I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

PEREMPUAN DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Agustus 2016; disetujui: 14 Oktober 2016

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1)

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

HAM DAN DEMOKRASI DASAR DASAR POLITIK

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN TERHADAP TINDAK KEKERASAN

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

ANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN: KONVENSI DAN KOMITE. Lembar Fakta No. 22. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

Lembar Klarifikasi Kebijakan Daerah Untuk Pemenuhan Hak Konstitusional Perempuan (Masukan Komnas Perempuan)

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI E NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR: 2 TAHUN 2013

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember 1984 mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang mennunjukan komitmennya untuk menjunjung tinggi, menggalakkan, dan melindungi hak-hak manusia setiap iundividu yang besifat sangat mendasar dan mutlak diperlukan agar manusia dapat berkembang sesuai dengan bakat, cita-cita dan martabatnya. Komitmen ini berawal dari piagam PBB yang menegaskan keyakinan bangsa-bangsa di Dunia pada hak-hak asasi manusia yang fundamental dan padan martabat dan nilai manusia. DUHAM pada intinya menghomati setiap orang karena ia dilahirkan sebagai manusia. Komitmen untuk menjunjung tinggi dan melindungi hak setiap orang jelas tercantum dalam pasal 1 yang berbunyi : Semua orang dilahirkan merdeka yang mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dukaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. Pada Tahun 1967 PBB telah mengeluarkan Deklarasi mengenai Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. Deklarasi tersebut memuat hak dan kewajiban beradasarkan persamaan hak dengan pria dan menyatakan agar

2 diambil langkah-langkah seperlunya untuk manejamin pelaksanaan deklarasi tersebut. Oleh karena Deklarasi itu sifatnya tidak mengikat maka Komisi PBB tentang Kedudukan Wanita berdasarkan Deklarasi tersebut menyusun rancangan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (disingkat Konvensi Perempuan). Pada tanggal 18 Desember 1979 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyetujui Konvensi tersebut dan di indonesia telah diratifikasi melalui Undang-Undang No.7 Tahun1984 Tanggal 24 Juli 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Karena kententuan Konvensi pada dasarnya tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, maka Pemerintah Republik Indonesia dalam Konperensi Sedunia Dasawarsa PBB bagi Wanita di Kopenhagen pada tanggal 29 juli 1980 telah menandatangani Konvensi tersebut. Penandatangan itu merupakan penegasan sikap Indonesia yang dinyatakan pada tanggal 18 desember 1979 pada waktu Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa melakukan pemungutan suara atas resolusi yang kemudian menyetujui Konvensi tersebut. Dalam pemungutan suara itu Indonesia memberikan suara setuju sebagai perwujudan keinginan Indonesia untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha Internasional menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan karena isi konvensi itu sesuai dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945 yang menetapkan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Dalam pasal 1 UU tersebut dinyatakan Pengesahan Konvensi dengan persyatratan terhadap Pasal 29 (1) menyatakan bahwa setiap

3 setiap perselisihan antara dua atau lebih negara pesrta mengenai penafsiran atau penerapan Konvensi ini yang tidak diselesaikan melalui perundingan agar diajukan arbitrase atas permohonan salah satu diantara negara-negara tesebut. Jika dalam enam bulan sejak tanggal permohonan untuk arbitrase pihak-pihak tidak dapat menyerahkan perselisihan itu pada mahkamah internasional sesuai dengan peraturan mahkamah itu. Dalam penjelasan atas UU No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Konvensi Perempuan) dalam Pasal 1 disebut bahwa Pemerintah Indonesia tidak bersedia meningkatkan diri pada ketentuan Pasal tersebut karena pada prinsipnya tidak dapat menerima suatu kewajiban untuk mengajukan perselisihan Internasional karena Pemerintah Indonesia tersangkut pada Mahkamah Internasional yang telah menyetujui Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan tersebut yang mana Konvensi tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD1945. Meskipun perempuan indonesia masa kini dapat dikatakan telah maju dibandingkan dengan generassi sebelumnya, isu-isu perempuan seperti diskriminasi terhadap perempuan masih tetap menjadi prioritas kedua ditingkat nasional sehingga tetapdianggap sebagai masalah semua perempuan dan bukan masalah bersama laki-laki dan perempuan.

4 Sedangkan pasal 6 Konvensi Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan dinyatakan bahwa : Negara-negara peserta wajib membuat peraturan-peraturan yang tepat, termasuk perbuatan undang-undang untuk memberantas segala bentuk perdagangan perempuan dan eksploitasi perempuan dalam pelacuran. Dalam pasal 3 Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan berbunyi: Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan memperoleh perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan asasi yang sama di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil dan bidang-bidang lainnya (Sumber: Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia, pasal 3; dan kovenan Internasional tentang Hak-hak Asasi Sipil dan Politik, Pasal 26). Di dalam pasal 4, Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan berisikan yaitu: bahwa negara harus mengutuk kekerasan terhadap perempuan dan tidak belindung dibalik pertimbangan adat, tradisi atau keagamaan untuk menghindar tanggung jawab sebagai pelaksana. Negara harus meneruskan dengan cara-cara yang benar dan tidak menunda-nunda kebijakan untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan. Berkaitan dengan pola tingkah laku sosial budaya Landasan Aksi dan Deklarasi Beijing (1995) menetapkan: Kekerasan Terhadap Perempuan Sebagai Bentuk Pelanggaran Terhadap HAM adalah manifestasi adanya perbedaan kekuasan dalam hubungan lakilaki dan perempuan sepanjang sejarah, yang mengakibatkan adanya penguasaan dan diskriminasi terhadap perempuan, dan ini merintangi kemajuan sepenuhnya dari perempuan. Kekerasan yang dialami perempuan sepanjang hidupnya pada hakekatnya berasal dari pola-pola kebudayaan,

5 khususnya dampak yang merusak dari praktek-praktek tradisional tertantu atau kebiasaan yang merugikan dan semua kebiasaan ekstrim yang berkaitan denganras, jenis kelamin, bahasa atau agama, yang mengekalkan memberikan kedudukan yang lebih rendah pada perempuan dalam keluarga, ditempat kerja dan masyarakat. Atas dasar hal tersebut, maka pemerintah mengesahkan UU NO. 7 tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi dan Kekerasan Terhadap Perempuan (ratifikasi CEDAW). Undang-undang tersebut diharapkan dapat memberikan angin segar bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan. Dengan adanya UU NO. 7 tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi dan Kekerasan Terhadap Perempuan (ratifikasi CEDAW), negara dan masyarakat wajib memberikan perlindungan agar setiap perempuan terhindar dari ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat manusia. Segala bentuk kekerasan harus dicegah dan dihapuskan, karena merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Sehingga pemerintah provinsi Bandar Lampung mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) No. 6/2006 tentang Pelayanan Terpadu terhadap Perempuan dan Anak Korban Kekerasan mengenai pelayanan terhadap korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di kota Bandar Bandar Lampung pemerintah membentuk beberapa instansi terkait dengan pelayanan terhadap korban kekerasan terhadap perempuan yang di antaranya LSM dan badan-badan lembaga pemerintah. Terungkapnya angka kejadian tindak kekerasan di Bandar Lampung yang selama ini masih tersembunyi dan sumber datanya masih terbatas merupakan

6 hasil perjuangan aktivis perempuan dalam membuka cakrawala pemikiran masyarakat dalam mengahadapi ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender. Disamping itu, LSM Damar sedang menangani 15 kasus kekerasan terhadap perempuan, satu kasus terindikasi adanya perdagangan manusia (trafficking). 15 kasus tersebut, terdiri dari 4 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), 3 kasus penelantaran, 5 kasus pencabulan dan 3 kasus pemerkosaan diantara tiga kasus pemerkosaan tersebut satu diantaranya terindikasi perdagaan manusia. Dari Januari-Mei 2014, LSM Damar sudah menangani atau mendampingi 15 kasus yang terdiri dari kasus KDRT, penelantaran, pencabulan dan pemerkosaan, (http://lampost.co/berita/lima-bulan-damartangani-15-kasus-kekerasan-terhadap-perempuan Diakses pada tangga 11 Agustus 2014) Latar belakang didirikannya lembaga ini secara sosiologis karena didasarkan pada adanya paradigma keliru atas pemahaman kekerasan terhadap perempuan di Indonesia sehingga muncul fenomena Gunung Es; adanya pengaruh budaya patriarki, dan budaya meniru; adanya pemahaman keliru terhadap ajaran agama; tatanan hukum yang belum memadai dan sosialisasi yang belum berjalan dengan baik; dan belum tumbuhnya budaya hukum (legal culture). Sedangkan, secara filosofis didasarkan bahwa Indonesia adalah Negara hukum, dan setiap warga Negara mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan; bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan rasa aman dan terbebas dari segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan terhadap perempuan yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan.

7 Berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan, jelas terlihat bahwa strategi yang dilakukan oleh Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR) Kota Bandar Lampung belum memperlihatkan upaya yang optimal. Hal ini dapat kita lihat dari angka kasus kekerasan terhadap perempuan yang telah dipaparkan di atas yang menunjukan peningkatan setiap tahun, selain itu sosialisasi dan advokasi kekerasan terhadap perempuan yang masih minim, masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui apalagi memahami undang-undang penghapusan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Untuk itulah diperlukan suatu strategi yang baik dalam membenahi permasalahan yang terjadi. Implementasi strategi yang jelas sangat diperlukan oleh Lembaga Advokasi Perempuan Kota Bandar Lampung dalam upayanya memberikan pelayanan terpadu terhadap perempuan korban tindak kekerasan. Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR Kota Bandar Lampung telah menyediakan rumah aman yang letaknya dirahasiakan sebagai sarana tinggal sementara bagi korban. Dirumah aman korban didampingi oleh relawan atau pekerja sosial dan konselor yang selalu memantau kondisi fisik psikis korban melalui konseling intensif sehingga korban diharapkn mampu menjadi survivor. Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang mengkaji tentang Implementasi Strategi Lembaga Advoksi Perempuan (DAMAR) dalam menanggulangi Kekerasan Terhadap Perempuan di Kota Bandar Lampung serta kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam

8 memberikan menanggulangi Kekerasan terhadap Perempuan di Kota Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Dengan melihat permasalahan pada uraian di atas, maka penelitian yang akan mengambil tempat di Provinsi Bandar Lampung ini, akan meneliti tentang : 1. Bagaimana Strategi Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR) dalam menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandar Lampung? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR) dalam menaggulangi kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandar Lampung? 3. Apa saja upaya DAMAR Untuk Mengatasi Kesulitan/Hambatan yang Dihadapi dalam Menangani Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukanakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis Strategi Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR) dalam menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR) dalam menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandar Lampung.

9 3. Untuk mengetahui upaya Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR) dalam mengatasi kesulitan/hambatan yang dihadapi dalam Menanggulangi tindak kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandar Lampung. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian yang diharapkan melalui penelitian ini adalah: 1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam khasanah Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai konsep manajemen strategis. 2. Secara praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan permasalahan sosial seperti masalah kekerasan terhadap perempuan. b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi pengembangan ide para mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah serupa.