I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

TRADISI PENGADANGAN DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU OGAN DESA LUNGGAIAN KECAMATAN LUBUK BATANG KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu dijadikan tuhan berpasang-pasangan. Begitupun manusia dijadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang dimiliki, kebudayaan merujuk pada berbagai aspek manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang

STUDI TENTANG TATACARA UPACARA PERKAWINAN DI DESA TAMANAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penjelasan lebih lanjut mengenai mahar dan prosesi pertunangan akan dibahas di bab selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

PENETAPAN MAHAR BAGI PEREMPUAN DI DESA KAMPUNG PAYA, KECAMATAN KLUET UTARA, KABUPATEN ACEH SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Jawa disebut tanggap wacana (sesorah). Dalam pernikahan adat

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuahpetuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan cikal bakal terciptanya keluarga sebagai tahap

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. hal Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokusmedia, 2007, hlm. 7.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

UPACARA PENDAHULUAN

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan Penduduk yang berdiam dan berasal dari pulau-pulau yang beraneka ragam adat budaya dan hukum adatnya. Namun demikian walaupun disana sini berbeda tetapi dikarenakan rumpun asalnya adalah satu yaitu bangsa melayu purba, maka walaupun berbeda-beda masih dapat ditarik persamaan dalam hal-hal yang pokok. Hampir disemua lingkungan masyarakat adat menempatkan masalah perkawinan sebagai urusan keluarga dan mayarakat, perkawinan tidaklah semata-mata urusan pribadi yang melakukannya. Adat istiadat perkawinan suatu daerah, selain memuat aturan-aturan dengan siapa seseorang boleh melakukan perkawinan, berisi tata cara dan tahapan yang harus dilalui oleh pasangan pengantin dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya sehingga perkawinan ini dapat pengabsahan dari masyarakat, tata cara rangkaian adat perkawinan itu terangkat dalam suatu rentetan kegiatan upacara perkawinan. Upacara itu sendiri diartikan sebagai tingkah laku resmi yang dibukukan untuk peristiwaperistiwa yang tidak ditujukan pada kegiatan teknis sehari-hari, akan tetapi mempunyai kaitan dengan kepercayaan diluar kekuasaan manusia. oleh karena itu

2 dalam setiap uacara perkawinan kedua mempelai ditampilkan secara istimewa, dilengkapi tata rias wajah, tata rias sanggul, serta tata rias busana yang lengkap dengan berbagai adat istiadat sebelum perkawinan dan sesudahnya. Salah satu unsur kebudayaan yang masih dilestarikan oleh bangsa Indonesia sebagai warisan budaya adalah upacara adat perkawinan dimana banyak sekali bangsa yang masih melestarikannya seperti masyarakat Suku Ogan yang ada di wilayah Sumatera Selatan. Kebudayaan meliputi segala manifestasi dari kehidupan manusia yang berbudi luhur dan yang bersifat rohani, seperti agama, kesenian, filsafat, ilmu pengetahuan, tata negara dan lain sebagainya. Kebudayaan juga diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang, dimana manusia tidak hidup begitu saja di tengah alam, namun berusaha mengubah alam itu. Di dalam pengertian kebudayaan juga terdapat tradisi, yang merupakan pewarisan berbagai norma, adat istiadat dan kaidah-kaidah. Namun tradisi bukanlah sesuatu yang tidak bisa diubah, tradisi justru terpadu dengan berbagai perbuatan atau tindakan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya (Budiono Herusatoto, 2011: 15). Kebudayaan sebagai mekanisme kontrol bagi kelakuan dan tindakan manusia sebagai pola-pola kelakuan manusia. Selanjutnya dapat dijelaskan pula bahwa kebudayaan merupakan pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti perasaan-perasaan manusia serta menjadi sistem nilainya. Hal itu terjadi karena kebudayaan diselimuti oleh nilai-nilai moral yang bersumber dari nilai-nilai yang pandangan hidup dan sistem etika yang dimiliki manusia.

3 Setiap manusia dan masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat serta kebudayaan sendiri. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan yang akan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan budaya bangsa yang ada di Indonesia. Kehidupan berkeluarga terjadi lewat perkawinan yang sah, baik menurut hukum agama maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dari sini akan tercipta kehidupan yang harmonis, tentram, dan sejahtera lahir batin yang didambakan oleh setiap insan yang normal. Perkawinan merupakan cara untuk memelihara dan melestarikan keturunan. Dalam Syari at Islam Allah telah menetapkan aturan perkawinan yang merupakan tuntunan agama yang wajib dilaksanakan oleh semua umatnya. Pelaksanaan upacara perkawinan merupakan suatu langkah yang penting dalam proses pengintegrasian manusia dengan tata alam, dimana dalam pelaksanaan adat upacara perkawinan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh tradisi untuk masuk kealam sakral (Depdikbud, 1978; 12) Karena dalam pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan ini membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar, maka upacara adat perkawinan hanya dilakukan oleh orang tua yang mampu menyelenggarakan perkawinan putra-putrinya secara mewah. Tradisi seperti ini akan terus menjadi unsure budaya yang dihayati dari masa-kemasa. Nilai dan norma yang terkandung didalamnya sangat kuat, mengatur dan mengarahkan tingkah laku setiap individu dalam masyarakat.

4 Perkawinan memegang peranan penting dalam hal menentukan hidup selanjutnya, sebab perkawinan pada dasarnya merupakan pengaturan tata kelahiran manusia yang menyangkut kehidupan seks yang dinilai suci (Depdikbud, 1986; 3). Menurut Sulaiman Rasjid perkawinan adalah aqad nikah yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak-hak dan kewajiban serta tolong-menolong antara laki-laki dan perempuan yang antara keduanya bukan muhrim (Sulaiman Rasjid, 1954; 355). Perkawianan adat Suku Ogan memiliki tahapan-tahapan kegiatan yang dimana ada tahapan sebelum perkawinan terdiri dari mintak status dimana calon mempelai lakilaki datang sendirian ke rumah pihak perempuan untuk menanyakan apakah sudah boleh untuk datang bersama kedua orang tua dengan tujuan masati rasan (menentukan kelanjutan hubungan), masati rasan yakni setelah mendapat ijin dari kedua orang tua pihak perempuan, maka pihak laki- laki datang kembali bersama kedua orang tua kerumah pihak perempuan untuk memastikan apakah benar antara anaknya (pihak laki- laki) menjalin hubungan dengan anak dari pihak perempuan (masati rasan), setelah mendapat jawaban dari pihak perempuan pada waktu yang telah disepakati bersama. Keluarga pihak laki- laki datang kembali kerumah pihak perempuan untuk melakukan lamaran (madukan rasan), mutuskan kate yakni apabila keluarga pihak laki- laki sanggup memenuhinya maka pihak laki- laki mengajukan permintaan untuk memilih waktu yang tepat untuk pelaksanaan akad nikah dan pesta pernikahan agar terjadi kesepakatan (mutuskan kate). Pihak laki- laki juga meminta waktu untuk datang kembali guna memenuhi permintaan pihak perempuan, ngantatkan seserahan (

5 Lamaran/ikatan) sesuai waktu yang telah disepakati pihak laki- laki datang kembali bersama pemuka adat dengan membawa mukun (rantang besi) yang berisi wajik(pelak), membawa kelengkapan primer, serta membawa mas kawin yang dikehendaki pihak perempuan. Dan mengikat calon pengantin perempuan (tunangan), tunangan merupakan suatu ikatan antara calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan dengan cara saling menukar cincin sebagai tanda bahwa mereka berdua tidak boleh diganggu oleh orang lain. Lalu tahapan kedua yaitu tahapan pelaksanaan perkawinan dimana kegiatan ini terdiri dari Nunggalkan ngensanak (pertemuan kerabat), Nembuku (pembentukan panitia), Ngambek daun (mendirikan tenda), Masak-masak, Sedekah (resepsi). Kegiatan sedekah ini ada beberapa kegiatan lagi didalamnya seperti Arak-arakan, Pengadangan, Akad nikah, Resepsi. Kemudian tahapan yang terakhir yaitu pembubaran panitia yang dilaksanakan pada malam harinya setelah resepsi selesai. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengangkat tentang salah satu kegiatan dalam resepsi perkawinan Suku Ogan yakni Proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. Tradisi ini dilakukan sebagai penghormatan keluarga mempelai pria kepada keluarga mempelai wanita, agar keluarga dan pengantin pria dapat lebih mengenal keluarga mempelai wanita.

6 B. Analisis Masalah 1. Indentifikasi Masalah 1. Proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2. Tujuan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 3. Makna tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka masalah dalam penelitian ini penulis membatasi Proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 3. Rumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut Bagaimana proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu?

7 C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2. Kegunaan Penelitian 1. Untuk menambah wawasan penulis tentang proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2. Dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai kebudayaan Suku Ogan. 3. Sebagai sumbangan referensi bagi mahasiswa dan masyarakat umum agar mengetahui proses pelaksanaan tradisi pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 4. Sebagai sarana untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan bangsa khususnya kebudayaan Suku Ogan.

8 3. Ruang Lingkup Penelitian Penulis memberikan batasan ruang lingkup agar tidak terjadi kerancuan dalam sebuah penelitian sehingga dapat mempermudah pembaca memahami isi karya tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah : 3.1 Objek Penelitian : Tradis pengadangan dalam adat perkawinan Suku Ogan 3.2 Subjek Penelitian : Masyarakat Suku Ogan Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 3.3. Tempat Penelitian : Desa Lunggaian Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu. 3.4. Waktu Penelitian : 2013 3.5 Konsentrasi Ilmu : Budaya

9 REFERENSI Budiono Herusutoto. 2011. Mitologi Jawa. Yogyakarta : Oncor Semesta Ilmu. Halaman 15. Depdibud. 1978. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Tengah. P3KD. Halaman 12. Depdikbud. 1986. Arti Lambang dan Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan BudayaProvinsi DIY. P3KD. Halaman 3 Sulaiman Rasid. 1954. Fiqh Islam.attahitiyah. Jakarta. Halaman 355.