BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut UU no 20 tahun 2003 pasal 3 Tim Fokus Media (2015, hlm 10) menyatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Kerjasama merupakan salah satu dari macam-macam perilaku sosial dan unsur kepribadian bangsa Indonesia. Hal tersebut sangat terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kerjasama terjadi ketika siswa dihadapkan pada persoalan-persoalan yang menjadi kepentingan bersama. Kerjasama dalam suatu kelompok sangat diperlukan di dalam proses pembelajaran. Dengan bekerjasama, tugas-tugas yang diberikan guru dapat dipecahkan secara bersamasama sehingga dapat meringankan. Selain itu dengan bekerjasama siswa dapat memberikan informasi pengalaman apa yang dimiliki siswa pasti akan berbeda-beda dan disinilah kelebihan dalam bekerjasama dapat saling bertukar pikiran di dalam kelompok dengan siswa yang satu dengan siswa yang lain sehingga siswa yang tidak tahu akan menjadi tahu sedangkan siswa yang tidak tahu akan memberi tahu. Oleh karena itu, dengan proses pembelajaran kerjasama di dalam kelompok akan lebih

2 memudahkan siswa dalam belajar. Berkaitan dengan hal tersebut diatas dibutuhkan interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari, dengan berinteraksi siswa mampu berkomunikasi dan melakukan kerjasama dengan siswa lain. Pada saat kegiatan proses belajar mengajar berlangsung, kerjasama sangat penting dibutuhkan. Namun dalam proses pembelajaran, guru sering melupakan aspek sosial. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru wali kelas v, siswa kelas v mempunyai masalah yang terkait dengan masih kurangnya kemampuan kerjasama pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Kendala yang dihadapi oleh siswa saat kerjasama pada umumnya adalah tidak adanya kecocokan dalam tim, pembagian tugas dalam tim tidak merata, tidak saling menghargai pendapat teman, tidak menghormati teman saat bicara, teman berbicara sendiri ketika teman dalam satu tim sedang menjelaskan, ragu dan takut dalam menyampaikan pendapat, malu bertanya kepada guru dan tidak dapat mengambil keputusan dalam tim. Berbagai metode pembelajaran telah digunakan namun masih sedikit sekali yang menyentuh pada nilai kerjasama. Banyak sekolah yang masih mementingkan perkembangan kognitif saja dan perkembangan sosial anak masih kurang diperhatikan. Pada kenyataan kerjasama merupakan salah satu perilaku sosial yang sangat penting untuk dikembangkan pada anak sejak dini. Peningkatan kerjasama merupakan hal yang penting. Hal tersebut dimaksudkan agar melalui kerjasama siswa dalam kegiatan belajar mengajar, maka siswa akan lebih mudah memaknai pelajaran yang diajarkan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adanya suatu metode pembelajaran yang menarik, mudah dipahami dan tidak membosankan yang dapat menumbuhkan interaksi antara siswa dan guru dalam menghadapi pelajaran dan kehidupan. Suatu metode pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan kerjasama, kreativitas, kekritisan dan kecerdasan siswa yang baik. Selain itu, siswa mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran.

3 Hasil belajar siswa pada pembelajaran Tema 9 Lingkungan sahabat kita Sub Tema 1 Manusia dan Lingkungan diketahui rendah. Hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh siswa masih dibawah standar ketuntasan minimal atau KKM, dimana standar yang digunakan adalah 75. Namun masih banyak dari siswa dalam pembelajaran Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub Tema 1 Manusia dan Lingkungan mendapatkan nilai dibawah standar. Dalam materi pembelajaran Tema 9 Sub Tema 1 siswa kelas 5 yang acuh dan kurang berprestasi cenderung pasif dan hanya mengandalkan siswa yang aktif. Mereka hanya diam tanpa adanya kemauan untuk menyampaikan gagasan atau pendapat dari hasil temuan. Hal ini disebabkan karena metode ceramah yang digunakan kurang efektif dan menyenangkan. Guru tidak berperan sebagai fasilitator yang melibatkan siswa secara aktif dan positif mengeluarkan pendapatnya sendiri, itu terjadi karena kecenderungan siswa belajar hanya sebatas menghafal konsep yang telah dajarkan guru sehingga pembelajaran kurang menekannkan penugasan keterampilan proses sebagai pencapaian hasil belajar yang harus dicapai siswa, sehingga menyebabkan hasil belajar yang didapatkan siswa rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub Tema 1 Manusia dan Lingkungan menurut dugaan sementara peneliti antara lain adalah: 1) Dengan menanamkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial yang baik kepada anak-anak usia dini, 2) menumbuh kembangkan untuk saling memberi antar sesama, 3) memberikan contoh prilaku yang santun kepada mereka, 4) menumbuhkan sikap tanggung jawab dan kerjasama yang tinggi kepada mereka agar mencintai sesama makhluk ciptaan Tuhan, 5) Secara berkelompok siswa dapat berfikir kritis untuk memecahkan masalah. Sehubungan dengan itu maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

4 (Penelitian Tindakan Kelas Pada Sub Tema Manusia dan Lingkungan Pada Tema Lingkungan Sahabat Kita Pada Siswa kelas V SDN Buah Batu Baru no 273 Kecamatan Turangga Lengkong Kota Bandung Barat) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang muncul dapat diindentifikasikan sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa masih rendah, hal ini terlihat dari sebagian besar siswa yang berjumlah 29 orang siswa memperoleh nilai di bawah KKM dari KKM dengan bobot nilai 75. Pengajaran yang dilakukan didalam melaksanakan proses pembelarjaan Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub Tema 1 Manusia dan Lingkungan, masih menggunakan metode cermah dan cenderung hanya menyampaikan materi saja dan siswa yang mendengarkan 2. Murid masih belum terlihat sikap kerja sama didalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. 3. Guru menggunakan metode ceramah yang menyebabkan siswa merasa jenuh. Karena metode ini siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal. Beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru sehingga menyebabkan kurangnya kerja sama pada siswa. C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas peneliti merumuskan batasan masalah agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana yang disusun. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah b. Kurangnya sikap kerja sama dalam pembelajaran Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub Tema 1 Manusia dan Lingkungan sehingga dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa c. Kurangnya penguasaan model pembelajaran D. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan diatas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai

5 berikut. Apakah Penerapan Model Discovery Learning dapat Meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub Tema 1 Manusia dan Lingkungan? 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan diatas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan pembelajara pada Tema Lingkungan Sahabat Kita sub tema 1 Manusia dan Lingkungan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning di kelas V SDN Buah Batu Baru No. 273 Kecamatan Turangga Lengkong Kota Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada Tema Lingkungan Sahabat Kita sub tema 1 Manusia dan Lingkungan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning di kelas V SDN Buah Batu Baru No. 273 Kecamatan Turangga Lengkong Kota Bandung? 3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada Tema Lingkungan Sahabat Kita sub tema 1 Manusia dan Lingkungan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning di kelas V SDN Buah Batu Baru No. 273 Kecamatan Turangga Lengkong Kota Bandung? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan adanya tujuan umum dan tujuan khusus, untuk lebih jelasnya sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model Discovery Learning pada pembelajaran Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub tema 1 Manusia dan Lingkungan kelas V SD SDN Buah Batu Baru no 273 Kecamatan Turangga Lengkong Kota Bandung. 2. Tujuan Khusus Berdasarkan permasalahan di atas maka Penelitian Tindakan Kelas yang dicapai yaitu :

6 a. Untuk meningkatkan dan mengetahui perencanaan pembelajaran pada Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub tema 1 Manusia dan Lingkungan dengan menggunakan model Discovery Learning kelas V SD SDN Buah Batu Baru no 273 Kecamatan Turangga Lengkong Kota Bandung. b. Untuk meningkatkan dan mengetahui prestasi belajar siswa pada pembelajaran Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub tema 1 Manusia dan Lingkungan dengan menggunakan model Discovery Learning kelas V SD SDN Buah Batu Baru no 273 Kecamatan Turangga Lengkong Kota Bandung. c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada Tema Lingkungan Sahabat Kita sub tema 1 Manusia dan Lingkungan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning di kelas V SDN Buah Batu Baru No. 273 Kecamatan Turangga Lengkong Kota Bandung F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teori secara teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan keilmuan bagi guru-guru sekolah dasar dalam proses pembelajaran tentang penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub Tema 1 Manusia dan Lingkungan kelas V SD SDN Buah Batu Baru No. 273 Kecamatan Turangga Lengkong Kota Bandung 2. Manfaat teori secara praktis a. Bagi peneliti Bagi peneliti manfaat yang diperoleh yaitu menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama di jenjang perkuliahan dalam menghadapai dunia pendidikan secara nyata serta memiliki acuan tentang meningkatkan hasil pembelajaran siswa pada tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub Tema 1 Manusia dan Lingkungan b. Bagi siswa

7 1) Agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita Sub Tema 1 Manusia dan Lingkungan c. Bagi guru Hasil penelitian ini memungkinkan secara aktif dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam mempersiapkan rancangan penyusunan pembelajaran dengan model Discovery Learning, meningkatkan professional guru dalam pembelajaran, dan para guru diharapkan dapat mengetahui model belajar apa yang efektif didalam proses pembelajaran d. Bagi lembaga sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan proses pembelajaran yang inovatif dan variatif sehingga mampu memajukan proses pendidikan dimasa mendatang, memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah khususnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah khususnya mata dalam hasil belajar, mendorong kinerja sekolah agar berupaya menyediakan sarana dan prasarana. G. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan membaca dalam menafsirkan penelitian yang berjudul PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA operasional sebagai berikut : 1. Model Pembelajaran maka dituliskan definisi Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam utama dalam menciptakan pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat belajar siswa di kelas. Oleh karena itu, guru jangan hanya terpaku pada metode ceramah saja akan tetapi harus beraniberinovasi dan beradaptasi dengan model pembelajaran PAIKEM tersebut. Nanang Hanafiah (2009: 41) mengatakan, Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalm rangka mensiasati perubahan prilaku peserta didik

8 secara adaptifmaupun generative. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik, dan gaya mengajar guru Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalaah suatu pendekatan dalam mensiasati perubahan perilakupeserta didik dengan membuat pola sistematis dalam merencanakan aktifitas pembelajran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dalam proses pengajaran dan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas untuk mencapai tujuan dan membantu peserta didik mendapatkan informasi, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan setiap ide dimilikinya 2. Model Discovery Learning Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengorganisasikan sendiri materi pelajaran dengan penekanan pada penemuan konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui siswa. salah satu model pembelajaran yang dilakukan menggunakan penggunaan saintifik. Pendekatan saintifik dan model discovery learning adalah suatu pendekatan dan model pembelajaran wajib yang harus diterapkan didalam kurikulum 2013. Menurut Kosasih (2014, h. 83) menjelaskan tentang model pembelajaran (discovery learning) sebagai berikut: Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain dari pemebelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya. Siswa diraih untuk terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuwan). Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan. Oleh karna itu, dapat disimulkan bahwa discovery learning adalah model pembelajaran yang mengacu kepada siswa untuk menemukan sesuatu hal yang baru dalam proses pembelajarannya serta membangun mental peserta didik dalam masalah yang dihadapi. 3. Hasil Belajar

9 Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya Purwanto (2008. H. 46) menjelaskan tentang hasil belajar sebagai berikut: Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar dan sebagai bentuk realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya. hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan untuk memperoleh hasil belajar. Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya. 4. Sikap Kerjasama Kerjasama merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan berkelompok. Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok sangat dibutuhkan kerjasama. Karena dengan adanya kerjasama proses belajar siswa akan berjalan dengan baik dan lancar. Kerjasama dalam tim menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi bagi individu-individu yang tergabung dalam kerjasama tim. Elaine B. Johnson (2008: 163) mengatakan bahwa dengan bekerjasama, para anggota kelompok kecil akan mampu mengatasi berbagai rintangan, bertindak mandiri dan dengan penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota kelompok, mempercayai orang lain dalam mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan. (http:// digilib. ump. ac. id/ files/ disk/8/ jhptump-a-fikisriwin-373-2- babii. pdf)

10 Kemampuan bekerjasama sangat diperlukan karena kita merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk saling tulong menolong. Kemampuan bekerjasama ini akan sangat bermanfaat dalam dunia kerja dan kehidupan masyarakat nanti (Anita Lie, 2008: 43). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kerjasama adalah suatu sistem kerja yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi kelompok dengan mengandalkan bakat setiap anggota kelompok serta mempercayai orang lain dalam mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan sehingga dapat mewujudkan keberhasilan kerja. 5. Sikap Cermat Menurut KBBI tersedia http://kbbi.web.id/cermat (di akses 10 mei 2017 jam 13.00) cermat /cer.mat/ a 1 penuh minat (perhatian); saksama; teliti: ia mengerjakan soal-soal hitungan dng --; 2 berhati-hati dl memakai uang dsb; hemat: ia seorang wanita yg sehingga tidak ada uangnya yang terhambur begitu saja; mencermatkan /men.cer.mat.kan/ v 1 melakukan sesuatu dng cermat (teliti, hati-hati); 2 menghematkan (pengeluaran uang dsb): ia memberi tahu saya bagaimana cara ~ uang belanja; mencermati /men.cer.mati/ v memperhatikan dng cermat (saksama, teliti, penuh minat); mengamati dan memperhatikan dng sungguh-sungguh: dia tampak antusias ~ foto-foto yg terpampang; kecermatan/ke.cer.mat.an/ n 1 ketelitian; kesaksamaan; 2 kehematan; perihal hati-hati. 6. Sikap Percaya Diri Menurut Thantawy dalam Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling (2005, hlm 87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang member keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negative, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Menurut Maslow (dalam Iswidharmajaya & Agung, 2004, hlm. 13) percaya diri merupakan model dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri.

11 Dengan demikian kesimpulan yang dapat ditarik mengenai sikap percaya diri adalah bentuk aktualisasi diri yang terbentuk dari keyakinan dalam jiwa manusia sehingga membuat manusia tersebut mamahami dan menggali dirinya sendiri. H. Sistematika Skripsi Berdasarkan buku panduan penyusunan skripsi FKIP UNPAS, di dalam skripsi harus membahas 5 bab yaitu : bab I pendahuluan, bab II kajian teori dan kerangka pemikiran, bab III metode penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V hasil kesimpulan dan saran. Bab I pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah dimana peneliti menjabarkan semua maalah yang ditemukan dilapangan. Kemudian masalah-masalah diidentifikasi menjadi poin-poin dan identifikasi masalah tersebut dibatasi menjadi lebih mengerucut, satu atau dua hal untuk diteliti lebih lanjut. Setelah itu harus adanya rumusan masalah yang dibuat berdasarkan batasan masalah, agar lebih jelas tujuan penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Dari penelitian yang peneliti lakukan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah bahkan bagi peneliti itu sendiri. Bagian akhir dari bab I adalah struktur organisasi skripsi yang merupakan deskripsi atau gambaran dari keseluruhan skripsi. Bab II kajian teori dan kerangka pemikiran membahas tentang kajian teori dan kaitannya dengan pembelajaran yang akan diteliti, yang mana harus minimal 2 teori dan kesimpulan sendiri, hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan variable penelitian yang akan diteliti, kerangka pemikiran dan diagram/skema paradigma penelitian, dan asumsu dan hipotesis penelitian atau pertanyaan penelitian. Bab III metode penelitian, membahas tentang metode penelitian, setting penelitian (tempat dan waktu penelitian) desain penelitian, subjek dan objek penelitian, operasionalisasi variable. Membuat rancangan pengumpulan data, misalnya peneliti membuat instrumen penilaian untuk mengumpulkan data melalui wawancara siswa dan guru, angket, lembar observasi, post test dan sebagainya seseuai kebutuhan peneliti. Kemudian membuat rancangan analisis data yaitu cara menghitung hasil pengumpulan data.

12 Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, membahas tentang hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dan pembahasan hasil pelaksanaan siklus 1, 2 dan 3 secara rinci. Bab V kesimpulan dan saran, membahas tentang kesimpulan peneliti berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dan saran berupa masukan dari peneliti kepada siswa, guru, sekolah dan peneliti lain. Struktur organisasi skripsi tersebut menjadi acuan penulis dalam menulis skripsi ini.