
9 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian dan studi kepustakaan, penulis mengharapkan diperolehnya informasi yang relevan yang dapat berguna bagi pihak pihak terkait, yaitu : 1. Auditor Internal Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang manfaat yang dapat diambil oleh auditor internal akan kesadaran pentingnya etika profesi dan kecerdasan emosional. 2. Pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana atau studi literatur bagi pembaca mengenai pentingnya etika profesi dan kecerdasan emosional demi mencapainya efektivitas kinerja auditor internal yang optimal. 3. Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai saran mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dan menambah pengetahuan penulis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor internal. 1.5 Lokasi dan Waktu Peneltian Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian pada PT Bank Rakyat Indonesia di Kota Bandung. Untuk memperoleh data yang diperlukan
10 sesuai dengan objek yang akan diteliti, maka penulis akan melaksanakan penelitian dari bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Maret 2017.