BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006). Untuk berbahasa dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas kemampuan menulis seseorang, termasuk dalam menyusun paragraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. kompetensinya yaitu mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui. kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi Bahasa

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat kurikulum bahasa Indonesia yang wajib untuk diajarkan. (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

Oleh: Tita Yulianti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iin Indriyanti, 2014

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berprestasi di bidangnya. Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran Bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut erat kaitannya satu sama lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa di bawah pembelajaran guru untuk mencapai tujuan diharapkan. Proses belajar mengajar terkandung berbagai aspek yang integral, pada setiap aspeknya membutuhkan perhatian dan persiapan-persiapan yang baik dan matang. Guru dituntut memiliki kompetensi-kompetensi antara lain menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan pendidikan, menilai prestasi siswa, mengenal fungsi program bimbingan dan konseling, serta mengenal menyelenggarakan administrasi sekolah. Mata pelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan mencakup dua kompetensi, yaitu: (1) kompetensi berbahasa dan (2) kompetensi bersastra. Dua kompetensi tersebut diajarkan melalui empat kemampuan, yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat kemampuan berbahasa itu secara integral harus muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Pembelajaran bahasa Indonesia menitikberatkan pada aspek kemampuan berbahasa Indonesia, dengan harapan para siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu, siswa harus memiliki apresiasi yang baik terhadap karya sastra-karya sastra Indonesia. Menulis sebagai salah satu aspek berbahasa merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diajarkan pada siswa, karena keterampilan menulis sudah menjadi suatu kebutuhankan pada siswa, karena keterampilan menulis sudah 1

digilib.uns.ac.id 2 menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan dalam memenuhi keperluan sehari-hari yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis. Siswa harus dapat menulis surat lamaran, menulis naskah pidato, membuat laporan, membuat undangan, menulis karya ilmiah, menulis proposal, dan sebaginya. Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, pada kenyataanya pembelajaran keterampilan menulis kurang mendapatkan perhatian, akibatnya keterampilan menulis siswa kurang memadai. Kemampuan menulis merupakan salah satu bentuk kemampuan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mereka mengikuti pendidikan diberbagai jenjang dan jenis sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam menulis. Pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pembelajaran. Kemampuan menulis harus dikuasai oleh siswa sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah. Menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subyek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan bagaimana cara menulis, sehingga pembaca dapat memhami dengan mudah dan jelas. Kalau diamati secara cermat, banyak siswa yang mempunyai keinginan belajar menulis, namun tidak semua siswa memiliki kemampuan menulis yang baik, sehingga apa yang ditulis seringkali tidak mudah untuk dimengerti dan dipahami orang lain. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang baik dalam menyelaraskan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya dengan apa yang ada dalam pikiran dan

digilib.uns.ac.id 3 perasaannya dengan apa yang hendak dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga orang lain yang membaca terkadang memiliki pengertian dan pamahamaan yang berbeda. Pada dasarnya kemampuan menulis tidak hanya dibutuhkan siswa, kemampuan menulis juga sangat penting bagi seorang guru. Guru dituntut melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan profesionalisme guru. Belum lagi guru juga harus mengikuti kegiatan seperti seminar, diskusi, ceramah, dan sebagainya, serta guru dituntut menbuat laporan atau menyusun makalah. Menulis itu bukan hanya berupa aktivitas melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Kemampuan menulis siswa tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus terus dibina dan dikembangkan untuk mendapatkan hasil tulisan yang baik, komunikatif, dan menarik. Kemampuan menulis tidaklah diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses pembelajaran yang sebagian besar merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Hal ini dapat dilaksanakan oleh guru secara aktif dan terus menerus dengan cara mengadakan latihan-latihan dan praktik menulis yang teratur dan berkelanjutan. Menulis merupakan kemampuan berbahasa yang harus dikuasai siswa setelah mereka mampu menyimak, berbicara, dan membaca. Kemampuan menulis mensyaratkan penguasaan berbagai unsur kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan, sehingga tulisan itu haruslah terjalin sedemikian rupa menjadi tulisan yang runtut dan padu, kohesif, dan koheren. Siswa dituntut mampu menerapkan sejumlah kemampuan dalam aktivitas tulis menulis, antara lain

digilib.uns.ac.id 4 sebelum menulis perlu membuat perencanaan, menyeleksi topik, menata dan mengorganisasikan gagasan, serta mempertimbangkan bentuk tulisan. Oleh karena itu, dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah kemampuan menulis sangat penting diperhatikan pembinaannya. Dalam kegiatan menulis siswa dituntut menguasai aturan tata tulis. Ketidakmampuan siswa dalam menulis, menyebabkan siswa sering mengalami kesulitan dalam beberapa aspek antara lain bidang ejaan, diksi, kalimat (kohesikoherensi, kesejajaran, dan keekonomisan), dan pengorganisasian paragraf. Secara kenyataan pelajaran menulis yang dilaksanakan di sekolah-sekolah, lebih menitik beratkan pada hasil dari pada proses. Pembelajaran menulis di sekolah belum mendapatkan alokasi waktu yang cukup. Pembelajaran menulis hanya mendapatkan porsi waktu yang sedikit dibandingkan dengan pembelajaran kebahasaan yang lainnya. Kenyataan ini terlihat pada kegiatan menulis oleh para siswa yang kemudian dianalisis dan dinilai oleh guru, sementara proses bagaimana siswa melakukan aktivitas menulis kurang menjadi pusat perhatian guru. Hal tersbut mengakibatkan hasil tulisan siswa kurang optimal, kurang runtut dan padu serta sistematis. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas dan diskusi antara peneliti dengan guru bahasa Indonesia kelas XII TPHP 1 SMK N 3 Kudus dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab pemasalahan-permasalahan tersebut. Pertama, kekurangtepatan strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dipilih dan diterapkan guru, guru juga tidak mengacu pada RPP, serta guru hanya menggunakan LKS sebagai sumber belajar. Dalam pelaksanaan pengajaran, guru

digilib.uns.ac.id 5 kurang memperhatikan proses dan lebih berorientasi pada hasil. Guru jarang memberikan memberikan feedback untuk memperbaiki proposal kegiatan siswa. Kedua, motivasi siswa dalam menulis proposal kegiatan terkesan kurang. Hal itu tampak pada respon yang diberikan mereka ketika guru menugasi membuat proposal kegiatan. Sebagian siswa menunjukkan sikap yang kurang senang terhadap tugas tersebut. Motivasi yang kurang tersebut disebabkan mereka kurang memahami arti pentingnya kemampuan menulis. Siswa belum mengetahui peranan menulis bagi kelanjutan studi sehingga jarang yang meluangkan waktu untuk berlatih menulis secara rutin. Selain itu, bisa jadi karena mereka jarang memperoleh feedback dari guru serta mengetahui hasil kerja keras mereka tersebut tidak dinilai dengan sungguh-sungguh oleh guru. Hasil wawancara dengan beberapa siswa, diperoleh informasi yaitu kurang termotivasi mengikuti pembelajaran. Mereka cenderung malas-malasan untuk menulis, kerena menurut mereka model pembelajaran yang dilakukan oleh guru membosankan. Guru tidak menggunakan media apapun dalam pembelajaran. Selain karena model dan model pembelajaran guru yang kurang efektif, guru juga belum maksimal pada saat memberikan arahan ataupun contoh penggunaan diksi, sistemtika maupun kerangka proposal untuk diterapkan dalam menulis proposal kegiatan, sehingga siswa bingung dan kesulitan untuk menulis. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, diketahui lingkungan kelas XII TPHP 1 kurang kondusif. Hal tersebut disebabkan oleh ramainya suasana disekitar kelas, karena sering terganggu dengan suara yang gaduh yang berasal

digilib.uns.ac.id 6 dari teman sebelahnya. Fasilitas yang terdapat dikelaspun kurang memadai, tidak terdapat LCD maupun fasiltas yang lainya yang mendukung pembelajaran secara inovatif serta tata letak ruangan yang kurang mendukung yaitu banyak meja yang bertumpukan dibelakang sehingga ruang kelas yang kurang luas dan kurang nyaman saat pembelajaran. Dari segi kemampuan menulis proposal kegiatan, diketahui dari 28 siswa hanya 7 siswa (25%) yang mencapai batas, yaitu KKM 75. Sedangkan 21 siswa (75%) nilainya masih rendah di bawah batas ketuntasan 75. Meskipun terdapat siswa yang sudah mencapai batas KKM yang telah ditentukan, tetapi kemampuan dan hasil menulis proposal kegiatan siswa masih dapat ditingkatkan untuk mencapai target minimal 80% siswa mencapai ketuntasan dengan kreteria yang telah ditetapkan. Dalam pendidikan, kompetensi menulis perlu ditingkatkan karena kemampuan menulis itu sangat penting bagi pendidikan siswa. Menulis sangat efektif dan efisien untuk menggali potensi intelektual dan emosional siswa secara optimal. Melalui kegiatan menulis, siswa dapat berlatih banyak hal, antara lain: berpikir kritis, merasakan dan menikmati bermacam-macam komunikasi, memecahkan masalah, memperdalam daya tanggap, dan menyusun pengalaman dengan urutan yang logis. Ada beberapa faktor pendukung dalam peningkatan kemampuan menulis proposal kegiatan, antara lain dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menyangkut teknik pengelempokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umunya terdiri

digilib.uns.ac.id 7 dari empat sampai enam siswa. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran, para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Peneliti memandang perlu menggunakan teknik pembelajaran menulis model Two Stay Two Stray untuk meningkatkan kompetensi menulis proposal kegiatan. Hal-hal pokok yang menjadi permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi (1) pembelajaran menulis proposal kurang menarik minat dan perhatian siswa. (2) nilai hasil belajar siswa rendah karena siswa tidak termotivasi untuk menulis. (3) perlu penggunaan teknik pembelajaran menulis yang dapat menumbuhkan motivasi untuk menulis. Melalui model Two Stay Two Stray diyakini dapat meningkatkan kompetensi menulis proposal kegiatan bagi siswa Kelas XII TPHP 1 SMK N 3 Kudus. Bertitik tolak pada kondisi sebagaimana diuraikan di atas, penelitian tindakan kelas ini perlu dilakukan dengan cooperative learning Two Stay Two Stray adalah pembelajaran dengan bekerja sama dalam satu kelompok yang beranggotakan empat orang. Setelah kerja kelompok selesai, dua siswa dari setiap kelompok bertamu kepada kelompok lain, sedangkan dua siswa yang lain tetap tinggal di kelompok masing-masing. Dua orang yang tetap tinggal di kelompoknya bertugas menginformasikan dan membagikan hasil kerja kelompoknya kepada kedua tamu mereka. Setelah memperoleh informasi yang lengkap, kedua tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing, lalu melaporkan semua informasi yang diperoleh dari kelompok yang dikunjungi.

digilib.uns.ac.id 8 Tiap-tiap kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka berdasarkan temuan dari kelompok yang dikunjungi.. Model tersebut memberikan alternatif bagi penyelesaian persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis proposal kegiatan. Medol cooperative learning Two Stay Two Stray, siswa diminta untuk berpikir, bertamu ke kelompok lain untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dengan kelompok lain, dan berbagi dengan temannya secara optimal dalam proses pembelajaran. Teknik Two Stay Two Stray mefokuskan kreativitas siswa dan hasil belajar, karena model pembelajaran tersebut dapat memotivasi siswa, saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan ketrampilan,memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama yang dibentuk secara berkelompok agar siswa dapat saling mengisi, saling melengkapi, serta dapat membagikan hasil dan informasi dengan siswa lainnya dalam menyelesaikan membuat proposal kegiatan atau tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar siswa serta kreativitas siswa dapat ditingkatkan secara maksimal. Serta dapat memperkaya pengalaman siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dikerjakan secara kelompok, sehingga diharapkan hubungan antarsiswa dalam satu kelas makin baik dan erat, kegiatan belajara siswa di dalam kelas akan lebih bervariasi, dan yang lebih penting pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas siswa dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menyelasaikan tugas-tugas pembelajaran di sekolah.

digilib.uns.ac.id 9 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah penerapan cooperative learning Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis proposal kegiatan pada siswa kelas XII TPHP 1 SMK Negeri 3 Kudus? 2. Apakah penerapan cooperative learning Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan menulis proposal kegiatan pada siswa kelas XII TPHP 1 SMK Negeri 3 Kudus? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia melalui cooperative leraning Two Stay Two Stray khususnya pada menulis proposal kegiatan. 2. Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan : 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis proposal kegiatan melalui cooperative learning Two Stay Two Stray pada siswa kelas XII TPHP 1 SMK Negeri 3 Kudus.

digilib.uns.ac.id 10 2. Meningkatkan kemampuan menulis proposal kegiatan melalui cooperative learning Two Stay Two Stray pada siswa kelas XII TPHP 1 SMK Negeri 3 Kudus. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan pembelajaran yang mendukung teori yang berkaitan dengan cooperative learning Two Stay Two Stray. b. Dapat dipergunakan untuk mengetahui keadaan secara nyata mengenai peningkatan kemampuan menulis proposal kegiatan siswa setelah menggunakan cooperative learningtwo Stay Two Stray. 2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa: 1) Hubungan antarsiswa dalam satu kelas makin baik sehingga tercipta pembelajaran kemampuan menulis proposal kegiatan yang menyenangkan. 2) Keaktifan siswa meningkat sehingga kualitas proses pembelajaran menulis proposal kegiatan menjadi lebih optimal. 3) Kemampuan siswa dalam menulis proposal kegiatan meningkat.

digilib.uns.ac.id 11 b. Bagi Guru: 1) Kemampuan guru dalam proses pembelajaran menulis proposal kegiatan meningkat sehingga menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, bervariasi, dan dapat menarik perhatian siswa. 2) Kinerja guru mampu menyusun RPP dengan baik, dan mampu mengemabangkan materi ajar meningkat. 3) Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang inovatif meningkat. 4) Profesionalisme guru dalam mengajar meningkat. c. Bagi Sekolah 1) Prestasi sekolah meningkat sebab kinerja guru makin optimal sehingga prestasi siswa pun dapat meningkat. 2) Iklim kerjasama antarguru dalam memecahkan masalah pembelajaran makin baik, guru makin aktif memperbarui metode mengajar sehingga kulaitas pendidikan meningkat. 3) Proses pembelajaran makin inovatif karena guru makin propfesional dalam mengajar, dan siswa dapat lebih aktif mengikuti proses pembelajaran menulis proposal kegiatan di sekolah.